Sekuel satu jam saja

Ya, hari ini aku harus pergi. Berat rasanya, bahkan amat sangat berat. Aku harus meninggalkan orang-orang yang sangat aku sayangi, dan aku harus bisa melupakan rasa sakit ini. Hhhh... kecewakah aku saat harus berkata ‘kita harus berpisah’?? pastilah, berat dan amat sangat kecewa.
 Memang sudah satu minggu yang lalu aku bertemu dengannya dan aku harap itu untuk yang terakhir kalinya. Hahhahaa... munafik sekali aku ini..., aku memang menyarankan otakku untuk selalu berpikir bahwa aku bisa melupakannya tapi nyatanya dalam hatiku berkata lain. Aku masih mengharapkannya dan kalau saja dia tidak dijodohkan oleh orangtuanya mungkin sekarang dia masih bersamaku. Hhh, positive thinking dan tanamkan dalam jiwa bahwa aku bisa melupakkannya. Ya, harus! Wajib!

Bukankah aku ini seorang pengecut?? Untuk melupakannya aku harus pergi jauh ke negeri orang, tapi kalau ini memang cara yang terbaik, mengapa tidak? Ok, aku akui bahwa aku memang pengecut, bahkan sangat pengecut, aku tidak berani lagi menatap ke belakang. Ah, kan kata orang kita harus melangkah ke depan bukan?? Tapi katanya pengalaman adalah guru terbaik. Dan aku harus percaya dan menerapkan itu sekarang ini.

It’s time to forget it!

Aku menyandarkan tubuhku ke jok kursi penumpang pesawat. Hhhh... mulai kupejamkan mataku dan siluet-siluet itu kembali ke dalam otakku. Siluet pertemuan pertama siluet saat dia mulai mendekatiku siluet saat dia menyatakan cinta siluet saat dia menyanjungku daan pada akhirnya siluet saat dia harus pergi. Aku mendesah. Berdoa dalam hati semoga dia baik-baik saja dan bisa melupakan aku cepat ataupun sebaliknya. Yah, aku sendiri tak yakin.

Aku membuka mataku dan melihat pemandangan di bawah sana, melihat pemandangan hijaunya alam ciptaan Tuhan dan indahnya lukisan alam yang tercipta. Aahh, andai saja saat ini aku sedang bersamanya tak mungkin aku bisa melihat alam yang sangat indah ini, mungkin aku telat menyadarinya, tapi toh tak apa, lebih baik telat daripada tidak sama sekali. Ok, aku mulai ngelantur.

Aku merenggangkan otot-ototku. Kuedarkan pandanganku ke seluruh penjuru yang masih bisa kulihat. Dan aku dapati seorang pria tertidur di sampingku. Pria ini memakai kacamata hitam dengan baju rajutan abu-abu, aku akui pria ini cukup ehhhmmm... keren.

Pria yang tertidur di sampingku menggeliat. Dia membuka kacamatanya. Dan menatapku yang tengah meandanginya. “hei you! What you see??”,tanyanya setengah membentak. “eehmmm... no”,jawabku dan menolehkan kepalaku ke arah jendela. Uh, sungguh menyebalkan lelaki ini. “strange girl!”,gumaman lelaki itu terdengar di telingaku. Hei, dia bilang aku aneh?? Dasar bule gila!! “dasar cowok sok!!”,umpatku agak keras. Dia menoleh ke aarahku dan memelototkan matanya. “kamu bilang apa tadi??”,tanyanya. “eng...enggak kok, nggak ngomong apa-apa”,jawabku dan menambah wajah watados. Lelaki itu menoleh kembali ke depan dan memakai earphone di telinganya. “maaf ya mas, nggak boleh pake barang elektronik di pesawat”,tegurku. Dia kembali menoleh ke arahku. “mas?? Sejak kapan gue nikah sama mbak lo??”,sinisnya. Eeerrr... benar-benar menyebalkan lelaki ini. “dibilangin juga!!!”,bentakku, membuat semua mata tertuju pada kami. Dia hanya menunjukan deretan giginya ke semua ynag menoleh ke arah kami dan mengucapkan maaf.“hei! Lo gila yaa?? Teriak-teriak segala!”,katanya mengecilkan suaranya. “iya, gue gila deket-deket sama orang kayak lo!”,balasku. “cewek aneh!”,gerutunya dan segera melepaskan earphonenya. “puas lo?”,tanyanya. Aku hanya diam. “rese!”,umpatnya setelah melihat diamku.

Hh, dasar cowok gila! Menyebalkan! beda sekali dengan dia. Ah, kenapa aku selalu membanding-bandingkan lelaki lain dengan dia sih?? Apakah dia begitu sempurna dimataku?? Sepertinya sih begitu. Aaahh, kalau begini bagaimana bisa aku melupakannya??? Aarrrggghhh.... bisa gila aku.

Aku mendesah, mungkin sangat keras sehingga si cowok sok tadi menoleh ke arahku lagi. “lo gila yaa?”,tanyanya meremehkan. “lo tuh yang gila! Gue harap gue nggak bakalan ketemu sama lo lagi!”,kataku ketus. “heh, siapa juga yang mau ketemu sama lo?! Yang ada gue jadi gila ketemu sama lo! Lo itu musibah buat gua...!”,katanya tak kalah ketusnya. Aku melebarkan mataku. “heh! Ngomong tuh dijaga yaaa... musibah...musibah..., lo tuh yang musibah buat gue... gue heran deh kok ada ya orang yang kayak lo?? Yyaaa Tuhan apa salah hamba sehingga Engkau mempertemukan hamba dengan orang yang seperti ini???”,ujarku sambil berdoa. “yang ada gue yang seharusnya ngomong kayak gitu... lo tuh beruntung bisa ketemu saama gue yang cakep, perfect kayak gini... lo liat aja diri lo! Kurus, item, apa coba yang bisa lo banggain???”,ejeknya. Aku melotot lagi. “heh! Lo itu yaaaa......!! eeerrrrr....! nyebelin banget sih lo jadi cowok?! Rese!”,kataku kehabisan kata-kata dan kembali membuang muka. “ahahaaa... nggak bisa bales kan lo?! Gue menang... gue menang...”,katanya seperti anak kecil yang diberi permen oleh ibunya. “ih, childish banget sih!”,sindirku. “apa lo bilang? Sini gue buktiin kalo gue nggak childish”,katanya. Dia mulai mendekat ke arahku. Hei, apa yang akan dia lakukan. “heh, mau ngapain lo?? Jauh-jauh!!”,perintahku dan menjauhkan badanku sejauh yang aku bisa. “diem! Gue bakal buktiin ke elo!”,desisnya dan menangkap tanganku. Tuhan tolong hambaMu ini Tuhan... aku meronta meminta dia melepaskan tanganku. Sayangnya dia sangat kuat menggenggamnya. Aku mulai panik dan bedoa dalam hati. Mukanya kini persis di depan mukaku, bahkan aku bisa merasakan deru napasnya dan bisa melihat mukanya yang bisa dibilang cakep banget. Aku mulai memejamkan mataku, ketakutan. “heh, denger yaa, gua nggak mungkin ngapa-ngapain lo! Lo bukan tipe gue... dan lo inget! Jangan pernah ngomong kalo gue ini childish”,bisiknya tepat ditelingaku, dan aku sekarang bisa merasakan kalau dia sudah menjauhkan dirinya dan melepaskan genggamannya. Sungguuh, aku sangat malu dan dia sangat kurang ajar! “sial lo!”,runtukku. Dia hanya melirik dan tersenyum meremehkan. “siapa yang childish? Lo apa gue?”,sindirnya. “damn!”,sungutku. Dia hanya tertawa melihatku yang kesal.

Akhirnya sampai juga di melbourn. Aku clingak-clinguk mencari orang yang menjemputku. “miss agni??”,tanya seorang pria yang kalau dilihat-lihat seumuran denganku. “yes, do you pick me up?”,tanyaku. “ya, saya ditugaskan untuk menjemput anda...”,jawabnya dalam bahasa indonesia. “ooh, bisa bahasa indonesia jugaa....”,celetukku. “hahahaa, benar, saya asli dari indonesia...”,katanya. “ah, jangan terlalu formal”,pintaku. “jadi bagaimana? Bukankah anda harus saya layani?”,tanyanya masih formal. “jangan pake anda cukup agni atau kamu saja, kesannya jadi gimanaaaa gituu...”,jawabku geli. “ooh, baiklah...”,katanya. “jadi sekarang mau gimanaa? Aku bisa antar kamu kemana?”,tanyanya mulai dengan bahasa yang tidak formal. “eehmm, aku capek, bisa anter ke penginapan?”,tanyaku. “baiklah, tentu saja...”,jawabnya. Dan mempersilakanku jalan duluan, dan dia baru saja menyamakan langkahku. “eehmm, nama kamu siapa?”,tanyaku. “alvin”,jawabnya singkat. Uh, orang ini terlalu kaku. “ooh, kalo gitu salam kenal, aku agni...”,kataku dan mengulurkan tanganku. Dia membalas dan tersenyum. “bagaimana perjalanan tadi?”,tanyanya, bisa kupastikan dia hanya bsa-basi saja. “menyebalkan”,jawabku jujur dan refleks, ya bagaimana tidak? Aku tiba-tiba melihat cowok sok tadi. Alvin menyeritkan dahi. “memang apa yang terjadi?”,tanyanya. “eeh,, nggak kok, salah ngomong”,jawabku gelagapan. “tadi di jalan baik-baik aja...”,tambahku. Alvin hanya ber-oh.

“jadi ini penginapanku?”,tanyaku sesampainya di depan sebuah apartemen yang berlantai 5. “ya, apakah kamu suka?”,tanya alvin. “ya, mungkin”,jawabku. Ya iyalah, bagaimana aku mau menjawab tidak suka? Gila saja! “ayo masuk”,ajak alvin sambil mengangkat koperku. “ya”,jawabku. Aku dan alvin bersamasama berjalan ke dalam apartemenku.

“maaf ini hanya sebuah apartemen kecil”,kata alvin. Hh, sungguh kaku orang ini, bisa bosan aku dengannya, tidak seperti dia yang gokil, baik, ramah, pengertian, aaahhh, kenapa dia selalu saja berkeliaran di otakku???? Apakah aku tidak bisa lepas dari bayangannya?? Ya Tuhan, semoga saja aku bisa melepas bayangannya dariku.

“ag...”,alvin melambaikan tangannya di depan wajahku. Aku gelagapan, ternyata dari tadi dia mengajakku untuk memberesi apartemen baruku tapi akunya malah melamun. “eh, iya...”,ucapku. “jangan melamun, disini jarang sekali orang melamun...”,pesannya. Aku hanya mengangguk. “ohya Vin, besok aku gimana pergi ke kantornya?”,tanyaku memecahkan keheningan. “besok aku akan menjemputmu, jadi kamu tenang aja...”,jawab alvin. Aku hanya mengangguk-anggukan kepalaku tanda mengerti. “bagaimana pekerjaanmu di indo?”,tanya alvin. “baik-baik saja, dan cukup melelahkan, ya bagaimana tidak? Aku selalu saja disuruh rapat ini itu.. kadang jenuh juga sih...”,jawabku sambil curhat. Hahaha, sambil menyelam minum air deh. “ya, untuk orang sepintar kamu memang selalu dibutuhkan...”,ucap alvin. “ah, bisa saja...”,ujarku malu. “aku pernah baca quote yang mengatakan sebaik-baiknya manusia adalah dia yang bermanfaat bagi orang lain”,tambah alvin. “berarti aku orang baik donk??”,tanyaku cukup bodoh. Alvin hanya tersenyum, mungkin dia menganggapku aneh dan bodoh. “kamu unik...”,ucap alvin. Hah? Unik? Mungkin kata pengganti aneh? “unik apanya? Bilang aja aneh...”,cibirku. “betulan, kamu itu unik bukan aneh...”,ujar alvin dengan bahasa formal yang aneh. Mana ada bahasa indonesia betulan? Yang ada juga beneran? Hahaha, ada-ada saja orang ini, tapi kok ada rasa aneh yaaa?? Au merasa dia tak sekaku tadi? Bahkan cukup menyenangkan, tak kalahlah dengan dia. Ah, dia lagi... tapi sebuah awal yang bagus karena aku membandingkan alvin lebih bagus dibandingkan dengan dia.

“kalau kamu butuh apa-apa kamu bisa meneleponku, aku sudah meletakkan nomorku di atas meja telepon, ohya, satu lagi aku tinggal 2 kamar dari sini...”,pesannya sebelum pulang. “ok, thanks...”,ucapku. “night...”,pamitnya. “night too...”,balasku. Aku mengantarkannya sampai ke depan pintu kamarku. Aku melihatnya sampai dia memasuki kamarnya.

Kubuka ponselku. Ah, ada pesan masuk. Ternyata dari sahabatku.

Agni, gimana disana??? Kangen gue nggak ada lo... kantor jadi sepi... aaaaa... miss u :*

Ah, dasar shilla! Ada-ada saja dia.

Hahaha, gue emang ngangenin...:p. Baru nyampe nih, capek banget... besok gue ceritain hari pertama gue disini...ok? bubbay.. miss u too :* hahahaa

Setelah kubalas sms dari shilla aku segera pergi ke kamar mandi, badanku capek dan lengket, padahal tadi aku tidak melakukan pekerjaan berat.

Aah, segarnya, yah, walaupun tadi aku mandi air hangat. Hehehe... kubuka lemari es yang ada di apartemen ini, ah, hanya ada sekaleng sarden dan mie instan dan beberapa botol cola . Aku mengambil satu bungkus mie instan. Dan...

Ting tong.

Ah, mengganggu saja, malam-malam begini bertamu, ah, mungkin saja tetangga baru. Segera kubuka pintu untuknya. “alvin?”,pekikku. Mau apa dia malam-malam begini? “makan malam??”,tanyanya sambil mengulurkan dua kotak KFC di depannya. Aku tersenyum. Ah, pria ini.... “tau saja kamu Vin...”,ujarku. Alvin ikut tersenyum. “ yuuk masuk..”,ajakku. Alvin tanpa sungkan masuk ke dalam apartemenku. “duduk dulu Vin...”,kataku mempersilakannya. “thankso”,balasnya dan duduk di ruang makanku. Aku berjalan ke lemari es dan mengambil 2 botol cola.

“thanks yaa..., baru aja aku mau bikin makanan...”,kataku di tengah-tengah makan malam. “urwell..., aku tahu kamu pasti bingung mau makan apa...”,ucap alvin. “tau aja... hehehee...”,balasku sambil nyengir gaje. “gimana keadaan disini?? Jujur, aku baru pernah kerja disini...”,tanyaku mencairkan suasana. “hmm, menyenangkan, Cuma kita dituntut supaya lebih disiplin sama lebih berusaha aja..., ya maklumlah, budaya orang barat kan beda sama budaya orang timur, ohya, disini juga harus tepat waktu! Jadi telat satu detik aja! Beuh, dapet kultum dulu deh...”,jawab alvin. Aku hanya tersenyum mendengarnya, lucu juga alvin ini. “hahahaaa, bisa aja kamu Vin, ohya, btw kamu udah berapa tahun disini?”,tanyaku lagi. “aku baru 3 tahunan, tadinya di indo, tapi baru setahun dipindah...”,jawabnya. “hebat donk! Berarti kamu orang-orang pilihan tuh...”,pujiku. “ah, nggak segitunya kok...”,katanya. “ohya, weekend kita nggak kerjaa kan??”,tanyaku dengan tatapan memelas. Alvin terkekeh dan mengangguk. “ya enggaklah, tapi tegantung sih, ada yang ambil lembur apa nggak...”,jawabnya. “weekend temenin pergi yaaa..”,pintaku. “ngapain? Kemana?”,tanya alvin. “ya kemana aja... terserah kamu, yang penting keliling melbourn, jadi aku kan nggak buta jalan disini...”,jawabku. “ok, apapun yang anda butuhkan saya siap miss...”,kata alvin dengan bahasa yang kembali formal. “ah, apaan sih kamu... balik lagi deh...”, dengusku. Alvin hanya nyengir.

“sekali lagi thanks yaa... kayaknya aku jadi betah deh kalo ada kamu... hehehee..”,kataku saat mengantarkannya ke depan pintu. “ah, bisa aja deh... yodah, bye... night again...”,pamitnya. “byee.. night...”,balasku.

Ting tong.

Pasti alvin, ya, jam memang menunjkan pukul 07.30, memang masih setengah jam lagi, tapi aku rasa lebih baik terlalu pagi daripada telat.

“hai”,sapanya saat aku membuka pintu. “hai juga, masuk dulu atau langsung?”,tanyaku. “langsung aja, udah siap kan?”,jawab dan tanyanya. Aku mengangguk. “aku ambil tas dulu yaa...”,pamitku dan segera mengambil tas.

“yuk”,ajakku saat keluar. “ayo”,balas alvin. Aku dan alvin menaiki toyota nori miliknya. Wah, baru kali ini aku menaiki mobil ini, dan rasanya luar biasa, aku heran, bisa-bisanya manusia dengan segala keterbatasannya membuat sebuah mobil dari serat rumput laut. Fantastik bukan? Sepertinya semakin hebat saja manusia di dunia ini. Tapi tentunya kita tidak boleh melupakan yang Maha Kuasa, bagaimanapun juga Dialah segalanya.
“aku baru pernah naik mobil ini, di indo belum ada...”,cetusku. Alvin hanya tersenyum. “aku juga baru kemaren-kemaren nyobain, overall, ini keren banget, coba aja aku ikut bikin? Pasti bangga banget deh,,,”,katanya sambil menatap jalanan. “ya, pasti bangga banget, ya, gimana nggak bangga? Ini kan suatu penemuan yang luar biasa...”,tambahku. “ya, dan kita harus kasih penghargaan buat ini semua..”,ucap alvin. Aku menyetujui ucapannya. Dan kurasa aku nyambung dan cukup nyaman bersamanya. Dan alvin bisa membuatku lupa dengan dia.

Aku dan alvin sampai di sebuah gedung dengan 39 lantai. “serius disini?”,tanyaku. “ya, kenapa? Kecil yaa??”,tanya alvin. Aku menggeleng cepat. “nggak kok, beda banget sama yang ada di indo, dulu kantorku nggak setinggi ini”,jawabku. “kalo disini sih ini kecil, tapi jangan dilihat kecilnya yang penting kualitasnya...”,ucap alvin. Aku mengangguk-angguk.

>>skip<<

Weekend, nggak kerasa udah hampir satu minggu aku disini dan selalu ada alvin disampingku dan bagusnya lagi aku tidak pernah lagi mengingat dia, dan aku rasa dia sudah mulai melupakanku karna aku pun begitu... ternyata keputusanku benar untuk pergi dari indonesia.

“hai, udah siap?”,tanya alvin menghampiri apartemenku. “siap”,jawabku mantap. “ya udah, ayuukk..”,ajak alvin sambil meraih tanganku. Eh, kok? Aku rasa ada yang aneh. Tapi yang jelas aku senang, aku hanya diam, tidak melawan ataupun bertanya, ak hanya merasakan degup jantung yang seperti tengah berkejar-kejaran dengan waktu.

Alvin mengajakku berkeliling kota. ah, hari masih terlalu sore, tapi angin-angin ini nakal sekali, selalu saja membuat rambutku berterbangan, dan bodohnya aku adalah, aku tidak membawa topi, habis bagaimana aku bisa tahu kalau alvin akan mengajakku ke taman seperti ini? Dia tak mengatakan apapun kepadaku sebelum kami pergi. Yang aku tahu ini adalah sebuah taman kota yang terletak di tengah-tengah kota ini, kata alvin ini adalah salah satu upaya go green untuk mengurangi pemanasan global.

02.28 | 0 Comments

 DIBALIK LENSA KAMERA




Aku membidikkan lensa kameraku ke suatu objek yang yah... indah menurutku. Kalian tahu apa objek itu? Yap, objeknya ialah seorang anak dengan botol plastik bekas aqua yang diisi dengan semacam kerikil. Entah kenapa aku selalu terpaku dengan objek yang seperti ini. Tetapi hasil bidikan semacam ini selalu mendapat pujian dari orang-orang yang melihat hasilnya. Kata mereka aku lebih bagus membidik sebuah kesenjangan sosial daripada panorama alam. Hmm, lihat saja, hasil jepretanku beberapa hari yang lalu, banyak sekali medapat pujian, bahkan dosen yang dulu mengajarkan fotografi kepadaku ikut menyanjungku.

FlashbackOn

“hasih bidikanmu bagus sekali, yel...”,puji mantan dosenku. Aku hanya tersenyum. “terimakasih sir, itu pula berkat anda juga sir...”,kataku. “benar-benar bagus, kamu memang berbakat”,kata beliau. “saya merasa kamu lebih cocok dengan tema yang seperti ini”,tambah beliau. “saya rasa juga begitu sir...”,kataku menyetujui perkataan beliau.

Flashback Off

Aku kembali mengarahkan kameraku ke objek yang lain, kali ini aku memotret seorang bocah sedang menyemir sepatu. Kadang kala aku berpikir, bagaimana bisa anak sekecil mereka bekerja di tempat yang keras sepeti di jalanan ini. Apakah orang tua mereka tidak merasa kasihan dengan anak-anaknya yang seharusnya duduk di bangku sekolah malah ada di bawah teriknya matahari yang menyengat kulit. Banyak sekali pertanyaan dalam benakku, mungkin jika ditulis bisa mencapai satu buku setebal novel Harry Potter.

Aku mendekati anak yang sedang menyemir sepatu. Aku pikir sepatuku cukup kotor akibat debu-debu di sepanjang jalan ini. “semir mas?”,tanya anak itu. Aku mengangguk. Dan aku melepaskan sepatuku, dia memberiku sendal jepit yang tidak begitu usang, cukup bersih menurutku. Dia mulai mengerjakan pekerjaannya. Senyum terus menyungging di wajahnya. “sudah berapa lama kamu nyemir?”,tanyaku, memecahkan keheningan. “sekitar 6 bulan mas”,jawabnya. “duduk mas...”,tawarnya kepadaku. “nggak begitu kotor kok lantainya”,tambahnya. Aku tersenyum dan duduk. Di lantai depan emperan toko. “rumahmu dimana?”,tanyaku lagi. “di pinggiran kalasan mas...”,jawabnya. “sudah lama ya sepatunya nggak disemir mas?”,tanyanya. “heheheee, iya...”,jawabku sambil terkekeh, bocah itu tersenyum. “oh iya, namamu siapa?”,tanyaku, anehnya aku sampai lupa menanyakan namanya. “Ozy mas..., mas sendiri namanya siapa?”,jawab dan tanyanya. “iel...”,jawabku. “kamu nggak sekolah zy?”,tanyaku. “sekolah mas, tapi sekolahnya siang, gantian gedungnya...”,jawab Ozy. “oohh...”,aku hanya ber-oh. Diam. Ozy masih terus menyikat sepatuku. Aku melepas kamera yang tergantung di leherku. Aku melihat hasi jepretanku. Tetap bagus. Aku mengarahkan lensaku ke ozy. Kilat cahaya yang terpancar dari kameraku. Ozy tampak kaget. “hah? mas iel, aku nggak suka dipotret”,katanya. “hahahaaa, kenapa nggak suka dipotret Zy?”,tanyaku. “nggak tau kenapa, yang jelas Ozy nggak suka aja dipotret”,jawabnya. “mas iel suka dipotret?”,tanyanya. “mas nggak suka dipotret, tapi mas suka motret...”,jawabku. “udah keliatan kok mas, kalo mas iel suka motret...”,katanya. “kok bisa?”,tanyaku. “ya iyalah, itu mas iel kan bawa-bawa kamera”,jawabnya. Aku tertawa mengetahui kebodohanku. “sekolahmu dimana zy? Kelas berapa?”,tanyaku. “itu di SMP 2, udah kelas 7”,jawabnya. “kalo gede kamu mau jadi apa zy?”, tanyaku lagi. “ehmm, ozy pengen jadi dokter mas...”,jawab Ozy. “ozy pengen ngobatin orang-orang yang nggak mampu kayak ozy sekarang ini... berobat kemana-mana susah kalo kita ngga punya uang...”,jawab Ozy cukup logis. Hmm, ozy memang anak yang berjiwa sosial yang tinggi. “oh, kalo gitu, kamu belajar yang bener, supaya besok cita-cita kamu tercapai zy..”,kataku. “ya, pastilah mas.. ozy juga nggak pernah absen berdoa sama Tuhan supaya cita-cita Ozy tercapai”,kata Ozy. Hmm, asyik sekali ngobrol dengan Ozy. Dia tidak seperti anak-anak yang biasa aku temui, yang biasanya mereka hanya menjawab tanpa bertanya balik.

“eh, udah nih mas...”,katanya dan menyodorkan sepatuku. “berapa Zy?”,tanyaku sambil menerima sepatuku. “5 ribu mas...”,jawabnya. “bentar ya Zy...”,kataku, aku memakai sepatuku dulu, kemudian menyerahkan sandalnya. Aku mengambil dompetku dan mengeluarkan selembar 10 ribuan. “bentar ya mas, ini belum ada kembaliannya, biar Ozy tukar dulu”,katanya. “ nggak usah Zy, buat kamu aja semuanya...”,cegahku. “nggaklah mas, biar Ozy tukar, mas tunggu disini aja”, katanya dan pergi ke sebuah warung kecil di seberang jalan. Dia kembali membawa dua lembar 5 ribuan. Dia menyerahkan satu lembar limaribuan ke padaku. Aku menerimanya dan tersenyum. Sungguh, jarang sekali aku menemukan anak seperti Ozy ini. “makasih ya mas...”,kata Ozy. Aku mengacungkan jempolku. “sip”,kataku.

Aku meninggalkan tempat Ozy. Baru beberapa meter aku berjalan, aku dikejutkan oleh sebuah teriakan. “copet! Copet! Copet!”. Terlihat seorang anak berlari ke arahku. Dia dikejar oleh beberapa orang. Dia terus berlari sambil menengok ke belakang sehingga akhirnya dia menabrakku. “mas! Tangkap anak itu!”,teriak seorang bapak-bapak bertubuh kurus. Segera kutangkap tangannya saat dia akan berdiri. Kutatap dia iba dan dia menatapku seperti berkata ‘tolong lepaskan aku, aku mohon’. Segerombolan orang yang mengejar anak ini akhirnya sampai juga ditempatku. Dia merampas anak itu dariku. Ternyata dugaanku salah, mereka mengadili sendiri. Mereka memukuli anak itu, menceomohnya dan mengeluarkan kata-kata kasar untuknya. Tapi..... hei! Ini salah! Bukan begini sehaarusnya! Aku masuk ke gerombolan itu dan melerai mereka, aku berusaha meindungi anak ini.

“stop!stop!”,kataku. “hei! Mau apa kamu! Dia ini pencopet!”,kata seeseorang disertai serun setuju dari yang lainnya. “bukan begitu bapak-bapak... kalian seharusnya tidaak mengadili sendiri seperti ini”,kataku. Anak itu masih terduduk sambil memegangi pipinya yang lebam. “urusan polisi Panjang mas...”, salah seorang berkata dan lagi-lagi yang lainnya setuju. “ya, jika memang begitu, bukan seperti ini juga kan caaranya? Cara yang lebih manusiawi...”,kataku. “pencopet emang seharusnya dikayak gituin mas....”,kata seorang. “mau jadi pahlawan yaa”,tambah seseorang lagi. Sepertinya mereka akan menceomohku. “bukan maksud saya lancang, saya hanya ingin menegakkan kebenaran... seharusnya kalian juga lihat, dia masih anak-anak saya yakin dia mencopet juga terpaksa...”,kataku. Anak itu berdiri dan menyerahkan dompet yang dia copet kepada si pemilik. “maaf...maafkan saya... saya mohon... maafkan saya...”,katanya dan berlulut di depan si pemilik. “huu... dasar pencopet!”,kata seorang dari belakang. “awas aja kalo ketemu nyopet lagi!”,kata si pemilik. Satu per satu orang dari kerumunan itu mulai menyingkir. Aku menghampirinya yang masih berlutut. Aku menepuk bahunya. “makasih mas”,katanya sembari berdiri. “masama”,jawabku. Dia merintih sambil memegangi pipinya. “auw...”,rintihnya. “perih ya?”,tanyaku. “sedikit, tapi udah biasa kok...”,jawabnya. “duduk disitu yuk...”,ajakku ke sebuah emperan toko di dekat kami. “dia mengikutiku duduk. “Kamu tungggu disini, biar aku beli obat buat kamu yaa...”,kataku. “mas, nggak usah! Aku udah biasa kayak gini kok... bentar lagi juga sembuh...”,cegahnya. “nggak papa”,kataku dan pergi ke sebuah toko obat china. Aku membeli obat merah, kain kasa dan kapas serta handsaplas. Aku kembali dan sungguh aku tak menyangka kalau dia masih menungguku. Tadinya kupikir dia akan pergi. “maaf lama...”,kataku. “mas nggak seharusnya minta maaf, tapi aku yang harusnya minta maaf karna udah ngerepotin mas...”,katanya. Aku mengambil obat merah dan kapas. “makasih ya mas...”,katanya. “iya, sama-sama, udah seharusnya kan manusia saling tolong menolong”,kataku. “ehm, namamu siapa?”,tanyaku. “daud, mas sendiri?”,tanyanya balik. “iel, kenapa kamu nyopet?”,tanyaku TTP. “ibu saya sakit mas, sedangkan bapak saya sudah meninggal, kakak saya kabur nggak tau kemana, nah saya bingung mau cari uang gimana.... ya, saya nekat nyopet deh, biasanya ibu saya jadi kuli cuci, tapi kan ibu saya lagi sakit jadinya kan nggak ada penghasilan”,jawabnya. Senang rasanya melihat anak ini terbuka akan kehidupannya. “oh, kalau kamu mau, mas punya pekerjaan yang lebih baik dari nyopet”,tawarku sambil mengobati pipinya. “beneran mas? Mau banget...”,katanya. “nanti kamu ikut mas yaa...”,kataku. Dia mengangguk dan tersenyum. “ya, sudah selesai...., ayuk ikut!”,kataku setelah selesai mengemasi obat-obat. Kembali sebuah ide mucul, aku mengarahkan kameraku kepada daud. Jepret! Satu foto daud berhasih aku ambil. Daud tak menyadarinya karena dia sedang menatap kosong. “yok..”,ajakku. Dia berdiri dan berjalan di belakangku.

Akhirnya kita sampai di sebuah agen koran. Yang pemiliknya adalah temanku, Rio. Aku masuk, daud mengikutiku. “hei, iel?”,serunya kaget dan menghampiriku. Kita saling berpelukan, menggingat sudah sekitar satu tahun kita tak bertemu. “hei, ngapain lo disini?”,tanyanya. “gue ada perlu sama lo...”,jawabku. “perlu apa?”,tanyanya. “eh iya, gue jadi lupa kalo gue belom nyuruh lo duduk...”,tambah Rio. “nggak usah yo..., gue nggak lama kok, gue Cuma butuh bantuan lo!”,tolakku. “bantuan apa sih?”,tanyanya. Aku memanggil daud. “daud, kenalin ini mas Rio, dia pemillik ini...”,kataku memperkenalkan daud kepada rio. Rio dan daud bersalaman. “oh, gue ngerti, lo mau dia kerja jadi loper koran disini kan?”,tebak Rio. Aku mengangguk. “ok, boleh aja...”,kata Rio. “daud, sekarang kamu ambil 3 koran kompas, 4 koran suara merdeka dan 3 koran nova, satu koran untungnya 700 rupiah, kalo kamu berhasil menjual semuanya, kamu bisa mendapat untung 7000 rupiah, gimana?”,tanya Rio. “boleh mas, ehmm, boleh saya ambil sekarang?”,kata daud dengan senyum dan mata berbinar yang memancarkan kesenangan. “ya, boleh...”,jawab Rio. Aku tersenyum. Daud pergi mengambil koran-korang yang dimaksud Rio. “gimana kabar lo yo?”,tanyaku. “baek, lo sendiri gimana? Katanya lo buka semacam pameran gitu yaa?”,jawab dan tanya Rio. “gue juga baek, iya, kemaren dosen gue juga dateng..., tau darimana lo?”,jawab dan tanyaku balik. “ya dari koranlah... kemaren kan masuk koran...”,jawab Rio. Obrolan kita terhenti karena daud datang. “mas, yang ini?”,tanya daud kepada Rio. “iya, mau langsung sekarang?”,tanya rio. Daud mengangguk. “mau dimana?”,tanyaku. “perempatan kalo nggak di BI mas”,jawab daud. “ya udah, hati-hati yaa...”,pesa Rio. “mas, makasih ya..”,kata daud kepadaku. Aku mengagguk dan mengacungkan jempolku. “sip, yang penting jangan di ulangi lagi”,pesanku. Daud mengagguk. “pergi dulu ya mas-mas...”,pamit daud lalu pergi. Aku mengarahkan kembali kameraku kepadanya.yap, dapat. Bagus, natural. “iel..iel nggak berubah lo! Selalu aja ngambil foto diem-diem. Aku tertawa. “hahahaa... lo juga pernah kan?”,tanyaku pada Rio. “iya, hebat banget lo! Gue waktu itu nggak sadar, kalo sadar kan gue bisa gaya dulu...hahahaaa”,jawab Rio. “hahaa, narsis lo! Eh,kayaknya udah siang nih yo... gue pamit dulu yaa...”,pamitku. “lho? Gue belom ngajak lo makan ato minum lho..., kok lo cepet banget sih? Mau ngapain sih lo?”,tanya Rio. “ya elah, gue kan udah ngomong tadi gue nggak lama...”,jawabku. “elah, lo nggak pengen nostalgia dulu?”,tanya Rio dan tersenyum gaje. “nostalgianya besok-besok aja kali yo... eh, kapan nih kita reunian sama anak-anak?”,tanyaku. “kapan yaa? Anak-anak susah dihubungi, besok deh diatur...”,jawab Rio. “ok, kalo ada reuni kasih tau gue ya”,kataku. “pastilah, eh, lo masih pake nomor yang lama kan?”,tanya Rio. “yoyoi, eh, gue pulang dulu ya...”,pamitku. “ya udah deh... ati-ati lo di jalan...”, pesan Rio. “sip, thanks ya”,kataku dan Aku mengacungkan jempolku lagi dan pergi.

Panas matahari yang menyengat kulit ditambah hawa panas yang menusuk tulang membuat tenggorokanku terasa kering. Aku memuutuskan untuk membeli minum. Aku masuk ke sebuah mini market terdekat. Aku mengambil sebuah minuman kaleng. Hahaha, gila memang. Masuk ke sebuah mini market hanya untuk membeli sekaleng minum. Ah, tak peduli apa kata orang. This is me, this is my live. Aku membayar di kasir. Sang kasir menatapku aneh. “hanya ini mas? Ada yang lain?”,tanyanya. “ya, hanya ini”,jawabku. “ lima ribu mas...”,katanya. Aku mengambil satu lembar lima ribuan. “uang pas ya mas, terimakasih, silahkan datang kembali”,kata kasir itu. Aku mengambil barangku dan pergi keluar.

Aku duduk di pinggir trotoar dan meminum minumanku. Aku mengamati setiap orang dan kendaraan yang lewat. Banyak sekali bus-bus berseliweran, tak jarang mereka menawariku. Aku hanya menggeleng. Kadang aku merasa heran. Bus sudah terlihat penuh tetapi kenapa tetap saja mereka menawari orang-orang yaang hanya duduk-duduk di pinggir jalan.

Aku kembali meneguk minumanku sampai tetes terakhir. Kubuang kaleng tersebut sembarang dan kembali menatap jalanan. Tak kusangka Seorang anak mengambil kaleng yang kubuang. Lagi-lagi seorang bocah. Dia berpakaian lusuh dengan bawahan merah. Dia mengambil kaleng yang kubuang dan kemudian mengorek-ngorek tempat sampah anorganik. Kuamati dia. Seperti biasa batinku tersentuh. Kudekati dia. Tapi, sebelum aku menghampirinya tenttu saja aku memotretnya dulu. Dan kutepuk pundaknya. Dia menoleh kaget. Bisa dilihat dari matanya bahwa dia ketakutan melihatku. “hei, tak usah takut, aku tak akan menyakitimu...”,kataku. Dia masih diam, ketakutan. “ma...ma...maaf bang.. saya Cuma lagi nyari barang bekas bang...”,katanya tergagap. Aku tersenyum. Aku tahu apa yang dipikirkannya. Dia ketakutan aku memarahinya. “tidak, silakan kamu cari barang-barang yang kamu perlukan...”,kataku. dia menganggguk dan kembali mengorek tempat sampah itu. Dia mengambil beberapa kaleng dan botol serta gelas plastik. Aku terlarut dan tak terasa aku ikut membantunya. Aku memasukkan beberapa botol ke dalam karungnya yang bisa dibilang kumal. “makasih mas”,katanya saat aku memasukkan botol-botol itu. Aku tersenyum. “mas, duduk dulu mas, saya capek”,katanya. Dan dia duduk di pinggirang trotoar, aku mengikutinya dan duduk di sampingnya. “namamu siapa?”,tanyaku. “dayat mas, mas sendiri siapa?”,jawab dan tanyanya. “iel”,jawabku singkat. Dia membulatkan mulutnya. “eh, entar barang bekas ini mau di bawa kemana?”,tanyaku. “ya ke penampungan barang bekas”,jawabnya. “lha terus gimana?”,tanyaku lagi. “jadi gini, saya kan mengumpulkan barang bekas ini setelah kumpul banyak entar di jual ke penampungan barang-barang bekas entar saya dapet uang”,jawabnya. “oohh..., sejak kapan kamu ngumpulin barang bekas??”,tanyaku lagi. “sejak lulus SD”,jawabnya. “nah, sekarang kamu masih sekolah”,tanyaku. Dia menggeleng. ‘banyak sekali anak kurang beruntung di negeri ini’,batinku. “sudahlah, tak apa, eh, pernah nggak kamu mencoba mendaur ulang barang-barang bekas ini jadi ya... semacam kerajinan gitu?”,tanyaku mengalihkan pembicaraan. Dayat menyeritkan dahi lalu menggeleng. Aku tersenyum. “hmm, bagaimana kalau kita bikin kerajinan dari botol-botol ini sama dari kardus-kardus ini?”,usulku. “hmm, bagaimana caranya?”,tanyanya. “kita butuh buku kerajinan”,jawabku. “ayo!”,aku berdiri dan mengajaknya pergi ke suatu tempat. Dia mengikutiku.

Aku dan dayat berhenti di sebuah toko buku loakan di belakang taman pintar. “mau cari apa mas?”,tanya penjaga toko itu. “cari buku kerajinan ada?”,tanyaku. “ooh, tentu mas...”,jawabnya sambil memilah-milah buku mencari buku kerajinan. “ini mas”,katanya dan menyodorkan beberapa buku kerajinan tangan. Dayat hanya diam. Memperhatikan tingkahku. Aku membuka-buka buku yang disodorkan penjaga itu. “yang ini aja deh...”,kataku dan memilih buku yang tidak terlalu tebal. “hanya ini mas?”,tanyanya. Aku mengangguk. “berapa harganya?”,tanyaku. “12 ribu”,jawabnya. Aku mengambil satu lembar 5 ribuan dan satu lembar 10 ribuan. “kembalinya 3 ribu ya mas”,katanya dan menyodorkan 3 lembr seribuan. “makasih”,kataku. Aku dan dayat beranjak pergi dari tempat itu. “eh, day, udah siang nih, makan dulu yok”,ajakku. “nggak mas.. mas aja yang makan, dayat nunggu disini aja deh...”,tolaknya. Bukan pertama kali bagiku ajakanku ditolak mentah-mentah, aku juga sudah tahu alasannya. Hanya satu. Tidak ingin merepotkan dan tidak ingin dikasihani(katanya satu? Kok jadi dua? Ah, penulis gila!). aku hanya tersenyum. “ya sudah, aku masuk dulu ke dalam, kamu tunggu disini saja!”,kataku. Aku masuk ke dalam kantin kawasan taman pintar. Aku memesan dua kotak bento dan dua gelas tong tji. Setelah itu aku kembali keluar, tempat dimana dayat menungguku. Kulihat dayat sedang membaca buku yang tadi kubelikan. Aku menepuk bahunya pelan. “lho cepet banget mas?”,tanyanya. “nih, aku nggak makan disana kok”,jawabku dan menyerahkan sekotak bento dan segelas tong tji. Dia menerimanya ragu. “udah, nih buat kamu!”,kataku dan menyodorkannya. “makasih ya mas...”,katanya. Aku mengangguk dan tersenyum. “ ayo dimakan!”,suruhku. Dia membuka kotak bentonya. Kulihat dia melahapnya dengan semangat. Aku hanya tersenyum tipis melihatnya. Kemudian kami larut dalam makanan masing-masing. Makanan kami habis dalam sekejap.

“mas, tadi saya sudah ngelihat nih buku, cukup sulit mas bikinnya”,katanya setelah kita sedang menyedot minuman kita masing-masing. “oh ya? Nanti aku bantu deh bikinnya”,kataku. “beneran mas?”,tanyanya. “ya pastilah, besok kita ketemu lagi aja, di depan BI, bisa kan?”jawab dan tanyaku. Dayat mengangguk mantap. “ya, pasti bisa mas...”,jawabnya.
Kemudian setelah agak lama kita duduk- duduk dan mendiskusikan barang yang akan kita buat kitapun berpisah.

Aku menunggunya di depan BI, sesuai janji di hari kemarin. Beberapa menit setelah aku menunggunya dia akhirnya datang. Kulihat dia membawa karung kumalnya yang kutahu isinya adalah ember dan kaleng yang kemarin kuminta. Akupun membawa sekantung kresek berisi stik es krim, kain flanel, cat minyak, peralatan lukis dan kertas warna-warni, dan tak lupa beberapa bohlam hias dan kabel-kabel, peralatan listrik lainnya. “maaf mas, saya telat..., tadi saya cari barang dulu”,katanya dengan nafas sedikit terengah-engah, mungkin dia berlari untuk sampai disini padahal dari kejauhan dia terlihat tenang. “oh ya, nggak papa kok...”,kataku sembari tersenyum. “jadi, kita mau bikin dimana mas?”,tanyanya. “gimana kalo di galeri mas aja...”,usulku. “dimana mas galerinya?”,tanyanya lagi. “di daerah pasar sentir”,jawabku. “oh deket donk, ya udah di galeri mas aja”,katanya. Aku dan dayat berjalan beriringan ke galeriku.


Akhirnya kita sampai di galeriku, aku memang memiliki galeri, yah untuk sekedar memamerkan beberapa hasil jepretanku, jarang memang yang mengunjunginya tapi jika mereka sudah mendengar ‘karya baru’ dari seorang gabriel stevent damanik bisa dipastikan aku tidak bisa pulang ke rumah dalam waktu satu minggu. Hahahaa, memang ada saja yang ingin melihat karyaku, bukannya aku sombong, tapi memang kenyataannya begitu. Ok, lupakan. “ini galeri mas iel?”,tanya dayat sambil melihat-lihat karyaku. “iya, kenapa?”,jawab dan tanyaku. “kok mas iel motretnya hampir semuanya satu tema? Kemiskinan”,tanyanya. Aku sedikit terkekeh. “hanya ingin membuktikan bahwa di indonesia banyak sekali orang-orang yang masih belum beruntung dan hanya ingin memperlihatkan kepada dunia bahwa kita harus membantu mereka yang kurang beruntung ini”,jawabku. Dayat manggut-manggut. “oohh, mas iel baik banget deh...”,pujinya kepadaku. “ini demi kebaikan kita semua”,kataku.

“mas, kita mau bikin apa nih?”,tanyanya saat semua bahan dan alat sudah dipersiapkan. “kita buat celengan aja, terus lampion dari stik-stik ini, tempat sampah”,jawabku. “ok, kita mulai darimana?”,tanya dayat lagi. “membuat motif”,jawabku. Aku dan daayat mulai membuat motif di atas ember-ember bekas. Setelah membuat motif kita mulai mewarnai dengan cat-cat yang kubawa. Tak sulit untukku melukis di atas di berbagai media, karena jurusan yang aku pilih pada semester pertama mencakup semua aspek seni. Dari seni tari, degraf, lukis, musik, fotografi dan banyak lainnya. Yap, celengan pertama kita cukup bagus. Setelah membuat tempat sampah, kita mulai menyusun stik es krim untuk membuat lampion(pembaca ngerti kan yang kayak apa?? Kalo nggak ngerti dibayangin aja deh, penulis bingung jelasinnya,hehehee, kurang profesional).

Setelah beberapa hari aku dan dayat mendaur ulang barang-barang bekas ini akhirnya kita menjualnya ke orang-orang dengan cara berdagang keliling, menawarkan setiap barang kepada orang-orang yang sedang berjalan-jalan dan tak disangka hasilnya cukup lumayan. “wah, mas, laku mas..., uang kita banyak nih mas”,kata dayat dengan mata berbinar sambil menghitung uang. Aku tersenyum. “lima ribu, sepuluh ribu, limabelas ribu, duapuluh ribu........seratus duapuluh lima ribu”,dayat menghitung hasil kerja kita. “ya sudah,sebagian buat modal sebagian lagi buat kamu”, kataku. “buat saya? Lha buat mas mana? Mas kan juga bantu”,tanya dayat. “mas sih nggak usah, kamu kan lebih butuh, dan kamu juga usahanya keras banget”,jawabku. “bener? Buat saya mas?”,tanyanya dengan mata terbelalak. Aku mengangguk pasti. “mas, kalau begitu, saya bikin kerajinan sendiri saja, saya nggak enak sama mas, masa mas bantu saya tanpa ada upah”,katanya. “emang kamu bisa kerja sendiri?”,tanyaku ragu. “bisalah mas..., mas tenang aja”,jawabnya pasti, penuh keyakinan. “ya sudah kalu begitu, tapi kalau kamu butuh bantuan kamu bisa temui mas di galeri ini ya”,kataku. “sip mas..., mas, kayaknya udah sore, kita pulang saja yuk”,ajaknya. Kemudian kami berpisah di perempatan BI. Setelah berpisah dengan dayat aku berjalan melewati depan DPRD yogyakarta. Bebrapa waktu lalu terjadi demo tenteng RUUK. Aku berjalan dan... “astaga”,aku menepuk dahiku. Bisa-bisanya aku melupakan sesuatu yang penting. Akh, bukan rejekiku kali. Kalian tahu apa yang kumaksud? Aku lupa memotret dayat dengan wajah gembiranya, hahahaa, aneh ya aku? Tapi menurutku itu adalah sesuatu yang berharga dan seharusnya aku bisa mendapatkan foto itu. Tapi, ya sudahlah. Mungkin lain kali aku bisa mendapatkan foto itu.

Aku berjalan sambil menunduk. “brruukk”,tak sengaja aku menabrak seseorang. Ternyata yang aku tabrak adalah seorang gadis kecil yang membawa dagangannya. Semua dagangan yang dia bawa berjatuhan. “aduh, de...maaf yaa, saya nggak sengaja”,kataku dan memunguti barang dagangannya yang berserakan. “nggak papa kok mas, tapii dagangan saya rusak semua... aduh gimana ini mas? Nati saya dimarahi bos saya gimana?”,dia kelihatan bingung. “ya sudah, nanti saya yang tanggung jawab, sekarang kamu antar saya ke boss kamu...”,kataku dan mengangkat dagangannya. “terimakasih ya mas...”,katanya. “mari saya antar”,katanya lagi. Aku mengikutinya dari belakang,aku dan gadis kecil ini berbincang sedikit, ternyata namanya Oik, dia sekarang kelas 1 smp, dia bekerja sebagai pedagang asongan untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya, seperti buku, alat tulis dan seragam. Akhirnya aku dan dia sampai di sebuah toko. Dia memanggil pemilik toko itu. “bang, dagangan saya jatuh, tapi ada yang mau ganti rugi bang”,katanya pada sesosok lelaki hitam manis yang berdiri membelakanggiku. “iya, sebentar ya Oik, abang lagi ngitung nih”,lelaki itu berkata lembut. Jika dilihat dari perkataan dan penampilannya sepertinya dia tidak akan tega memarahi Oik, atau Oik itu baru bekerja disini, sehingga dia belum tahu sifat orang disini. Oik mendatangiku. “sebentar ya mas, bang Riko lagii ada urusan sebentar”,katanya dan tersenyum manis. “iya, saya tunggu kok”,kataku. Lelaki yang bernama Riko itu mendekatiku dan Oik. “jadi ini yang mau ganti rugi, Ik?”,tanyanya dan tersenyum ramah kepadaku. Aku membalas senyumnya, Oik mengangguk. “nama saya Riko, kakak asuh Oik”,kata lelaki itu memperkenalkan diri. “gabriel stevent”, aku turut memperkenalkan diriku. “fotografer profesional itu kan?”,tanyanya. Aku hanya memangguk kecil, “ah, tidak seprofesional itu kok”, kataku. “hahaha, tidak usah merendah, siapa sih yang nggak kenal nama gabriel stevent di UGM”,katanya dan tertawa. “kok tahu? Anak UGM juga ya?”,tanyaku. Riko mengangguk,“iya, seangkatan sama kamu kok, tapi jurusan ekonomi”,jawab Riko. Aku mengangguk-anggukan kepalaku. “ohya, jadi aku harus ganti rugi berapa?”,tanyaku. “150 ribu saja”,jawab Riko. Aku mengambil 3 lembar uang limapuluh ribuan dan meyerahkannya kepada riko. “makasih ya yel...”,katanya. Oik tersenyum girang. “makasih ya mas...”,kata Oik. Aku tersenyum. “yel, mau masuk dulu?”,tawar Riko. “bolehlah”,kusambut tawarannya. Riko mengajakku ke belakang tokonya, tepatnya di belakang toko iitu ada rumahnya. “duduk dulu yel”, riko mempersilakanku duduk. Aku menurutinya. Oik masuk ke dalam rumah Riko. “jadii kamu yang punya toko ini?”,tanyaku kepada riko yang duduk di depanku. “iya, kamu sendiri punya galeri kan di sekitar sentir?”,tanyanya balik. Aku mengangguk, “pernah ke galeriku?”,tanyaku. “belum, hehehee, aku nggak ngerti seni”,jawabnya. “sekali kali main ke galeriku, nggak harus ngerti seni kok buat ke galeriku”,tawarku. “iya deh, kapan-kapan”,jawabnya. Oik datang membawa dua gelas es teh dan cemilan. “ diminum mas es-nya”,tawarnya kepadaku. “iya, makasih ya”,jawabku. “makasih Ik”,kata Riko, Oik tersenyum dan kembali masuk ke dalam. “itu adik kamu?”,tanyaku kepada Riko. “bukan, dia adik asuh aku, sebenarnya dia adik angkat aku, dia tinggal disini, membantuku, aku membiayai sekolahnya tapi katanya dia tidak mau merepokan terlalu banyak kepadaku, dia akhirnya ikut berjualan asongan dari sepulang sekolah dan hari libur”,jelas Riko. “orang tuanya?”,tanyaku lagi. “ada sih orang tuanya, tapi mereka nggak sanggup biayain sekolah Oik dan saudara-saudaranya yang berjumlah 4 orang, jadi aku asuh saja si Oik”,jawab Riko. “hebat kamu... sudah sanggup membiayai seorang anak, sudah punya istri belum?”,godaku, hahaa, mengingat umur kita sama 21 tahun dan aku belum mempunyai istri. “hhahaha, bisa saja kamu, belum kok, nyari uang saja belum becus, sudah mikirin istri, pacar saja belum punya”,jawabnya sambil tertawa. Aku pun ikut tertawa mendengar penuturannya. “kamu sendiri?”,tanya Riko balik. Aku terkekeh, “ya, sama sepertimu, punya pacar aja belum, siapa sih yang mau sama aku? Sang fotografer amatir”,jawwabku. “wah, bejibun kali yel.. di kampus aja numpuk tuh cewek-cewek yang suka sama kamu, apa? Amatir? Amatir kok udah punya galeri? Ckckck, gimana yang profesional?”,goda Riko lagi. Aku hanya terkekeh. “hahaa, ada-ada saja kamu”,kaataku. Obrolan singkat terjadi antara aku dan riko, ya nostalgia pada masa-masa sekolah saja. “eh, udah sore nih, aku pamit dulu ya, ko”,aku melihat jam yang tertengger di diding rumah riko dan segera beranjak berdiri. “oh, ya sudah, hati-hati di jalan ya yel”,pesannya. Riko mengantarkanku sampai ke depan tokonya. “makasih ya ko”,kataku. Dia mengacungkan jempolnya, “sip, masama”.

Aku berjalan menuju halte bus transjogja, membeli karcis dan menunggu bus itu datang. Tak lama aku menunggu, bus berwarna hijau pun datang. Segera saaja kunaiki bus itu, rasa penat menjalar di seluruh tubuhku membuatku ingin segera sampai di rumah secepatnya.


10 tahun kemudian


Aku kembali ke kota ini, yogyakarta, sudah 10 tahun aku meninggalkan kota ini dan selama 10 tahun ini aku hanya berkeliling saja, mulai dari beberapa daerah di indonesia sampai beberapa negara di eropa dan amerika. Apa tujuanku berkeliling? Ya, hanya sekedar untuk mendapatkan ‘pemandangan’ yang bagus, dan membanding-bandingkannya. Tidak ada yang berubah dariku, tetap membawa kamera yang selalu setia menggantung di leherku. Aku menginjakkan kakiku di bandara adi sucipto. Aku memanggil taxi, taxi yang kupanggil mendekat dan segera saja aku masuk ke dalam taxi tersebut setelah menyampaikan tujuanku tentunya. Taxi yang kutumpangi melaju perlahan, menembus kemacetan di jogja. Sampai akhirnya ccciiiittt.... taxi yang kutumpangi mengerem mendadak, “pak, hati-hati donk nyupirnya...”,omelku kepada sopir taxi ini, “maaf tuan, saya tidak sengaja, lagi pula dia nyebrang nggak hati-hati tuan”,jelas sopir taxi ini. “ya sudah, ayo kita bawa korban itu ke rumah sakit”,kataku da turun dari taxi, sopir dan beberapa warga yang ada disekitar tempat kejadian itu pun menggotong tubuh anak itu ke dalam taxi. Aku segera melesat ke rumah sakit terdekat. </span></span>

Aku memeriksakan korban yang kutabrak. Aku masih menunggu di ruang tunggu, ditemani sopir taxi yang kutumpangi. Ada raut ketakutan di wajahnya. “pak, tenang saja, saya yang tanggung semua biayanya kok”,kataku memecahkan keheningan, dan berharap sopir ini tidak gelisah lagi. “terimakasih pak, tapi bukan itu yang saya takutkan, saya hanya takut dipecat boss saya”,katanya. “tenang saja pak, saya akan membantu bapak menjelaskan semuanya ke boss anda kok”,kataku menenangkan. Dia tersenyum, “terimakasih ya pak..terimakasih banyak...”,katanya dan mencium-cium punggung tanganku. “sudah bapak, tak perlu seperti ini”,kataku. “sekali lagi terimakasih ya pak”,katanya, aku tersenyum. Tiba-tiba, “permisi suster, saya mau tanya,korban kecelakaan taxi tadi di rawat dimana ya?”,tanya seorang lelaki paruh baya di tempat resepsionis, tak jauh dari tempatku duduk. Aku menengok ke arahnya. Dan mendekatinya. “maaf, apakah anda wali dari anak itu?”,tanyaku hati-hati, sepertinya orang ini keras, yah jika dilihat dari fisiknya yang sepertinya keturunan indonesia timur yang biasanya memang memiliki sifat keras. “iya, apakanh anda tahu?”,jawab dan tanyanya. “iya, dia sedang diperiksa oleh dokter, tapi sebelumnya maaf, tadi taxi saya yang menabrak putra anda”,jawabku hati-hati lagi. “apa? Jadi anda yang menabrak anak saya? Hati-hati donk, sudah tahu jalan ramai, jangan ngebut donk!”,lelaki itu mulai membentakku, aku hanya tersenyum tipis. “maaf sebelumnya, tapi tadi bukan kesalahan taxi saya, tapi tadi putra anda yang menyebrang tanpa melihat-lihat”,jelasku lembut. “jadi itu kesalahan anak saya? Jangan mengada-ada! Dimana-mana yang besar itu yang salah!”,katanya menggebu, tidak terima perkataanku. “pak, itu memang kesalahan anak bapak, nyebrang nggak liat-liat, untung saja tadi saya masih pake kecepatan rendah jadi saya bisa ngehindarin kecelakan yang lebih fatal lagi”,tiba-tiba saja sopir taxi yang kunaiki itu membelaku. “pokoknya saya nggak mau tahu, anda harus tanggung jawab semua biaya rumah sakit ini!”,kata lelaki itu tak peduli. “ok, bapak tenang saja, saya akan bertanggung jawab kok”,kataku. Lelaki itu melengos dan duduk di ruang tunggu, aku pikir aku lebih tua darinya, tapi kenapa dia tak ada rasa hormat kepadaku sedikitpun? Tapi, sepertinya aku mengenalinya? Siapa yaa? Sepertinya sudah lama sekali. dia menunduk, sepertinya dia mulai frustasi, aku duduk di sampingnya. Untuk menghilangkan kejenuhanku, aku membuka file foto di kameraku, tahukah kalian? Kameraku tidak pernah ganti sejak 10 tahun silam, hahahaa, aneh bukan, sekarang sudah jarang sekali kamera seperti ini, tapi ini aku buat sebagai ciri khasku, kamera SLR pada jaman itu. Mungkin kalian bertanya-tanya apakah memorynya tidak pernah penuh? Hahaha, tentu saja pernah, tapi selalu aku pindahkan ke komputerku, sekarang hanya tinggal beberapa yang ada di kameraku, hanya yang menurutku bagus saja. Aku mengamati setiap hasil jepretanku, dan akhirnya aku sampai pada sebuah foto seorang anak berambut ikal yang sedang duduk menerawang entah memikirkan apa, aku mulai mengubek-ubek memory otakku. Dan aku ingat kejadian 10 tahun lalu saat aku menolong seorang anak pencopet dan membawanya ke tempat Rio, ahh,, rio sahabat terbaikku yang harus di renggut nyawanya oleh sebuah truk 5 tahun yang lalu. Dan aku tidak datang untuk penghormatan terakhirnya. Menyesal? Tentu. Dia sahabat terbaikku. “hhh..”,sepertinya aku mendesah terlalu keras sehingga lelaki keras itu menoleh. Tiba-tiba seorang dokter keluar dari ruang periksa anak. “maaf, siapa keluarganya?”,tanya beliau. “saya dok..”,jawab lelaki itu. “oh, anak anda tidak kenapa-napa dia hanya schok dan sedikit luka-luka. “syukurlakh kalo begitu, bolehkah saya melihat kondisi anak saya?”,tanyanya. “oh ttentu saja”,jawab dokter itu. Aku lebih memilih menunggu di depan ruangan sedangkan lelaki itu memasuki ruangan.


Lelaki itu keluar, kulihat wajahnya gelisah, seperti menyimpan sebuah ketakutan. Dia menghampiriku. Dan kemudian mengulurkan tangannya kepadaku. Senyumku pun mengembang. Dan bertanya-tanya dalam hati apa yang sedang lelki ini pikirkan, tadi dia marah dan sekarang dia malah mengajakku bersalaman. Senyum di wajahnya juga ikut mengembang. “saya minta maaf ya pak, tadi saya sudah menuduh bapak yang tidak-tidak, ternyata benar, anak saya yang salah, tadi dia sudah cerita sendiri kepada saya”,kata lelaki itu. Tangannya tetap menggenggam tanganku. “iya tidak masalah, saya juga minta maaf ya, karena tadi taxi saya juga teledor”,kataku dan menepuk-nepuk punggung tangannya. “sekali lagi, saya minta maaf yang sebesar-besarnya kepada bapak.....”,katanya dan menggantung. “gabriel”,tambahku pada kata-katanya yang menggantung. Dia kelihatan terkejut. “mas iel ya?”,tanyanya antusias. Aku mengangguk dan pasti mukaku terlihat bingung. “daud?”,tanyaku agak ragu. Dia mengangguk, aku memeluknya. “ternyata kamu daud, maaf ya tadi mas nggak ngenalin kamu”,kataku dan melepas pelukanku. “iya, daud juga minta maaf tadi daud udah ngebentak-bentak mas iel, sumpah daud nggak tau kalau tadi itu kak iel....”,kata daud. “udahlah yang tadi lupain aja, gimana kabar kamu?”,tanyaku megalihkan pembicaraan yang mulai menyinggung hal-hal yang tidak mengenakkan. “puji Tuhan kak, baik, mas sendiri gimana kabarnya?”,tanyanya balik. Aku tersenyum, “sama, mas juga baik, sekarang kamu kerja diamana? Mas denger sekarang kamu yang ngelanjutin usahanya si Rio, ohya, maaf ya waktu rio dipanggil Tuhan, mas nggak bisa dateng, mas lagi ada di Scotlandia...”,kataku dengan menyesal. “iya, nggak papa kok mas, kita semua tahu mas itu sedang sibuk, syukurlah mas Rio ngasih kepercayaan lebih ke aku jadi sekarang aku yang ngelanjutin usahanya mas Rio”,jawab Daud. “mas sungguh menyesal nggak bisa dateng ke pemakaman Rio, tapi nasi sudah menjadi bubur...”,kataku. “sudahlah mas, sudah 5 tahun yang lalu, mas Rio pasti sudah tenang disana”,kata daud membuatku sedikit lega. “makasih ya, berkat kamu mas jadi nggak ngerasa bersalah banget”,kataku. Daud mengangguk, “sama-sama mas, makasih juga buat jasa mas Iel dulu, coba kalau nggak ada kak iel, saya nggak tau bakal jadi apa sekarang”,kata daud terlihat bersungguh-sungguh. “iya, sama-sama, sudah jadi kewajiban setiap orang untuk saling bantu-membantu. “aaduuhhh,, kalau diingat=ingat jadi sedih juga ya mas, lebih baik sekarang kita ke kantin rumah sakit ini dan ngobrol disana”,ajak daud. “okelah, tapi gimana sama anak kamu?”,tanyaku. “dia sedang tidur, mungkin efek dari obat”,jawab daud. Aku mengangguk, dan kita berjalan ke kantin.

Aku dan daud mengobrol banyak hari ini, sehingga kami lupa waktu. “wah, sepeertinya sudah makin siang yaa.., apa tidak sebaiknya kita kembali?”,tanyaku.. “wah, benar juga, sudah siang nih”,kata daud. “ya sudah mas ngurus adminidtrasi dulu”,kataku dan beranjak. “mas, nggak usah, biar aku saja, tadi aku hanya emosi mas...”,tolak daud. “sudahlah, tak apa, uangmu simpan saja!”,paksaku. “ya sudahlah, trimakasih ya mas, wah, jadi semakin banyak nih jasa mas iel ke aku”,kata daud. “ah, nggaklah”,kataku. Kemudian aku dan daud berjalan ke ruangan yang dipakai oleh anak Daud. Dan akhirnya kami berpisah di ruangan itu, aku menuju tempat administrasi.


Di tengah perjalanan Hpku berdering, sebuah pesan masuk ke Hpku, ternyata dari istriku yang menanyai kabarku dan keberadaanku. Terlalu konsen dengan HP aku menabrak seseorang. “brruuukk”. Orang yang kutabrak membawa berkas-berkas, ternyata dia seorang dokter. Dia bangkit dari jatuhnya. “maaf ya pak, tadi saya yang salah, saya jalan nggak liat-liat”,katanya. “iya, nggak papa kok, saya juga salah tadi saya juga nggak liat-liat”,kataku. “sekali lagi saya minta maaf ya pak”,katanya lagi. “iya sama-sama dok”,kataku lagi. “apakah ada yang sakit?”,tanyanya sedikit cemas, kelihatannya. “oh, tidak, saya masih kuat kok”,jawabku dan menyunggingkan senyumku. “sepertinya anda sedang sibuk, lebih baik anda segera melakukan pekerjaan anda”,tambahku. “ah, tidak juga, tapi memang saya sedang terburu-buru untuk mengantarkan berkas ini”,katanya. “ya sudah, cepatlah anda antarkan!”,perintahku dengan lembut. “iya, sekali lagi saya minta maaf ya pak, permisi”,katanya dan pamit. “ya, sama-sama”,kataku dan sekarang aku hanya melihat punggungnya yang mulai menjauh dariku. Aku pun melanjutkan jalanku ke tempat administrasi yan lumayan jauh.

Cukup lama aku mengantri, hingga akhirnya tibalah urutanku. Seorang suster menanyaiku dan menyebutkan nominal yang harus aku bayar. Aku mengeluarkan beberapa lembar uang sesuai yang disebutkan oleh suster itu. Aku tersenyum dan kembali ke tempat daud. Dan saat di jalan, kembali aku bertemu dengan dokter muda yang tadi bertabrakan denganku. “eh, ketemu lagi dengan anda”,kataku saat berpapasan dengannya. “iya pak...”,katanya dan tersenyum, senyum yang mengingatkan aku kepada Ozy, si penyemir sepatu yang bercita-cita sebagai seorang dokter. “dokter disini?”,tanyaku. “belum pak, masih KKN”,jawabnya. “oh, berarti sebentar lagi lulus ya”,kataku. “iya, alhamdulillah, amin”,balasnya. “iya, bagus kalau begitu, sekolah dimana?”,tanyaku lagi. “UGM, bapak sendiri sedang apa disini?”,tanyanya balik. “iya, tadi saya nabrak anak, ya jadi saya tanggung jawab”,jawabku. “oohh...”,dokter itu hanya menganggk-angguk. “dokter apa kalau boleh tau?”,tanyaku. “spesialis mata”,jawabnya. “wah, hebat... semoga sukses ya”,kataku dan memnujinya. “amin, terimakasih pak...”,katanya. “namamu siapa?”,tanyaku. “ahmad fauzy, tapi biasanya dipanggil Ozy, bapak sendiri?”,jawab dan tanyanya balik. “ozy? Saya gabriel, biaasanya dipanggil iel”,jawabku. “apa anda mas iel, yang suka fotografi?”,tanyanya antusias. Aku mengangguk. “masih inget saya mas? Saya ozy yang penyemir sepatu itu lho...”,tanyanya. “ya, aku masing inget kok, tadi baru saja aku ngerasa kalau kamu Ozy yang itu, sebelum kamu nyebutin nama kamu”,jawabku. “saya juga sudah ngerasa kalau mas itu mas iel, itu kameranya masih ajeg(tetap), tapi saya nggak mau SKSD”,kata Ozy dan membuatku tertawa. “hahahaa, masih inget kamu dengan kameraku? Ohya, masih nggak suka di photo?”,tanyaku menggodanya. “ya masih inget lah mas, hahaha, mas iel masih inget aja... iya aku masih nggak suka di photo, kenapa nggak ganti kamera aja mas?”,tanyanya. “ah, terlalu banyak kenangan indah yang diabadikan”,jawabku simpel. “halah, kenangan sama istrinya ya mas??”,goda Ozy. “hahaha, nggak juga, ini photo kamu yang waktu itu juga masih ada”,kataku. “hah? Masa? Sudah 10 tahun kan?”,tanyanya tidak percaya. “iya, masih ada lakh..., ini mas tunjukkin”,kataku dan aku mulai mengutak-atik kameraku dan mencari foto Ozy kecil. “nih”,tunjukku. “eh, iya, ini aku... hahahaa, mas iel... mas iel..., buat apa mas iel masih nyimpen foto aku? Buat nakut-nakutin tikus di rumah yaa??”,tanyanya sedikit bercanda. “hahaha, ya nggaklah, ini tuh foto bagus”,jawabku. “ya, itu karna aku yang jadi modelnya...”,katanya narsis. “hahaha, dokter narsis”,ejekku. “hahahaa, kata anak muda jaman sekarang tuh nggak narsis ngak hidup”,balasnya. “anak muda jaman sekarang ada-ada aja”,kataku. “hahahaa, itulah bedanya jaman sekarang sama jaman dulu”,kata Ozy. “ohya, zy, kamu mau kemana? Kok kita malah jadi ngobrol lama disini?”,tanyaku setelah menyadari bahwa kita terlalu lama berdiri. “hahaa, oh iya, mas iel sih ngajak ngobrol terus... bercanda denk”,jawabnya sambil bercanda. “kok mas sih? Kamu tuh, dokter masa lupa waktu, coba kalau ada pasien gimana?”,balasku. “hahahaa, kalau pasien sih insya allah nggak bakalan lupa”,jawabnya. “eh, sepertinya udah siang, mas pergi dulu yaa...”,pamitku. “iya mas, eh, mas, mas iel punya galeri yang ada di sentir itu kan?”,tanyanya. “iya, main kalau kamu lagi nggak sibuk...”,jawabku dan menawarinya. “iya mas, kaapan-kapan deh”,jawabnya. “ya sudah, mas duluan yaa”,pamitku lagi. “ya mas... hati-hati”,balasnya.

Aku berjalan ke tumpat Daud. Daud menyambutku. “mas iel lama banget, ngantrinya panjang ya? Aduh maaf ya mas, karna aku mas jadi harus nunggu lama”,katanya bertubi-tubi. “ah, nggak kok, nunggunya Cuma sebentar tapi tadi ketemu sama temen lama, jadi ngobrol dulu”,kataku. “oh syukurlah...”,desahnya. “hahahaa, sebegitu khawatirnya kau padaku...”,kataku. “ya tentulah mas, mas kan sangat berjasa dalam hidupku”katanya. “hahaha, tidak sebegitunya kaliii, itu terlalu berlebihan”,kataku. “hahaha, kata anak jaman sekarang terlalu lebay”,tambah Daud. “yayaya, lebay”,kataku. Aku dan daud tertawa bersama-sama.

Dengan taxi yang tadi aku, daud dan nyopon-anak daud- pulang ke rumah daud. Rumah rio juga. Aku hanya mengantarkannya. Dan berlalu. Aku duduk di jok belakang taxi, pergi ke galeriku. Daerah sentir. Taxi melaju berlahan. Mungkin takut kejadian tadi akan terulang kembali.


Akhirnya aku kembali berdiri di depan galeriku setelah membayar kerugian taxi. Tak ada yang berubah sejak 10 tahun yang lalu. Masih khas aksen Bali, memang aku sengaja memilih ornamen khas Bali, tak ada artinya memang, hanya saja aku ingin meniru para seniman Bali yang terkenal itu.

Aku melangkah, mulai memasuki pelataran galeriku. Terlihat seorang pemuda yan usianya tak jauh dariku sedang melayani para turis yang sedang melihat-lihat isi galeriku. Dia terlihat seperti seorang guide profesional. Aku sedikit tersenyum dengan kepiawaian bahasanya. Dia menjadi semakin baik dalam berbahasa asing.

Sepertinya dia melihatku, kuliat dia menhampiriku. Aku menyambutnya. Dia memelukku, aku membalas pelukannya dan menepuk-nepuk punggungnya. “gimana kabar kamu day?”,tanyaku saat pelukan dayat terlepas. “alhamdulillah baik mas, mas iel sendiri gimana kabarnya? Katanya tadi mas iel dateng sekitar jam 10 kok sampe jam 2 gini?”,tanyanya bertubi-tubi. “baik juga, iya tadi ada hambatan sedikit”,jawabku. Dayat mengajakku masuk. Aku dan dayat duduk di ruang santai di dalam galeriku, Sementara para turis sedang asyik melihat-lihat. Semenjak 10 tahun yang lalu, tepat sehari sebelum aku memutuskan untuk berkeliling, dayat menghampiriku dan memintaku untuk mengijinkan dirinya untuk bekerja di galeriku. Dengan hati seringan mungkin aku menerimanya sebegai penjaga di galeriku.

“gimana day sama galeri ini? Gimana juga sama daur ulangnya?”,tanyaku mengawali pembicaraan. “syukurlah mas, kemarin galeri ini dimuat di salah satu koran lokal, daur ulangnya juga sudah mulai bertambah maju, itu semua berkat mas iel yang udah ngirim alat dari Luar Negeri itu”,jawabnya. “ya syukurlah”,kataku. Aku dan dayat terlarut dalam obrolan seru.

Aku kembali ke hotel. Sebenarnya tadi dayat menawariku untuk tinggal di rumahnya, tapi aku menolaknya. Aku masuk ke dalam kamarku. Merebahkan badanku di ranjang hotel dan kemudian aku mendesah pelan. “kruyuukk”,perutku berbunyi. Hahahaa, baru aku sadari bahwa aku belum makan malam. Aku keluar dari kamarku. Berjalan-jalan di sekitar hotl. Tujuanku hanya satu, angkringan. Hahaha, padahal banyak sekali makanan enak di hotel ini, tapi aku sangat merindukan angkringan yang sudah 10 tahun ini tidak aku temui. Hotelku tak jauh dari DPRD jogja, yah, daerah situ memang sangat banyak warung makan berjajar. Dari gudeg sampai seafood. Aku berjalan di sepanjang jalan yang dipenuhi aneka ragam makanan. Dan aku menjatuhkan pilihanku ke sebuah angkringan yang sedikit ramai oleh anak muda Jogja. Aku memesan segelas kopi dan dua bungkus nasi kucing.

Setelah selesai melahap makananku aku kembali berjalan-jalan di sekitar situ. Kulihat banyak anak muda Jogja yang sedang nongkrong-nongkrong, hahahaa, aku jadi teringat masa mudaku, masa dimana aku dan Rio masih suka nongkrong-nongkrong nggak jelas, cari makan seadanya, dan jalan-jalan cari objek yang bagus. Hahahaa, jujur aku sangat rindu suasana itu. Tiba-tiba langkahku terhenti di sebuah Toko yang cukup Besar, cukup setengah menit untukku berpikir ada apa dengan bangunan ini, sepertinya familiar di mataku. Aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam toko itu, benar sajaa, aku langsung teringat bahwa toko ini milik Riko, kenalanku pada dahulu kala. Ah, jadi ingat Oik, gadis kecil itu, gadis yang memiliki 4 saudara dan orangtuanya tidak mampu membiayainya sekolah sehingga dia harus menjadi seorang pedagang asongan.


Hei, kenapa aku masuk ke dlam toko ini? Padahal tidak ada yang ingin kubeli, hanya saja aku ingin sedikit bernostalgia. Tapi jika aku keluar kembali pastilah aku sangat malu. Ya sudahlah, aku embil beberapa makanan berat, seperti mie instan dan bubur instan. Aku melangkah ke kasir, kasir itu seirang gadis, sepertinya itu Oik. Aku mulai mengantri. Dan akhirnya tibalah gilliranku. “hanya ini pak?”,tanyanya. “iya”,jawabku. “ehm, kamu oik yaa?”,tanyaku. “eh,,oh,,ehmm... iya pak, bapak kenal saya?”,jawab dan tanyanya. “aku iel”,jawabku. “ooh, mas iel??? Gimana kabarnya mas? Maaf tadi oik nggak ngenalin mas”,katanya. “baik, kamu sendiri gimana? Lha riko juga apa kabar?”,tanyaku. “alhamdulillah oik juga baik, oh, kalau mas riko juga baik, tapi sekarang dia udah nggak disini”,jawab oik. “maksud kamu? Nggak disini gimana?”,tanyaku sedikit cemas. “ooh, bukan begitu maksudnya, iya, bang Riko udah nggak di indo lagi, tapi sekarang dia ada di spore, dia ngajalanin bisnis disana dan keetulan istrinya juga orang sana”,jawab oik yang sepertinya mengerti pikiranku. “hahahaaa, ooh, jadi itu maksudnya, mas kira apa...”,kataku. “hayooo... mas iel kira Bang Riko udah...”,kata-kata oik aku potong. “sudahlah, jangan diperpanjang, pikiranku memang ngaco, ohya, jadi sekarang kamu yang ngelanjutin usaha Riko yang ada disini?”,tanyaku untuk mengalihkan pembicaraan. “iya, karena Oik udah lulus kuliah jadi Oik yang ngelanjutin”,jawab Oik. “ya, syukurlah kalau begitu...”,kataku. “ohya, berapa semuanya?”,tanyaku. “semuanya 23 ribu”,jawab Oik, dia menyerahkann kantong belanjaanku. Aku menyerahkan uang pas, “ya sudah ya Ik, sebenarnya sih mas masih mau ngobrol sama kamu, tapi tuh banyak yang antri”,pamitku. “iya mas, Oik juga masih pengen ngobrol banyak,, mungkin besok-besok ya mas...”,kata Oik. “ya, bisa diatur, duluan ya ik, makasih”,pamitku lagi. “iya mas, hati-hati yaa”,pesan Oik. Aku mengacungkan kedua jempolku dan melangkah keluar dari toko itu.

aku memandangi kameraku di balkon kamar hotelku. Aku membuka file yang tertera disitu, file yang 10 tahun lalu.

File pertama, kulihat seorang bocah laki-laki yang sedang menyemir, aku kembali mengingat masa itu, dan kemudian aku mengingat kejadian tadi siang saat aku bertemu kembali dengan bocah itu, dia sekarang sudah bisa meraih cita-citanya menjadi seorang dokter spesialis mata, siapa sangka calon dokter itu dulunya adalah seorang penyemir sepatu??


File kedua, terlihat foto seorang anak keturunan Nusa tenggara dengan kulitnya yang terlihat gelap sedang menerawang jauh ke awan. Sampai sekarang tidak ada yang tahu apa yang sedang dia pikirkan pada saat itu. Mungkin saja keluarganya. Dan sekarang dia menjadi seorang agen koran dan menjadi orang kepercayaan Rio dan menjadi ayah yang sangat perhatiaan kepada anaknya. Ahh... tak disangka seorang pencopet sekarang bisa menjadi orang yang sangat penyayang dan orang yang bisa diberi kepercayaan.

File ketiga, hanya terlihat punggung seorang gadis kecil, ya, karena aku mengikutinya dari belakangnya. Dialah oik. Gadis kecil itu, gadis yang rela berjualan asongan demi mendapatkan pendidikan. Ah, kagum sempat terbesit di pikiranku pada waktu itu. Dan sekarang dia menjadi seorang sarjana yang sudah bisa mengurus bisnis kecil-kecilan.

File keempat, bukan file yang kuambil 10 tahun lalu, foto ini kuambil tadi sore. Yap, foto dayat. Dulu aku belum sempat mendapatkan fotonya. Dan aku teringat pada saat itu, saat dimana dayat sedang mengorek-orek tong sampah. Dan sekarang dia menjadi seorang guide yang pandai berbahasa asing. Tak menyangka memang.

Aahh, mereka hanya sebagian kecil dari orang-orang yang sangat beruntung. Orang-orang kecil yang sekarang menjadi orang besar. Dan semangat yang dulu mereka tunjukkan semua terekam disini. Di balik lensa kamera. 23/01/2011 19:22:24

ok, selese... gimana ceritanya?? gajekah??? kritik sama sarannya di tunggu yaa.. cz aku butuh kritk sama saran kalian, ya aku hanya seorang anak yang sedang dalam tahap belajar.


ini nih yang dibuat sama dayat n iel
nah ini maksud aku...
KITA ADA UNTUK BERSAMA
Satu jam saja

Aku kembali memandang jendela luar cafe. Ah, sudah satu jam lebih aku menunggunya. Tapi rasa bergemuruh itu selalu melandaku ketika aku hendak melangkahkan kakiku untuk pergi meninggalkan tempat ini. Rasa khawatir selalu singgah di hatiku dan berbagai pertanyaan muncul di otakku. Bagaimana kalau dia datang? Dia pasti akan mencariku. Ah, benarkah? Dia akan datang atau tidak saja, aku belum tahu. Mungkin dia masih sibuk dengan ‘urusannya’ yang sekarang. Hhh, aku kembali menghela napas. Sudah cukup! Dia memang tidak akan datang. Apa sih susahnya menyempatkan waktu satu jam saja? Terlalu sibukkah dia?
Kali ini aku benar-benar melangkahkan kakiku keluar dari cafe ini. Dengan langkah gontai aku menghampiri honda jazz merahku. Sebelum masuk ke dalam mobil, kembali kusempatkan diriku menengok ke cafe tadi dan mendesah. Sudah berapa kali dia mengecewakanku? Aku sudah lelah.
Aku membanting diriku ke atas ranjang. Benar-benar lelah. Tahukah dia aku telah menyempatkan waktu luangku hanya untuk dia? Hh, dia memang tidak pernah tahu apa-apa tentang diriku. Aku yang selalu sibuk dengan urusan kantor saja rela meyempatkan waktuku hanya untuk bertemu dengan dia. Aku terlalu bodoh atau polos sih?? Bukankah seharusnya aku bisa menduga kalau dia tidak akan datang? Hh, berapa kali aku harus menghela napas???
Aku kembali teringat saat aku sedang dalam keadaan galau. Malam itu aku tanpa sadar mengirimkan sebuah sms kepadanya yang berisi ajakan untuk minum kopi bersama di cafe dekat kantornya. Ya, dekat kantornya, tapi kenapa dia tidak datang? Padahal jaraknya hanya sekitar 100meter dari kantornya. Ah, sudahlah. Dan dia menyanggupinya. Saat itu juga aku terlonjak kaget. Bagaimana tidak? Sudah satu tahun aku dan dia tanpa komunikasi tapi tiba-tiba dia mau menerima ajakan konyolku. Dan beberapa detik kemudian senyum tersungging di wajahku tapiii sepersekian detik aku kembali muram. Ya, aku bodoh. Aaah, kenapa aku bisa sebodoh ini sih?? Aku mengajaknya dan aku tidak tahu apa yang harus aku bicarakan padanya. Dan jika dia bertanya kenapa aku tiba-tiba mengajaknya pergi, apakah aku harus menjawab kalau aku sedang rindu berat kepadanya?? Aarrgghh... tidak mungkin kan?
Dalam anganku aku tidak meprediksikan bahwa dia tidak akan datang seperti saat ini. Aku kira dia benar-benar menepati janjinya. Dasar lelaki! Aku bangun dari posisi tiduranku dan meraih hape yang ada di meja rias. Nihil. Tak ada satu pun sms atau panggilan darinya. Dia memang benar-benar lupa dengan janjinya kepadaku.
Aku kembali beraktifitas pada hari senin, kejadian itu terus menghantuiku sepanjang hari Minggu kemarin. Aku benar-benar kecewa. Ya, aku tahu, aku terlalu tolol untuk mengharapkan dia datang. “hii”,sapa seorang kepadaku. Ah, sial sekali, orang ini lagi. Harus berapa kali sih aku menunjukan rasa tidak sukaku kepada orang ini? Aku hanya tersenyum muram. Orang ini menatapku aneh. Aku yang risih segera berjalan melewatinya. Tidak sopan sekali orang ini, menatapku seperti tadi. Aku bergidik ngeri.
Aku masuk ke dalam ruanganku. “pagi”,sapa sahabat sekaligus sekretarisku. “pagi juga”,balasku. “eh, kemaren gimana?”,tanya sahabatku. “gimana apanya?”,tanyaku balik. “lo sama dia”,jawab sahabatku. Aku mendesah sebentar. “dia nggak dateng”,jawabku lirih. Sepertinya sahabatku tercekat. Dia menghampiriku dan mengelus punggungku. “mungkin dia sibuk”,kata sahabatku. “sibuk? Sibuk sama ‘urusannya’?”,sinisku. “posthink aja deh”,tambah sahabatku itu. Ah, bagaimana bisa posthink? Dia terlalu mengecewakan.
Ponselku berdering sangat nyaring, membuat aku harsu menghentikan sebentar meeting yang sedang berjalan. Private number. Siapa? Tak butuh waktu lama aku mereject panggilan tanpa nama tersebut dan mendiamkan ponselku. Aku kembali melanjutkan meeting yang sedang kupimpin. Ah, kacau. Panggilan itu sudah mengacaukan segala kata yang sudah aku susun.
Aku kembali membuka ponselku, sudah satu jam tadi meeting selesai, tapi aku baru membukanya kembali. 5 panggilan tidak terjawab. Dan semuanya dari private number. Ada 10 sms masuk dan itu dari DIA. Aku tak menyangka. Aku membuka satu persatu pesannya. Mulai dari yang pertama. Dia hanya menuliskan satu kata yaitu maaf. Aku membuka yang kedua dan dia menanyakan aku dimana. Aku membuka yang ketiga dia mengatakan bahwa dia ingin bertemu denganku. Yang keempat dia bertanya kenapa tidak menjawab teleponnya. Yang kelima dia terus bertanya ku mau tidak bertemu dengannya untuk meminta maaf. Yang keenam dia menyatakan penyesalannya kemarin. Yang ketujuh dia menulis puluhan kata maaf. Yang kedelapan dia menanyakan kenapa aku tidak membalas smsnya. Yang kesembilan dia berkata bahwa jika aku memaafkannya aku harus datang ke cafe yang kemarin hari ini juga dan dia menuliskan kata sekarang. Aku segera melihat jam dikirimnya sms ini. Oh my... sudah satu jam lebih. Aku segera mengambil kontak mobilku dan melaju ke cafe kemarin denga kecepatan tinggi. Berharap dia masih ada disana, tapi aku juga tidak yakin dia masih ada disana atau tidak, ya, secara dia kan ‘sibuk’. Ohya! Masih ada satu sms yang belum aku baca. Aku mengambil ponsel yang ada di dalam tasku. Kubuka sms yang belum sempat terbaca tersebut. Dan isinya i will wait you. Whenever.ILU. ccciiiiiitttttt.... aku mengerem mendadak, ah, beruntung jalan sepi. ILU? Sadarkah dia menulis demikian? Aku harap tidak. It is impossible. Hei, tak sadarkah dirinya bahwa sebentar lagi dia akan menjadi milik orang lain? Bukankah kata itu kan membuatku sakit lagi? Ingat! Sudah 1 tahun hubungan ini berakhir. Aaarrggghh.. aku terjebak dalam permaianan konyolku!!
Aku memutar balik mobilku ke arah kantor. Ingin sekali aku menangis. Dia mengatakan itu? Hal yang memang dulu sempat aku sukai. Tapi tidak untuk saat sekarang. Ingat! Dia milik orang lain. Memang bukan kemauannya tapi tetap saja dia akan menjadi milik orang lain.
“lho kok balik? Cepet amat?”,tanya sahabatku heran. Aku segera memeluknya dan menangis di pelukannya. “kenapa?”,tanya sahabatku lembut. Aku masih terisak. “ok, lo tenangin diri lo dulu yaaa, gue ambilin lo minum dulu”,ucapnya lagi. Aku melepas pelukannya. Dan terduduk. Aku kembali mengingat smsnya. I will wait you. Benarkah? Haruskah aku percaya dengan perkataannya? Benarkah dia tidak akan mengecewakanku lagi? Tapi bagaimana jika dia benar-benar menunggku? Ah, tapi bagaiamana jika dia tidak menungguku? Mulai sekarang aku selalu memikir hal terbaik sampe yang terburuk.
Aku segera mengambil kontak dan melajukan mobilku ke cafe tadi. Masa bodoh dengan perkataan sahabatku yang melarangku, aku terlalu menyayanginya ternyata.
Aku menatap satu per satu pengunjung yang berada di cafe, dan kudapati dia tengah memandang keluar jendela. Aku menghela napas sebentar. Relaks saja batinku memotivasi diri. Aku menepuk pundaknya,dia memang duduk membelakangi pintu. Dia menoleh dan tersenyum masam. Aku balas senyumnya dengan masam pula. Aku duduk di hadapannya. “mau minum?”,tawarnya. Aku hanya mengangguk. Terlalu canggung. Dia memesankan minuman kesukaanku. Masih ingat ternyata. Aku hanya tersenyum dan menggumamkan kata terimakasih. Aku dan dia terdiam, seperti orang yang tidak saling kenal. “aku kangen kamu”,ucapnya tanpa menoleh ke arahku. Membuatku tersentak. Aku diam, dan bingung harus berkata apa. “ehmm, gimana kabar tunangan lo?”,tanyaku mengalihkan pembicaraan dan tidak menggunakan aku-kamu. “baik-baik aja”,jawabnya singkat dan menoleh ke arahku. Dia menatapku dalam, matanya yang tajam tetapi teduh mampu menghipnotisku sampai akhirnya sang pelayan datang membawa pesananku. “maaf yaa”,katanya. “udahlah, ngak usah diomongin lagi”,balasku. “maaf kemarin aku nggak dateng, dia nggak ngebolehin aku pergi buat nemuin kamu”,tambahnya dan menghela napas berat. Aku juga menghela napas. “namanya juga calon istri, wajarlah kalo dia ngelarang lo buat ketemu gue”,kataku. Dia menatapku tak percaya. “kamu beneran udah nggak ada rasa buat aku lagi?”,tanyanya, pertanyaan yang sangat aku takuti. Aku diam, tak mengangguk atau menggeleng, tak terucap satu kata pun. “jawab dhe”,desaknya. Dhe? Panggilan itu. “gue nggak tahu, dan jangan panggil gue dengan sebutan dhe, karena gue udah nggak suka itu”,jawabku. Dia kembali menghela napas. “sorry kalo gue keterlaluan kemarin, gue nggak sengaja buat ngajakin lo minum dan sebenernya kalo lo nggak dateng juga nggak papa”,kataku. Munafik. “jadi lo nggak seneng ketemu sama gue? Dan lo nganggep semua itu Cuma kesalahpahaman?”,tanyanya lirih, bisa terlihat jelas bahwa dia kecewa. “nggak gitu juga... bukan gitu...”,sangkalku. “terus?”,tanyanya. “eehhmmm... gue bingung”,jawabku. “tatap mata gue”,perintahnya. Aku diam, tak menatap matanya, terlalu takut bila aku harus menatap matanya, bisa-bisa aku kembali terhipnotis oleh mata elangnya. Dia mengangkat daguku, membuatku meatap wajahnya yang tampan. “i love you”,desisnya. Butiran bening mulai menuruni pipiku. Dia mulai menghapus air mataku dengan jari-jarinya. “jangan nangis, aku nggak suka kamu nangis, aku sakit kalo kamu nangis”,katanya. Air mata justru jatuh dengan derasnya. “kok nambah deres? Jangan nangis donk? Aku nggak mau kamu nangis”,katanya. Aku terisak, air mataku tidak lagi jatuh, aku mulai tegar. “jangan katain kata itu lagi..”,pintaku. “kenapa? Kamu masih sayang sama aku kan?”,tanyanya. Aku tersenyum. “kamu bukan milikku lagi, nggak pantes kamu ucapin kata itu dan nggak pantes aku denger kata itu lagi dari kamu”,jawabku. “tapii aku sa...”,aku meletakkan jariku di bibirnya, membuatnya berhenti berucap. “sssttt.. inget! Bentar lagi kamu nikah”,kataku. “tapi aku nggak cinta sama dia, aku cinta sama kamu”,katanya dengan nada kesal. “nggak, itu salah! Kamu nggak boleh lagi cinta sama kamu dan kamu juga nggak boleh cinta sama aku, benar apa kata ibu kamu, cinta itu pasti akan tumbuh lambat laun saat kamu bersamanya”,nasehatku. Perih. Sangat perih saat harus kuucapkan kata itu. Tapi satu, aku harus kuat. “udah setahun aku nyoba buat cinta sama dia, tapi nihil. Dia nggak bisa gantiin kamu di hati aku”,katanya lirih. Miris. Aku mencoba tersenyum. “kamu pasti bisa, aku yakin itu, asal kamu tahu, pilihan orang tua tak pernah salah, mereka pasti inginan yang terbaik untuk anaknya”,ujarku. “katamu mereka inginkan yang terbaik untuk anaknya, tapi apa? Yang aku inginkan itu kamu, kamu yang terbaik untuk aku bukan dia, jadi kamu salah kalau mereka inginkan yang terbaik untuk aku karena mereka nggak ngerti apa yang aku inginkan”,ucapnya. “hhh, aku capek debat sama kamu, Cuma satu pintaku, belajarlah cintai dia, lupain aku”,kataku pasrah. Ingin aku segera kembali ke rumah dan menangis meratapi nasib percintaanku. “kalo itu mau kamu, aku bakal coba, tapi jangan harap aku bisa mencintainya lebih dari aku mencintaimu”,katanya. aku lagi-lagi tersenyum. “maaf ya aku udah ganggu hubungan kamu sama dia, dengan ngajak kamu minum kemarin”,kataku menyesal, ya, aku sangat menyesal. Aku yang bodoh. “nggak papa kok, semuanya jadi terasa lebih ringan, aku sebenernya pengen banget ngomongin ini sama kamu tapi aku terlalu takut kamu malah sakit hati, dan kenyataannya kamu adalah wanita yang sangat tegar, dan itu yang membuatku cinta sama kamu”,tuturnya. Aku menelan ludah. Aku mohon jangan ungkit lagi masa lalu kita.
“ehmm, gimana kerjaan lo?”,tanyaku mengalihkan pembicaraan. “kerjaan gue baik-baik aja kok, lo sendiri?”,tanyanya. “baik juga, bentar lagi gue dipindahin ke luar negeri, kayaknya sih di melbourn”,jawabku. Ya, rencanaku pergi ke aussie sangatlah besar, Cuma satu, aku ingin melupakannya. “ke melbourn? Apa karna gue?”,tanyanya penasaran. “nggak lah, PD amat sih lo! Ini tuntutan pekerjaan, nggak ada hubungannya sama lo kok”,jawabku bohong. “ooh, gue kira karna gue, jangan pernah lupain gue yaa”,pintanya. Aku mengangguk. “pasti”,ucapku getir. Aku nggak akan pernah lupain kamu, karena kamu punya andil besar dalam hidup aku, tapi aku berharap aku bisa lupain kamu karena aku nggak mau hidup di bayangi wajah kamu lagi lanjutku dalam hati tentunya.
Tiba-tiba dia maju ke panggung dan mengambil microfon.
“disini gue bakal persembahin lagu buat lo, my lovely, i will always loving you”,ucapnya dan menatapku. Aku tak terlalu percaya dia bisa sePD ini, dan aku tercengang. Pengunjung yang lain ikut menatapku dan bertepuk tangan menyemangatinya.

Jangan berakhir
Aku tak ingin berakhir
Satu jam saja
Ku ingin diam berdua
Mengenang yang pernah ada
Dia memejamkan matanya, meresapi setiap bait dan aku pun merasakan makna tiap bait itu. Harapan.
Jangan berakhir
Karna esok takkan lagi
Satu jam saja
Hingga kurasa bahagia
Mengakhiri segalanya
Tapi kini tak mungkin lagi
Katamu semua sudah tak berarti
Satu jam saja
Itupun tak mungkin
Tak mungkin lagi
Jangan berakhir
Ku ingin sebentar lagi
Satu jam saja
Izinkan aku merasa
Rasa itu pernah ada...

Lagu habis dia membuka matanya. Menatapku dalam. Aku tahu itu adalah tatapan pengharapan. Tapi seperti lagu tadi, semua telah berakhir. Berakhir disini. Dia dengan hidupnya dan aku dengan hidupku. Pegunjung bertepuk tangan. Dia kembali ke tempat.
“lagu harapan”,kataku. Dia tersenyum, senyum yang mampu membuatku semangat saat aku masih bisa bersamanya. “ya, dan seperti apa kata lagu tadi, semua sudah berakhir, tak mungkin lagi dan esok takkan lagi, ini yang terakhir”,kataku. “aku belum siap melepasmu”,katanya. “jangan berakhir aku ingin sebentar lagi dan aku tak ingin berakhir”,lanjutnya. “nggak bisa, cukup satu jam. Dan ini waktunya. Tepat satu jam. Sepertinya kita harus berpisah”,kataku, jujur hatiku sangat perih meninggalkannya, orang yang sangat aku cintai, dan aku harus rela melepasnya demi keinginan orangtuanya. Ah, miris sekali nasib cintaku ini, saat aku menemukan belahan jiwaku aku harus rela dengan kenyataan yang menyatakan bahwa aku harus meninggalkannya. Cinta tak harus memiliki, ah, kata yang sangat munafik. Dalam kanyataannya, siapa sih yang tidak mau memiliki? Jawabannya tak ada. “boleh aku memelukmu untuk yang terakhir kali?”,tanyanya. Aku mengangguk. Dia beranjak dan memelukku erat. Lama. Hangat. Pelukan yang selama satu tahun ini tak pernah lagi aku rasakan, dan sekarang ini adalah pelukan yang terakhir kalinya. Aromanya yang sangat khas membuatku tak pernah lupa dengannya.
“makasih buat hari ini, see you”,ucapku dan pergi meninggalkannya. Aku tersenyum. Ya, aku pasti bisa melupakannya dan satu harapanku. Semoga dia bahagia dengan pilihan orangtuanya.

5 cm

23.45 | 0 Comments

penulis: Donny Dhirgantoro
Judul: 5 cm
penerbit: PT Gramedia widiasarana Indonesia, 2005


buku ini menceritakan sebuah kisah persahabatan yang diselingin dengan kisah hidup masing-masing tokohnya yang sumpah luar biasa banget. menurut aku sih buku ini bagus banget, keren lah... nuku ini buat aku tergila-gila.
gaya bahasa yang mudah dimengerti, enak, asyik banget kisahnya... apalagi diselingi dengan kata-kata bijak dan itu bikin kita sedikit sadar lah akan hidup ini butuh perjuangan dan jangan pernah sia-siain hidup kita, kita tuh harus hargain hidp, setidaknya kita berusaha untuk meraih sesuatu. dan di buku ini mengajarkan kalo kita tuh harus punya mimpi dan mimpi itu harus kita capai...
dan di buku ini banyak banget tempat-tempat yang buat kita menerawang, gimana sih bagusnya tempat itu??? emang indah banget yaaa?? kayak apa sih?? dan sumpah, tempat-te,pat itu bikin aku penasaran, sampe browsing. gila kan?? dan ternyata itu emang keren banget, bahkan bisa bikin kita ngomong, "gue pengen banget ke sana...".


itu adalah ranu kumbolo, sebuah danau di mahameru, keren kan??? apalagi waktu senja... waw banget... dan kalian pasti bakalan ngomong, "kapan ya gue kesana??". hahahaha, beneran deh nieh buku, bikin kita berdecak kagum.
tapi ada lagi nih, namanya ranu pane, nggak jauh beda sih sama ranu kumbolo, bagi aku sih sama-sama keren...

bagi aku apa yang dibuat oleh Tuhan, semua keren dan berarti.

dan puncak dari buku ini adalah ini.....


yeah! mahameru! keren banget bagi aku orang yang udah naikin puncak mahameru... karena di buku ini diceritakan kalo perjuangan buat sampe ke mahameru sulit banget! dan pada saat pendakian perjuangannya tuh kayaknya beraaat banget!! bahkan kalo kita baca bisa sambil deg-degan. gila nggak tuh buku??? keren banget sumpah!

aku sih cuma bisa ceritain buku ini sama kalian sampe sini... penasaran?? baca sendiri donk...! hehehe :)
ini cuma buat referensi kalian aja... yang jelas buku ini bukan buku picisan! keren banget! sumpah!

satu kalimat yang paling gue inget dari buku ini!
kurang lebih gini...

dan semua akan indah kalo lo tetap jadi diri lo sendiri... bukan orang lain!

gila mantep banget kan???

ayo baca buku ini! dan kalian akan sadar dan buka dunia kalian sekarang juga, guys!
“gue bilangin ya! Jangan pernah ngasih tahu nomor gue ke siapapun lagi! Kalian ini aaarrggghhh!!!”,terlihat seorang gadis sedang mencak-mencak kepada kedua temannya. “tapi maksud kita kan baik”,salah satu dari mereka melakukan pembelaan. Gadis itu mendengus. “baik darimananya?? Yang ada tuh kalian ngejerumusian gue ke lubang buaya!!!”,kata gadis itu sewot. “dia yang maksa, katanya dia pengen banget deket sama lo!”,kata teman yang satunya lagi. “ya jangan dikasih donk! Kalian kan bisa bilang nggak tahu ato gimana kek...”,ucap gadis itu lagi. “pokoknya kalian jangan pernah ngasih nomor gue ke siapapun tanpa sepengetahuan gue! kalo enggakk.... awas aja!!!”,ancam gadis itu. Kedua temannya mengangguk dan menelan ludah.

“eerrr.... ngapain sih nih orang sms mulu! SKSD banget deh! Tau orangnya aja kagak!!”,omel shilla-gadis itu-. “ini semua gara-gara agni sama rio nih..., nyebelin banget sih mereka!!!”,teriak shilla.
Ddrrttt....ddrrttt....ddrrttt....
Shilla mengambil ponselnya yang baru saja dia letakkan di atas meja riasnya. “dia lagi... dia lagi...”,desahnya sambil menghela napas. “apaa?? Ngajak ketemuan?? Iuh... sape lo sape gue??”,kaget shilla. Ya, baru saja orang yang meminta nomornya dari agni dan rio memintanya untuk ketemuan. Shilla jelas ogah banget! Shilla segera mengetik sms menolak ajakan orang yang sama sekali tidak di ketahui rupanya.
>>skip<<
“aarrrgghh... stress gue! nih gara-gara kalian yang sembarangan nyebarin nope gue!!!”,bentak shilla kepada agni dan rio.
“sorry shill, kan kita nggak sengaja, lagian mukanya dia tuh memelas banget! Apalagi dia kakak kelas shill, kita kan jadi rada gimaaannaaa getooo....”,sesal agni.
 “iya, shill, lagian yaa... dia tuh kayaknya suka banget sama lo! Dia tuh udah mohon-mohon ke kita beberapakali, bahkan ya shill, dia sampe nungguin kita ekskul, ya kita jadi nggak enak donk!!”,kali ini rio membela.
Shilla mendesah. “kalian nggak tahu sih gimana penderitaan gue! tuh orang sms gue selama hari minggu, dari pagi sampe malem, padahal udah gue kacangin..., jelas dia mengganggu banget kan??”,cerita shilla.
“kalian tuh kalo mau ngasih nomor gue liat-liat orangnya donk! Jangan asal!”,nasehat shilla.
 “mana dia ngajakin gue ketemuan lagi, liat orangnya aja kagak!”,kata shilla lagi.
“ya sorry deh shill, kita kan nggak tahu kalo jadinya kayak gini... lagian kita liat-liat orangnya baik kok”,ujar agni, yang disetujui rio dengan anggukan.
“emang kalian tahu orangnya??”,tanya shilla.
“ya elah, tadi kan kita ngomong kalo dia nungguin kita sampe selesai ekskul, ya otomatis kita liat lah, lumayan kok shill, nggak jelek-jelek amat, tajir lagi...”,promosi agni.
“iya shill, tajir banget.. bawanya aja cagiva, nggak kayak gue yang Cuma bawa vixion”,tambah rio.
“eh, denger yaa... gue itu nggak matre! Emang kalian!”,cibir shilla.
“wetsah, gue juga nggak matre kaleee, buktinya gue mau sama ayank ‘iio, yah, walopun Cuma bawa vixion”,kata agni, rio hanya cengengesan gaje.
“huh! Kalian tuh yeee... bikin gue ribet aja deh!! Tapi gue jadi penasaran nih sama yang namanya siapa tadi??”,tanya shilla.
“sion shill, sion... S-I-O-N”,jawab rio sambil mengeja nama penggemar shilla.
“yee, emang shilla anak TK? Pake di eja segala...”,seloroh agni.
 “iya tuh, gue juga tahu!!”,ucap shilla.
“Lha kalo tahu kenapa tadi nanya??”,tanya rio.
“tahu ejaannya bukan tahu namanya, namanya sih sabodo teuing*bener kagak tuh tulisannya?? Sorry gue bukan orang sunda*”,jawab shilla.
“jadi lo penasaran shill? Kenapa nggak lo terima aja ajakannya?”,sekarang agni yang bertanya.
 “ih, ogah yee... gue kan nggak kenal, maless banget...”,jawab shilla.
“ya udah, kita ke kelasnya yuk! Bilang kalo lo mau kenalan, dia pasti seneng banget deh...”,kata agni sambil menarik tangan shilla. Shilla meronta-ronta dan memberi tatapan memelas kepada rio agar membantunya, rionya  sih cuek-cuek aja, yang ada nih nanti dia marahan sama agni kalo dia berani nolongin shilla. Shilla hanya bisa menggerutu dalam hati.
“ag...ag...ag.. jangan donk!! Gue kan malu...”,mohon shilla sambil berpegangan erat pada salah satu pilar.
“oo.. tidak bisa... kan tadi lo ngomong kalo lo penasaran!!”,tolak agni tegas dan menarik-narik tangan shilla.
“ag.. ag... gue nggak mau ag... please... jangan... okeh, gue mau ketemu dan kenalan sama dia tapi kalo sendiri, nggak kayak gini...”,mohon shilla lagi sambil menunjukan wajah memelas.
Agni mendesah. “beneran nih?? Nggak mau gue temenin??”,tanya agni. Shilla pikir-pikir dan kemudian geleng-geleng.
“nggak deh,makasih, kalo ada lo yag ada gue malu...”,tolak shilla. Agni melepaskan genggamannya.
“ya udah...”.
“tega lo ya ag... udah ngasih tahu ke dia tanpa izin, eh lo juga nyeret-nyeret gue kayak gini, bikin gue malu aja deh...”,kata shilla kesal.
“sorry deh, lagian lo-nya sih... katanya tadi penasaran, mau dikenalin eh, nolak”,kata agni sambil cengengesan.
“hhh, tapi nggak usah kayak gini kaleee...”,kata shila masih kesal.
“jadi lo mau nerima ajakan dia?”,tanya agni memastikan. Shilla hanya mengangguk pasrah.
Agni dan rio tersenyum senang, mereka memang sengaja berbuat seperti itu. Yah, karena mereka disuruh oleh sion. Lagian mereka juga nggak Cuma-Cuma tapi mereka dibayar sama sion, jadi mereka mau-mau aja. Rio dan agni saling mengacungkan jempol “mission is succes”,batin mereka bersamaan.
>>skip<<
“udah deh shill, ceepetan, dia pasti udah nugguin lo! Dia kan ontime banget shill...”,suruh agni. Shilla masih berputar-putar di depan cermin kamarnya. “beneran nih ag?? Gue nggak yakin deh...”,kata shilla yang kehilangan kepercayaan dirinya. “kan lo ndiri yang bilang setuju sama ajakan dia”,kata agni mengingatkan. ‘yeee, kalo lo nggak nekat, gue nggak bakal mau deh kayak gini...’,batin shilla kesal. “ya udah deh, gue berangkat dulu yaa... byeee... do’ain gue”,kata shilla dan mengambil kunci honda jazznya.
Deg...deg..deg...
Jantung shilla berdegup tak karuan saat melangkah memasuki pintu kafe. Berbagai pertanyaan menyeruak di kepalanya. Shilla memang sengaja tidak mencari tahu orang seperti apa yang akan ditemuinya, biarlah menjadi kejutan.
Kemeja putih kotak-kota celana jeans ditambah blazer item. Ya, itu dia orangnya, batin shilla. Shilla segra menghampiri orang itu. “maaf, sion?”,tanya shilla memastikan. Orang itu tersenyum manis sekaleee*penulislebay*. Shilla membalas senyumnya, tak begitu buruk, batinnya. “iya, shilla?”,tanya sion balik, basa-basi. Shilla mengangguk.
Sion mempersilakan shilla duduk. “mau pesen apa shill?”,tanya sion manis. “eehmm, terserah aja deh...”,jawab shilla kaku. Sion segera memanggil waitress dan memesan 2 gelas punch, lettuce wraps dan flan(puding dari mexico). Glek! Shilla menelan ludah. Semua yang dipesan sion sama saja menyuruhnya diet, padahal kan shilla sengaja tidak makan malam di rumah.
“thanks ya udah mau dateng”,kata sion mengawali pembicaraan. “sama-sama”,jawab shilla singkat. “kita belum kenalan secara resmi nih, kenalin aku sion dari kelas XI IPS 1”,kata sion dan mengulurkan tangannya. “shilla,dari kelas X-9”,kata shilla dan menyambut tangan sion. Sion menjabat tangan shilla lama. Shilla jadi risih sendiri. “sorry,tangannya bisa dilepas?”,tanya shilla sedikit kikuk. Sion yang sadar segera melepaskan tangannya dengan gugup, tapi masih stay cool. “eehmm, kamu ikut ekskul apa shil?”,tanya sion. “teater”,jawab shilla singkat. “kalo aku ikut basket sama band, eh, kamu mau ikut basket nggak?”,tawar sion. Shilla menggeleng cepat. “nggak ah, aku nggak bisa  maen basket”,tolak shilla. “kenapa? Basket itu seru lho”,tanya sion. “ya, nggak papa, nggak suka olahraga aja...”,jawab shilla. “kamu suka sastra yaa??”,tanya sion lagi. Malam ini sepertinya sion lebih aktif dalam berbicara. “nggak juga...”,jawab shilla cuek. ‘ih, nih orang ngapain sih nanya-nanya mulu, pengen gue gorok deh’,batin shilla sewot. “kamu itu cuek banget sih shill...”,komentar sion kelepasan. “gue emang gini dari dulu.. kenapa?? Nggak suka??”,tanya shilla terpancing emosi. “engg... engg...eenng...enggak kok, biasa aja, malah jadi kesannya enak aja, lebih menantang”,jawab sion gugup. Shilla hanya menyeritan dahi. Apa maksudnya tuh? Batin shilla bertanya-tanya.
Makanan datang, mereka makan dengan sion yang ngoceh nggak jelas, shilla hanya diam saja, kadang menanggapi kalo dia memang tahu, kalo nggak ya dia diemin aja tuh si sion. Shilla lama-lama BT juga ngasih wajah manis ke sion. Shilla pikir sion ini tuh basi banget, SKSDnya itu lhoo.. bikin risih, apalagi matanya jelalatan. Tapi shilla akui sion ini pantang menyerah, selalu berusaha bikin shilla ngejawab pertanyaannya, bahkan kadang mencoba ngelawak yang sumpah garing banget, tapi shilla tetap ngehargain itu semua.
“aku anter kamu yaa...”,pinta sion saat mereka selesai dinner. “nggak usah, makasih, aku bawa mobil kok...”,tolak shilla. “ehhmm, ya udah deh.. makasih ya udah mau dinner sama aku, ternyata kamu baik, cantik lagi..”,kata sion. “iya...iya... sama-sama”,jawab shilla jutek, shilla ini paling males kalo udah digombalin. “ya udah, aku anter kamu ke mobil kamu yaa...”,tawar sion. Kalau ini mana mungkin shilla menolak, jadi shilla hanya mengangguk.
“thanks kak...”,kata shilla. Sion tersenyum. “gue duluan yaa kak...”,pamit shilla dan masuk ke mobilnya. Sion hanya mendesah. “tantangan banget sih nih cewek, bikin gue penasaran aja”,gumam sion dengan tersenyum miring dan menghampiri motornya.
>>skip<<
“gimana shill ngedate bareng kak sion??”,tanya agni dari seberang.
“hah? Biasa aja kok...”,jawab shilla singkat.
“ceritain donk shill...”,pinta agni.
‘nih bocah kerajinan amat nelpon Cuma buat nanya ginian’,batin shilla.
“besok deh, lo ke rumah gue aja besok...”,kata shilla.
“ooh, okedeh, besok gue sama rio ke situ, eh, udah dulu ya shill, rio dah dateng nih...”,kata agni lalu memutuskan sambungannya.
“dasar!”,omel shilla pada ponselnya.
>>skip<<
“hah?? Jadi kak sion mesenin lo lettuce wraps?? Hahaha... emang dia nggak liat apa badan lo udah kayak sapu lidi gini dikasih begituan?? Hahahaaaa...”,ledek agni. Shilla manyun, salah nih cerita ke agni, batin shilla. “terus habis itu gimana?”,tanya rio. “ya dia ngoceh mulu...”,jawab shilla singkat. “terus?”,tanya agni. “ya udh kadang gue jawab kadang gue cuekin, masa dia bilang kalo gue ini cuek banget”,jawab shilla. “lo mah emang kelewat cuek yeee...”,komentar rio. “iya shill, cantik-cantik jangan cuek donk! Entar nggak laku lho... nih jadi orang kayak gue, semangat..”,kata agni. “dan galak”,tambah shilla cepat. Agni melotot dan rio mengacungi jempol kepada shilla. “eh, nagapain lo? Jempolin kata-kata shilla lagi??”,sinis agni kepada rio. Shilla hanya cekikikan dan rio berusaha meminta maaf kepada agni. “sorry deh ag.. gue nggak sengaja...”,pinta rio. “tau deh, gue sebel sama lo!”,kata agni ngambek. Akhirnya siang itu hanya di anatara mereka bergita hanya rio yang ngoceh minta maaf ke agni, shilla sih diem-diem aja nanggepin dua makhluk yang kelewat gila ini.
Satu jam kemudian
“heh! Pada nggak capek apa kayak gini mulu..., gue aja yang dengerin panas banget!!”,kata shilla kesal. Ya, dari tadi rio sibuk minta maaf sedangkan agni hanya acuh. “habis agni nggak mau maafin gue shill, lagian salah lo juga sih, agni kan jadi ngambek...”,ucap rio dengan muka lesu, yah, secara udah satu jam minta maaf si agninya nggak maafin. “lha? Kok gue?? ya kan salah lo ‘Io.. gue nggak ikutan :p”,balas shilla. Rio makin kusut, agni masih stay cool, pura-pura nggak peduli. “ya udah kalo agni nggak mau maafin rio, rio rela kok kalo kita putus asal agni mau maafin rio...”,kata rio setengah sadar. Agni mendelik. ‘lha, telenopela dimule nih,batin shilla. Agni berbalik ke arah rio, sedangkan rio sedang menunduk. Agni langsung memeluk rio. “nggak... agni nggak mau mutusin dan diputusin sama rio... agni sayang sama rio... sayang banget...”,kata agni di pelukan rio. Rio tersenyum girang dan mengelus rambut agni. “iya sayang... rio nggak bakalan ninggalin agni kok, rio juga sayang banget sama agni... makannya agni maafin rio ya... rio minta maaf banget, rio janji deh nggak bakal kayak gitu lagi...”,balas rio. Agni hanya mengangguk pelan. “janji?”,tanya agni setelah melepas pelukan rio. “janji”,kata rio. Mereka berpelukan lagi *jadikayakteletubiesdeh*
“wwooyy, kalo pacaran jangan disini!! Bikin mata gue sepet aja deh...!!”,omel shilla. Agni dan rio saling pandang dan kemudian tersenyum jahil. “makannya cari pacar donk!!”,balas rio dan agni kompak. Shilla hanya mendengus, salah ngomong deh dia. “iih, bukan satu-satunya solusi!! Pulang sana!! Udah nongkrong di rumah gue 2 jam!! Sana pulang!”,usir shilla. “jadi kita di usir nih??”,tanya rio polos. “nggak, disuruh nyuci! Ya iyalah diusir!!”,balas shilla sewot. “adduuuhh, cowok gue lemmot banget yaakk??”,cetus agni. “tapi sayang kan??”,goda rio sambil menaik-turunkan alisnya. Agni hanya tersipu. Shilla mendesah keras. “pulang sana!!!”,usir shilla lagi. “iya..shill...iya... selow aja kalee... yaudah, kita balik dulu yeee...., bye shill....”,kata agni lalu langsung ngacir keluar dari rumah shilla. “dasar pasangan aneh!”,gerutu shilla.
>>skip<<
Ddrrtt...ddrrtt....ddrrtt....
“hoaaammm... sapa sih yang sms pagi gini?? Nggak tau gue masih ngantuk apa...??”,omel shilla setelah terbangun dari tidurnya. Shilla segera mengambil BB-nya yang ada di meja belajarnya. “sion?”,kaget shilla ogah-ogahan.
Pagi cantik, jalani hari ini dengan senyuman manismu
Begitulah kra-kira isi pesan sion untuk shilla, dan membuat hari shilla menjadi suram. “males banget deh nih orang”,gumamnya.
Shilla menyususri koridor dengan enggan, malas sekali hari ini rasanya, apalagi setelah pagi tadi dia menerima pesan dari orang yang tidak diharapkannya.
“pagi shill...”,sapa seorang cowok kepada shilla. Shilla terkejut. “eh..ehmm... pagi juga Kka...”,balas shilla gugup. Cakka-cowok itu- tersenyum manis. “eh, kemaren kita nongkrong, kok lo nggak ikut??”,tanya cakka. Cakka adalah teman shilla tak terlalu dekat memang. “oh... ehmm... kapan?”,tanya shilla. “satnight, jalan sama cowok lo yaa...??”,goda cakka. Shilla bersemu digoda cakka. “nggak kok... nggak... lagian nggak ada yang ngabarin gue...”,elak shilla. “ooh gitu...  yaudah, besok kalo kita nongkrong lagi gue kabarin lo yaa...”,kata cakka. “eh... okedeh... gue tunggu”,balas shilla kikuk. Entah kenapa dia selalu kikuk jika berhdapan dengan cakka, padahal cakka tidak sepintar, sekaya dan secakep sion, tapi cakka selalu membuat hatinya ketar-ketir. “ya udah, gue ke kantin dulu ya shill...”,pamit cakka. “eh,, eh,, iya..”,balas shilla. Cakka pergi meninggalkan shilla yang masih bengong di tempat.
Shilla masuk ke dalam kelasnya, dan didapatinya seikat mawar di mejanya. Shilla membuka surat yang ada di mawar tersebut
Mawar cantik untuk gadis yang cantik pula
By : sion
Shilla yang tadinya sudah mulai sumringah menjadi Bad mood lagi. Kenapa sih orang ini selalu mengganggunya?? Batin shilla.
“ihiiirrr ada yang dapet bunga nih...”,goda agni yang baru saja memasuki kelas mereka. “apaan sih!”,balas shilla sewot. “wew, nyante aja neng.. jangan pake otot!”,balas agni. “lagian lo aneh shill, harusnya lo seneng dapet kembang gini, romantis, nggak kayak gue sama rio... beuh, udah pacaran aja rio nggak pernah tuh ngasih gue yang kayak beginian... lha lo, nggak ada hubungan aja dia udah ngasih kayak gini, apalagi nanti kalo udah ada hubungan...??”,kata agni dengan mupeng. “kalo lo mau ambil aja tuh kembang!”,kata shilla makin sewot. “yee... pagi-pagi kok sewot mba?? Lagi dapet yaa??”,goda agni lagi. “ya, dapet sial...”,jawab shilla asal. “hai say...”,sapa rio kepada agni. “hai juga...”,balas agni. “kenapa nih si nenek??”,tanya rio setelah melihat muka BT shilla. “tau nih, dari tadi bawaannya sewot mulu...”,jawab agni. “kenapa lagi sih lo neeekk??”,tanya rio sambil menoel dagu shilla. Shilla segera menepis tangan rio. “ih, si nenek lagi dapet yaaa??”,tanya rio tak mengerti. “tau deh!!”,jawab shilla ketus.
“lho shill, ada suratnya juga, lo udah baca??”,tanya agni saat mengambil bunga itu. Shilla hanya mengangguk malas. “mawar cantik untuk gadis yang cantik pula..., waah, romantis banget...”,komentar agni. Shilla makin menekuk wajahnya. Rio segera memberi kode. “gue salah ngomong yaa??”,tanya agni bodoh. “hh, ini gara-gara kalian nih, gue jadi digangguin sama tuh orang mulu...”,desah shilla. Agni dan rio jadi merasa bersalah. “sorry deh shill, gini aja deh.. lo coba nikmatin dulu... barangkali dia cocok sama lo!”,saran agni. “nikmatin? Lo mah gampang ngomong gitu.. nah gue?? gue yang jalanin semuanya....”,kata shilla. “ya udah deh, kalo lo nggak ngerasa cocok sama dia, ntar kita bantuin lo lepas dari dia deh... tapi dicoba dulu...”,tambah rio. Shilla hanya mengangguk.
Dan hari-hari shilla selalu dipenuhi dengan sion. Sion yang selalu menyapanya dimana saja, sehingga membuat fans-fans sion menatapnya dengan sinis. mengirimi sms selamat pagi dan selamat malam untuknya. Memberinya coklat. Memberinya bunga. Mengajaknya pergi walaupun selalu ditolaknya. Tapi sion tak pernah mundur begitu saja. Dia masih saja memperlakukan shilla bak putri raja. Shilla jadi tak enak hati sendiri.
Sampai suatu hari....
Shilla tak mendapati sms selamat pagi dari sion. Shilla berfikir mungkin sion bangun kesiangan. Sampai di sekolah shilla tak mendapati sebatang bunga maupun coklat di mejanya. Di kantin pun dia tak menemukan sion yang biasa menyapa dan memberinya senyuman. Shilla jadi uring-uringan sendiri.
“shill, kenape tuh muka? Dari tadi bingung banget keliatannya...”,tegur agni saat melihat shilla yang melamun. Shilla hanya menggeleng. “nggak tahu deh ag..”,jawab shilla malas. “cerita aja ke gue..., lo lagi ada masalah??”,tanya agni lembut. “nggak tahu, gue ngerasa ada yang kurang aja hari ini...”,jawab shilla. “kak sion?”,tebak agni dan langsung tepat sasaran. Deg! Jantung shilla berhenti berdetak. Kak sion? Benarkah dia kehilangan kak sion? Bukankah dia sendiri yang selama ini malas sekali berhubungan dengan kak sion? “bener kan shilll??”,tanya agni langsung, karna shilla diam. “gue juga nggak tahu, tapi gue ngerasa kehilangan dia banget...”,jawab shilla lirih. “lo jatuh cinta sama dia?”,tanya agni. Shilla mengangkat bahu. Agni mendesah. “kalo lo ngerasa kehilangan dia berarti lo kangen sama dia dan bisa aja lo udah jatuh cinta sama dia...”,kata agni. “masa sih? Tapi gue kan nggak suka sama dia...”,elak shilla. “tapi buktinya lo kangen sama dia, berarti lo suka sama dia shill...”,kata agni. “apa iya??”,tanya shilla bingung. “coba deh lo pahami perasaan lo dulu...”,saran agni dan pergi keluar kelas meninggalkan shilla yang masih merenungi perkataan agni.
Kak, lo berangkat sekolah?
Shilla mengetik sms itu, tapi belum dikirimnya. Antara kirim dan tidak. “kirim aja deh”,gumam shilla dan mengklik send.
Gue nggak sekolah shill, gue sakit, sorry ya jadi bikin lo khawatir, ohya, sorry lagi ya karna gue nggak ngasih tahu lo...
Begitulah jawaban dari sion dan membuat shilla bernapas lega. “ooh, jadi kak sion sakit”,gumamnya lagi.
Ooh, gpp kok, ih PD banget sih lo kak, sapa juga yang khawatir sama lo??! Yodah GWS yaa...
Hahaha, nggak papa kali shill, sekali-sekali.. makasih yaa... kangen kamu deh shill...
Ih, apaan sih?! Gombal banget! Sama-sama kak...
Sapa yang gombal? Serius tau!! Miss u..
Shilla jadi senyam-senyum sendiri mendapat sms dari sion. ‘miss you too kak..’,batin shilla entah sadar atau tidak, hanya shilla yang tahu. “woy! Senyam-senyum sendiri lo!”,kaget rio. ‘uh, tadi yang cewek sekarang yang cowok’,batin shilla kesal. “apaan sih lo! Sapa juga yang sanyam-senyum?!”,kata shilla sambil memasukkan BB-nya. “wooo, ya elo lah masa iya gue?! aneh deh lo shill..., btw agni mana?”,tanya rio. “kagak tau, tadi dia pergi...”,jawab shilla santai, pasti deh tadi rio Cuma basa-basi, batin shilla. “basa-basi banget sih lo ‘Io, bilang aja mau nanyain agni, nggak usah godain gue dulu deh...”,kata shilla to the point. Rio hanya nyengir gaje. “hehehe, tau aja lo! Yodah, gue cari yayang gue dulu yee... bye shilll... lanjutin tuh sms lo sama kak sion... bilang miss you too...”,teriak rio sambil berlari keluar sebelum kena amuk shilla.
“rriiiioooooooooooooooooooooooooooooooooooooo, awwwwaaaaasssssss llooooo yaaaaaaa!!!!!”,teriak shilla menggelegar. “shillaaaaaa jangan teriak-teriaaaakkk...”teriak Pak dave dari lantai dua. Shilla hanya nyengir ya walopun pak dave nggak bakal liat sih.
“sialan tuh rio, ternyata baca sms gue...”,gerutu shilla.
>>skip<<
Malem cantik, have a nice dream ya.. J
Beginilah sms dari sion pada malam itu.
Udah sembuh kak?
Udah kok, kan kamu obatnya
Jangan mule deh kak...!
Iya...iya... maaf
Gpp, tidur gih! Have a nice dream too..
Shilla mematikan BB-nya dan tidur.
>>skip<<
Hari ini aneh lagi, sion tak mengirimi sms ucapan selamat pagi lagi. Padahal kan sion sudah sembuh. Shilla uring-uringan lagi. Kenapa lagi sih tuh orang?, batin shilla bertanya-tanya. Shilla berangkat ke sekolah dengan malas. Sms sion seperti menjadi candu bagi shilla, membuat shilla ketagihan.
“aaaduuhh nenng kenapa lagi tuh muka? Belum disetrika yaa...??”,ledek agni yang melihat shilla sedang BT. “nggak tahu nih, bawaannya BT mulu dari kemaren..”,jawab shilla malas. “kenapa lagi?? Kangen kak sion???”,tebak agni. “nggak tahu juga deh...”,jawab shilla jaim. “tinggal bilang iya aja kok repot neng...”,goda agni. “iya, gue kangen sama dia! Puas lo?!”,kata shilla sewot. Lama-lama empet juga digodain seperti itu. “nah gitu donk! Jujur! Hehehee...”,kata agni sambil nyengir puas. Tanpa mereka sadari sepasang telinga sedang mendengarkan pembicaraan mereka dari balik jendela. “gue berhasil juga akhirnya”,gumam orang itu.
“kenapa nggak samperin aja shil?”,tanya agni. “ogah gue!”,balas shilla. “jaim banget sih lo! Gengsi jangan digedhein!”,sindir agni. “yee, kan kita jadi cewek harus jual mahal dikit ag...”,bela shilla. “ya nggak segitunya kalee...”,balas agni. Mereka mulai cekcok mulut.
“wetsah! Da paan neh??”,tanya rio yang baru saja datang. “dia yang mule duluan!!”,kata shilla dan agni bersamaan. “wew, kalian kenapa sih??”,tanya rio lagi. Agni dan shilla membuang muka. Rio jadi semakin bingung. “aduuhh, cewek-cewek cantik, kalian kenapa sih??? Kalo ada masalah dibicaraain baek-baek donk! Jangan kayak gini! Kayak anak kecil lagi rebutan boneka aja deh...”,ceramah rio. “ayo baikan!!”,kata rio seperti guru TK yang sedang melerai muridnya. Agni menglurkan tangannya, tapi ogah nengok ke shilla. Sedangkan shilla melirik tangan agni kemudian menyambutnya. “nah gitu donk!! Anak pinteeerr....”,puji rio. Agni segera menoyor rio. “yeee... lo kira kita anak TK pa??”,sewot agni yang disetujui dengan anggukan shilla. “ah, agni gitu dih sama pacar sendiri!”,kata rio sambil pura-pura ngambek. “yah, ngambek rio! Gue tinggal yaa... yuk shill...”,kata agni sambil pura-pura mengajak shilla pergi. Alhasil rio nggak jadi ngambek. “kok malah lo yang pergi, harusnya kan gue?!”,kata rio sambil manyun. “katanya lagi ngambek??”,sindir agni. Rio Cuma nyengir gaje. Dasar pasangan gila!batin shilla.
@kantin
Suasana kantin yang ramai dan penuh sesak, membuat shilla, agni dan rio harus rela berdesak-desakan. “wadoh, kalo gini kita mau makan dimana??”,tanya rio. “di lantai aja ‘Io”,jawab agni asal. “agni mau?? Ya udah kalo agni mau, rio temenin”,balas rio yang emang rada lemod. “iiihh... agni kan Cuma asal ngomong rio... nggak serius”,balas agni sewot. Shilla hanya diam. Daritadi dia hanya memperhatikan seorang yang sedang asyik bercanda dengan teman-temannya, entah sadar atau tidak atas keberadaan shilla. Shilla mendengus keras.
“gue balik, nggak mood”,kata shilla dan melangkahkan kakinya keluar dari area kantin. “kenapa tuh nenek??”,tanya agni heran setelah shilla pergi tanpa ada persatujuan dari mereka. Rio hanya mengangkat bahu sambil mencomot kerupuk yang ada di atas nasi goreng agni. “iiihh.. rioooo... beli donk!”,kata agni kesal. Rio hanya mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya.
>>skip<<
Malam hari hujan tak turun, tak seperti biasanya. Shilla tengah memakai ipodnya sambil mengerjakan tugas. Sampai akhirnya BB yang ada di sampingnya bergetar. Kak sion’s calling. Dengan tergesa-gesa shilla mengangkat telepon dari sion, yang entah kenapa kok hatinya jadi deg-degan.
“gue ada di bawah, lo keluar cepetan!”,kata sion dari seberang dan dengan cepat dia menutup teleponnya. Shilla bingung bercampur kaget. Dia segera keluar ke balkon kamarnya(ceritanya kamarnya di lantai 2). Dan betapa terkejut dan terkesannya shilla.
Ya, sion di bawah, di taman rumah shilla dengan membawa gitar, tapi bukan itu yang membuat shilla terkesan. Tapi shilla melihat lilin-lilin yang membentuk I Love U dan sion berdiri di tengah-tengah lilin yang membentuk hati. Shilla terkesima dengan itu dan kemudian dia langsung turun ke bawah.
Sion menyambut shilla dengan senyuman. Shilla menghampiri sion dan sekarang mereka berdua berada di lilin yang membentuk hati. Sion menggenggam tangan shilla dan berlutut di depannya.
“shill, mungkin ini terlalu cepat, tapi rasa ini nggak bisa aku tunda lagi, aku tertarik sama kamu dari pertama kita ketemu dan seketika itu pula aku jatuh cinta sama kamu, jadi aku rasa sekarang saatnya... would you be my girlfriend?”,ucap dan tanya sion. Sion menatap shilla dalam sehingga shilla terasa terhipnotis dan mengangguk. Sion menatap shilla tak percaya. Dan langsung memeluk shilla. Shilla membalas pelukan sion. “makasih shil, aku janji aku bakal bahagian kamu...”,bisik sion. Shilla hanya tersenyum. Kemudian sion melepaskan pelukannya dan mulai memetik gitarnya.
>>skip<< sempurna<<

Kau begitu sempurna
Dimataku kau begitu indah
kau membuat diriku
akan slalu memujamu

Disetiap langkahku
Kukan slalu memikirkan dirimu
Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu
Janganlah kau tinggalkan diriku
Takkan mampu menghadapi semua
Hanya bersamamu ku akan bisa
Reff:
Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku
Lengkapi diriku
Oh sayangku, kau begitu
Sempurna.. Sempurna.. Kau genggam tanganku
Saat diriku lemah dan terjatuh
Kau bisikkan kata dan hapus semua sesal

Shilla mendengarkan lagu itu dengan seksama dan senyum yang tak pernah pudar. Dan sion mengakhiri lagu itu dengan penuh penghayataan.
>>skip<<
Libur semester ini dimanfaatkan shilla untuk pergi ke rumah neneknya di Solo. Dan sedikit perasaan berat dia meninggalkan sion yang notabene pacarnya yang baru beberapa minggu jadian.
Di solo shilla tak henti-hentinya memikirkan sion, dia bahkan rela membelikan baju untuk sion di solo dan tak henti-hentinya juga menelepone dan mengsms sion setiap saat. Rasa resah dan kangen selalu melanda shilla, mungkin karena sion adalah pacar pertama shilla, jadi shilla overprotect banget ke sion. Seperti inilah percakapan shilla dan sion yang sedang berlangsung.
“say, lagi dimana?”,tanya shilla pada mulanya.
“di rumah aja”,jawab sion
“ada siapa?”.
“sendiri, palingan pembokat, kamu gimana kabarnya?”
“ooh, baik kok, kamu sendiri?”
“aku juga baik, kapan pulang?? Aku kangen nih...”
“gombal banget deh! Bilang aja seneng aku pergi jadinya kan bisa ngelirik cewek lain”
“ya enggak lah say, kamu kok ngomongnya kayak gitu??”
“ya, nggak papa sih, kan biasanya cowok kayak gitu.. hehehe”
“tapi aku kan nggak masuk”
“iya deh, kamu nggak masuk, udah makan?”
“udah kok, barusan aja, kamu udah?”
“udah juga, lagi ngapain?”
“lagi nonton tv, eh udha dulu ya say.. mamah manggil nih bye...”,kata sion dan langsung memutuskan sambungan.
“iih, kenapa sih?? Kok diputusin?? Katanya kangen?! Dasar cowok tukang gombal! Huh”,desah shilla kesal. “atau jangan-jangan......”,kata shilla menggantung dan membayangkan yang terjadi dengan sion disana.(ada yang aneh disini? Jika anda bisa menebak saia akan promote anda, hahaha) “nggak mungkin!”,katanya cepat, menampik semua pikiran negatifnya. “lebih baik gue jalan-jalan deh...”,shilla memutuskan untuk pergi berkeliling kota.
>>skip<<
“halo shilla tayoonng....”,seru agni di telepon, saat ini dia memang sedang menelepon shilla.
Shilla yang mengangkat teleponnya langsung menjauhkan teleponnya dari telinganya, gini nih kalo langsung angkat telepon dari agni, batinnya menyesal.
“nggak pake kuah kaleeee...”,kata shilla kesal.
“hehehee, tau aja lo! Gimana kabar nih? Ada yang cakep nggak disitu... aawww”,lagi-lagi agni menjerit, dan sekali lagi shilla menjauhkan teleponnya, dia bisa menebak apa yang sekarang sedang terjadi di seberang teleponnya. Dan akhirnya terjadilah ribut-ribut kecil disana, shilla hanya bisa menunggu mereka menyelesaikan keributan disana.
“hallo shill, ini rio, jangan dengerin omongan agni ya.. biasa lagi kumat! Gimana kabar lo shil?”,suara agni berubah menjadi rio.
“baik kok yo, lo sama agni gimana?”tanya shilla balik.
“gue sama agni baik-baik aja kok, lagi ngapain shil?”,tanya rio lagi.
“sini biar gue aja yang ngomong!”,suara rio kini berubah menjadi agni lagi. “shill, gue lagi nih, sapa bilang gue baik, rio tuh nyiksa gue mulu tau, jadi intinya gue nggak baik, kapan lo balik? Ada info nih buat lo!”,kata agni.
“hahaha, makannya lo jangan ganjen ag..., nggak tahu nih kapan balik, secepatnya, info apa??”,tanya shilla penasaran.
“yee. Siapa yang gajen, gue kan Cuma bercanda... besok aja kalo lo udah pulang, nggak enak gue ngomong di telepon”,jawab agni.
“ok, gue usahain pulang secepatnya, emang info tentang apa sih?”
“eeumm, kak sion shill.. udah ya shill, gue sama rio lagi makan nih, makanannya baru aja dateng, ohya, jangan terlalu dipikirin ya... bye tayoonngg....”,kata agni dan memutuskan hubungan sepihak.
Shilla yang baru saja akan berucap hanya bisa cengo. Sekarang yang ada dalam pikirannya hanya sion, sion dan sion, sebenarnya apa sih yang akan agni bicarakan dengannya? Bikin penasaran aja, batin shilla.
>>skip<<
“i’m come back...”,desis shilla saat memasuki rumahnya. Ya, dia memang lebih cepat pulang dari jadwal yang telah ditentukan hanya untuk mendapat info dari agni yang membuatnya tak bisa tidur. Hubungannya dengan sion pun masih berjalan seperti tak ada apa-apa, padahal dalam hatinya shilla sangat ingin bertanya,tapi dia urung melakukannya, takutnya sion akan marah kepadanya.
“shillaaa....”,seru agni saat keluar dari rumah shilla, ya, agni memang telah menunggunya semenjak shilla sedang otw ke jakarta dari solo. Rio hanya tersenyum sambil menutup telinganya yang pengang karena teriakan agni. Agni segera berlari menghampiri shilla yang masih berjalan sambil membawa kopernya. “shillaa, gue kangen sama lo! Lo baliknya lama banget deh, betah lo disana? Pasti ada cowok yang narik perhatian lo yaaa...??”,goda agni. “apaan sih lo ag, nggak ada kok, sekeren-kerennya mereka, gue Cuma sayang sama kak sion. Ya udah cukup.”,kata shilla dengan penuh penekanan. Agni menelan ludah, kayaknya shilla udah disantet nih sama sion,batin agni kesal. Shilla yang mengetahui perubahan wajah agni langsung engerutkan keningnya. “kenapa lo ag?”,tanya shilla heran. “hy, shill.. gimana kaabar lo?”,potong rio. Agni bernapas lega karena bisa lepas dari pertanyaan shilla. “baik kok, lo sendiri?”,jawab dan tanya shilla balik. “baik juga, eh, masuk shill, masa kita ngobrol di depan rumah...”,jawab dan ajak rio. “kadang gue heran deh, sebenernya siapa sih yang punya rumah? Kok yang ngajak malah yang bukan punya rumah?”,sindir agni mencairkan pembicaraan. “hehehee, iya nih, masuk yuk”,ajak shilla. Agni io dan shilla masuk, shilla berjalan di depan sedangkan agni dan rio di belakangnya dan saling bersikut-sikutan. “kalian lagi ngapain sih? Sikut-sikutan? Biasanya juga asal cablak!”,tanya shilla heran kepada dua sahabatnya ini. “nggak kok shill, lagi males ngomong aja”,jawab rio yang langsung mendapat anggukan dari agni. “ooh, tumben aja! Gue masuk dulu ya, ganti baju dulu...”,pamit shilla dan masuk ke kamarnya sedangkan agni dan rio langsung memutuskan untuk ke taman belakang menunggu shilla.
@taman
“gimana nih? Apa kita kasih tau shila aja?”,tanya agni resah. “ya iyalah, kita kan nggak mau shilla disakitin sama playboy cap kutu itu kan?”,rio malah berbalik bertanya. “iya sih, tapi gue nggak tega, itu kan cinta pertamanya...”,kata agni dengan wajah sedih. “gue juga kali, tapi daripada nanti dia disakiti terus gimana??”,kata rio sambil mengusap rambut agni yang duduk disampingnya. “gue nyesel, ngenalin dia ke kak sion Io.., ternyata kita selama ini salah”,ujar agni. “iya, gue juga nyesel, banget malah, tapi dulu kita kan nggak tahu ag..”,kata rio menenangkan agni.
Shilla datang dan melihat rio dan agni yang sedang membelakanginya. Dia tersenyum melihat kelakuan dua sejoli unik itu.
“wwooyy... pacaran mulu!!”,kaget shilla. Agni dan rio mengelus dada. “ih, lo itu ngagetin aja shil...”,kata agni pura-pura kesal. “heheheee, sorry,, cieee yang lagi mesra nih yeee...”,goda shilla. “biasa aja kali shill... kayak nggak pernah liat gue sama agni mesra aja?!”,kata rio. “iya deh...”,kata shilla sembari duduk di samping agni.
“eh iya, tadi katanya mau ngomong, ngomong apa sih? Gue rela balik Cuma buat ini nih..”,tanya shilla langsung. Agni dan rio bertatapan. “ok, jadi gini shill, tapi lo jangan marah yaa...”,kata agni. “kalian belum ngomong kok marah, ya enggak lah”,balas shilla. “janji lho yaa?”,tanya agni. “janji deh...”,jawab shilla. Insya alllah, lanjutnya dalam hati. “jadi gini shill, kemaren waktu gue nelpon lo, gue sama rio kan lagi jalan ke mall...”,agni berhenti sejenak. “dan kita liat kak sion lagi jalan sama cewek, dia anak kelas X-9”,lanjut rio. “masa sih?”,tanya shilla tak percaya, tapi hatinya juga resah. “beneran shill, kita yakin banget kalo itu kak sion, dia gandengan tangan sama cewek itu, pertamanya kita emang nggak percaya, tapi setelah kita amati, ternyata bener, itu kak sion...”,kata agni dengan penuh keyakinan. “nggak ag, mungkin kalian salah orang.. kak sion nggak mungkin selingkuh di belakang gue..”,kata shilla menampik segala yang diucapkan rio dan agni. Agni dan rio hanya mendesah. Gini nih kalo orang agi jatuh cinta, batin mereka. “gini aja deh, nanti gue tanyain ke kak sion, ok?”,kata shilla. “terserah lo deh shill, maksud kita baek kok...”,kata rio pasrah. Shilla hanya tersenyum, walau hatinya kini dipenuhi tanda tanya.
>>skip<<
“hallo, kak sion?”,tanya shilla dengan hati-hati di telepon.
“iyalah sayang... ada apa?”,tanya sion lembut.
“nggak kak, kakak lagi dimana?”,tanya shilla lagi.
“aku, lagi dirumah kok, kamu udah balik?”,tanya sion.
“udah kok, kak, kita bisa ketemu nggak?”,tanya shilla.
“bisa kok, dimana?”
“di cafe biasa, sekarang ya...”
“ok, mau aku jemput?”
“nggak usah, aku udah di cafe...”
“ok, 10 menit aku nyampe, love you...”
Sambungan terputus. Shilla mendesah, sekarang hatinya benar-benar resah, takut apa yang dikatakan sahabatnya itu benar, takut sion akan pergi dari kehidupannya.
Sion memeluk shilla dari belakang. “hy sayang, kok kamu nggak bilang kalo udah pulang...?”,bisik sion menja. Shilla langsung melepaskan pelukan sion. Ya iyalah, secara ini di tempat umum, kok beraninya berbuat seperti itu?! Padahal sion tahu kalau shilla tak suka diperlakukan seperti itu. Sion mengerucutkan mulutnya. “nggak kangen sama aku ya?”,tanyanya kecewa. Shilla menggeleng. “kakak tahu kan kalo aku nggak suka kayak gitu?”,tanya shilla dingin. “iya deh.. maaf yaa.. aku kan kangen sama kamu...”,kata sion. “tapi nggak gitu juga caranya kak..”,nasehat shilla. “kita ketemu bukan buat ribut kan shill?”,tanya sion kesal. “kakak duluan yang mulai kan?”,sinis shilla. “ya udah sih, maaf...”,kata sion dan mengenggam jemari shilla. “aku kan kangen banget sama kamu, lagian kamu lama banget sih pulangnya?”,kata sion kembali manja. “aku juga kak,kangen sama kakak..”,balas shilla. “hehehee, aku kesepian disini, kerjaannya di rumah mulu.. nungguin telepon dari kamu”,ucap sion. Shilla hanya tersenyum masam.
 “eehmm, kak, sebenernya ada yang mau aku tanyain”,kata shilla sudah tak bisa basa-basi lagi, hatinya terlalu penasaran. “kita pesen dulu ya...”,kata sion dan memanggil pelayan cafe itu. Pelayan itu mendekat. “mau pesan apa mas mbak?”,tanyanya ramah dan menyerahkan buku menu. “hot chocolate”,jawab sion. “lemon tea”,jawab shilla. “makanannya?”,tanya pelayan itu lagi. “nggak usah..”,jawab shilla. Pelayan itu pergi.
“jadi kamu mau ngomong apa?”,tanya sion sambil memainkan jemari shilla. “kata temen aku, dia liat kakak jalan sama cewek anak kelas X-9, pa bener?”,tanya shilla. Sion sedikit terkejut tapi langsung menjawab dengan lancar. “bener, tapi dia saudara aku kok, kenapa emang? Cemburu?”,goda sion. “ya iyalah aku cemburu, siapa juga orang yang nggak cemburu denger kalo pacarnya jalan sama cewek lain?”,kata shilla kesal dan menarik tangannya. Sion hanya tersenyum. “maaf ya, aku nggak ngasih tahu kamu.. saudaraku itu minta temenin ke salon, sebenernya sih males banget, tapi mamah maksa jadi ya terpaksa aku nganterin dia...”,kata sion dan menarik tangan shilla kembali. “bener?”,tanya shilla masih ragu. “beneran sayang... aku kan Cuma sayang sama kamu..”,kata sion sungguh-sungguh dan menatap shilla dalam. Shilla terhipnotis dengan tatapan maut sion. “iya, aku percaya kok sama kamu...”,kata shilla sambil tersenyum.
>>skip<<
“jadi itu saudaranya?”,tanya agni tak begitu percaya. Shilla hanya mengangguk tanpa memperhatikan agni, dirinya sedang disibukkan dengan BBnya yang sedang BBMan dengan sion. “lo percaya?”,tanya agni. “ya percayalah, dia kan cowok setia...”,kata shilla bangga. Agni hanya mendesah. Cinta memang buta,batin agni. “ohya, rio mana ag?”,tanya shilla sambil memperhatikan sekelilingnya. “palingan di kantin”,jawab agni. “ooh, eh, temenin gue ke kamar mandi yuk”,ajak shilla. Agni hanya mengangguk dan mengikuti shilla yang sudah jalan duluan.
Di kamar mandi mereka perpapasan dengan angel, anak kelas XI yang katanya naksir sion juga. Angel hanya menatap shilla sinis, shilla sih tak ambl pusing, dia masuk ke dalam kamar mandi sedangkan agni menunggu di luar.
Dua orang cewek masuk ke dalam kamar mandi sambil mengobrol seru. “iya jadi kemaren dia tuh romantis banget, dia bawain gue bunga mawar merah dan nyanyi buat gue di cafe itu...”,kata salah satu dari mereka. Agni sih Cuma dengerin aja dan sempat kaget ternyata dia adalah anak kelas X-9 yang dilihatnya jalan bersama sion. “wah, udah 2 bulanan ya... romatis banget tuh kak sion, pantes lo betah sama dia...”,komentar temannya. Glek! Agni sekarang benar-benar kaget. Sion? Bukankah hanya ada satu yang bernama sion di sekolah ini, berarti ini sion pacar shilla donk?! Dan bukannya kemaren shilla ngomong kalo itu saudaranya sion? Tapi kok ada 2 bulanan? Berarti....
Ceklek
“yuk ag..”,ajak shilla yang baru keluar dari dalam kamarm mandi. “yuk...”,balas agni, mereka melewati dua cewek itu. Cewek itu menatap shilla sinis, sepertinya dia sudah tahu apa yang terjadi.
“ag, lo kok diem aja sih?”,tanya shilla saat mereka berdua jalan kembali ke kelas. “nggak kok, ohya shill, seandainya nih kak sion itu bohong sama lo gimana?”,tanya agni hati-hati. “eeuumm, kok lo nanya gitu sih? Kenapa?”,tanya shilla heran. “ya, kan gue ngomong seadainya shill...”,jawab agni. “kalo kak sion bohong, gue nggak bisa ngebayangin betapa hancurnya gue...”,jawab shilla pelan. agni segera merangkul sahabatnya itu, sekedar menyalurkan sedikit semangat kepadanya. “shill, itu kan seadainya, jadi jangan terlalu dipikirin ya...”,kata agni, walaupun dia sedikit tak yakin dengan ucapannya barusan.
>>skip<<
“ag, gue nebeng lo ya... hari ini gue nggak dijemput, kak sion juga nggakbisa nganterin,katanya ada kerja kelompok”,kata shilla sepulang sekolah. “ok, yuk ke parkiran”,ajak agni dengan riang. “rio, entar lo ke rumah gue ya, tapi gue nganterin shilla dulu..”,pesan agni kepada rio yang masih memberesi bukunya. Rio hanya tersenyum dan mengacungkan jempolnya dan kemudian kiss bye nggak jelas ke agni. Agni dan shilla hanya terkikik dan sesekali agni membalasnya.
Langkah shilla dan agni terhenti, mereka sama-sama meihat pada satu titik yang sama. Ya, itu nyata. Sion dan anak kelas X-9 itu. Mata shilla mulai berkaca-kaca, agni yang melihat sahabatnya itu segera menuntun shilla ke mobilnya.
Di dalam mobil semuanya tumpah, air mata shilla  mulai menurun. Agni hanya menatap sahabatnya sendu. Dan mengelus punggung shilla, memberi sedikit semangat, ya saat ini agni hanya bisa memberi shilla dukungan. “gu...guee...ng..nnggak..nnyyaanngg...ka..kkak..si...sion..bboo..bohong”,kata shilla sambil terisak. “udah ya shill... udah.. mungkin dia disuruh ngaterin saudaranya itu kali..”,kata agni menenangkan. “ta...tapi... kkaa..kalo..iitu.. soda..sodaranya kan..nggak.. perlu... gandengan tangan... kayak gitu...”,kata shilla masih terisak. “mmee...mereka...tuh..kka..kkayak pa..pacaran...”,lanjutnya. Agni hanya menatap shilla makin sedih. Bukan sekarang saatnya dia bercerita tentang apa yang didengarnya tadi. “ya lo jangan kayak gini! Lo konfirmasi dulu sama kak sion donk!”,saran agni lembut. “ii...iya..ag.. gue tanya dulu ke kak sion”,kata shilla. “ya udah, lo tenangin diri lo dulu, habis itu lo telepon dia”,kata agni dan melajukan mobilnya meninggalkan area sekolah.
“ag, gue telpon sekarang aja ya...”,rajuk shilla. “kalo lo udah tenang,telpon aja”,kata agni sambil terus konsentrasi menyetir. Tanpa babibu shilla segera menelepon sion.
“hallo kak, sekarang dimana?”
“aku lagi di sekolah, ini lagi pada ngerjain tugas”
“ooh, ya udah ya kak bye...”
“bye...”
Air mata shilla kembali turun. “dia bohong lagi ag.. pokonya gue minta putus sama dia!”,kata shilla penuh emosi. “beneran? Jangan gegabah shill... lo yakin? Lo sayang banget kan sama dia?”,tanya agni sambil menepikan mobilnya. “yakin, dia udah bohongin gue ag...”,jawab shilla. “terserah lo, kalo menurut lo itu yang terbaik buat lo! Gue dukung lo kok”,kata agni dan memeluk shilla. “iya... makasih ya ag...”,balas shilla. Maaf shil, gara-gara aku kamu jadi kayak gini,batin agni menyesal.
>>skip<<
kak, aku tunggu kamu di cafe biasa
begitulah kurang lebihnya sms shilla untuk sion. Sion yang saat itu sedang bersama dea-anak kelas X-9 itu- gelisah. “kenapa kak?”,tanya dea. “nggak kok de.. eh, pulang yuk, tadi mamah nelpon suruh ngaterin ke salon”,jawab sion berbohong. Dea menangkap kebohongan di mata sion tapi dia tetap mengangguk.
**
“maaf ya shill, udah buat kamu nunggu lama..”,kata sion sambil mengatur napasnya. “nggak papa kok”,jawab shilla dingin. “kak langsung aja ya, gue nggak mau basa-basi lagi sama lo! Gue minta kita putus. “ke...ke..kenapa shil?”,tanya sion sedikit tercekat. Shilla segera memetik jarinya, dan seketika itu juga sebuah intro lagu mengalir.
Berulang kali kau menyakiti berulang kali Kau hianati
sakit ini coba pahami, punya hati bukan tuk disakiti
Kuakui sungguh beratnya meninggalkanmu yang dulu pernah ada
Namun harus aku lakukan karena kutahu ini yang terbaik
Kuharus pergi meninggalkan kamu yang telah hancurkan aku
Sakitnya sakitnya oh sakitnya
Kuakui sungguh beratnya meninggalkanmu yang dulu pernah ada
Namun harus aku lakukan karena kutahu ini yang terbaik
Ku harus pergi meninggalkan kamu yang telah hancurkan aku
sakitnya,sakitnya, oh sakitnya
Cinta ku lebih besar dari cintanya
mestinya kau sadari itu
 bukan dia..bukan dia tapi aku
 begitu beratnya ini.... hingga ku harus mengalah... oohh uwoo...
shilla bersenandung mengikuti lagu itu, hatinya seperti teriris tapi dia harus melakukannya! Sion sedari tadi hanya diam, dia paham benar isi lagu itu dan dia memang salah. Dan sekarang shilla meninggalkannya, apakah dia rela?
Shilla beranjak. “makasih buat semuanya”,kata shilla dan pergi. Sion hanyaa terpaku di tempatnya, masih merenungi nasib kisah cintanya. “aaarrgghhh!!!”,teriaknya, membuat semua pengunjung menoleh ke arahnya. Tapi sion tak peduli, dia acuh dan pergi begitu saja dari cafe itu.
Di dalam mobilnya shilla menangis, apakah dia bisa berdiri tanpa sion? Selama 1 bulan ini sion yang selalu ada di hari-harinya, dan sekarang sion tak ada, apa yang harus dia lakukan?

>>skip<<

Satnight kali ini shilla hanya berada di kamarnya sambil membaca novelnya sudah satu bulan ini dia tidak menjalin hubungan dengan sion, sama sekali. Sebuah pesan masuk.

Shill, nongkrong yuk!

Ternyata itu sms dari cakka. Shilla terkadang heran, cakka itu datang nggak diundang, pulang nggak diantar. Maksudnya kadang tuh cakka dateng tiba-tiba dan hilang tiba-tiba juga.

Tumben bener ngajakin bang..?! :P
Nongkrong dimana?

Begitulah balasan dari shilla.

Yeee, gue kan tau kalo lo mesti lagi kesepian
Kita lagi di orions nih, lo kesini aja, rame

Okidi, gue kesana yee... bye

Shilla segera mengambilnya dan menuju ke orions, salah satu pusat game centre yang ada di jakarta. Cakka dan teman-teman sekolahnya memang sedang menggandrungi salah satu game yang dinamakan ayo dance! Shilla sih nggak tertarik banget sama game online kayak gini, dia lebih suka browsing buku deh, baru kalo udah dapet referensi dia langsung berburu.

Shilla mendorong pintu masuk orions dan mendapati segerombol cowok sedang duduk-duduk di ruang tunggu. Shilla segera menghampiri cowok-cowok itu.

“hy...”,sapa shilla ramah. Shilla memang terkenal tidak sombong, ramah, asyik, pandai bergaul dan dia tak memilih-milih teman. Jadi shilla enjoy aja main sama cowok kayak sekarang ini. “hy shilla...”,sapa cowok-cowok itu balik. “duduk sini shill...”,ajak riko, yang bisa dibilang bossnya anak kelas X. Shilla segera duduk di samping riko tanpa canggung. “dah lama nggak nongkrong lo?”,tanya riko sambil merangkul shilla. Kalo sama riko sih shilla nggak nolak dirangkul kayak sekarang ini, soalnya dia udah nganggep riko ini kakaknya, jadi shilla nyaman-nyaman aja, lagipula orangtuanya dan orangtua riko itu teman dekat dan shilla sudah kenal riko sejak dulu. “kayak nggak tau bonyok gue aja lo!”,jawab shilla sambil memukul lengan riko. Riko dan teman-teman tertawa kecil. “tumben lo ngajakin gue nongrong, gue mencium bau-bau nggak enak deh...”,kata shilla sok seperti detektif. Riko dan teman-teman tertawa lagi. “tau aja lo shill, gue jadi enggak enak nih...”,kata riko sambil menggaruk tengkuknya yang tidk gatal. “lo yang ngomong donnk cakk..”,perintah riko kepada cakka. “yee.. elo mah gitu! Giliran yang nggak enak gue deh...”,kata cakka kesal. “yee, ini kan kepentingan bersama cakk...”,desak riko. “iya deh,,iya...”,kata cakka pasrah karena melihat sebuah harapan dai teman-temannya.

“ehmm..eehmm.. jadi gini shill, lo tau kan sion anak kelas XI?”,tanya cakka kepada shilla. Shilla hanya mengangguk, nggak mungkin kan dia jawab nggak kenal? Semua anak di kelasnya hampir tahu kalau shilla dan sion pernah menjalin hubungan. “basa-basi banget deh lo kka! Lo juga tahu kan kalo gue nih mantannya dia?”,shilla balik bertanya. Riko dkk Cuma manggut-manggut menyetujui ucapan shilla. Cakka merutuki dirinya sendiri. “hehehee, kalo gitu langsung aja deh, jadi kan si sion tuh bisa dibilang rajanya ayo dance nah kita pengen dapet PIN-nya dia supaya kita bisa main level yang lebih tinggi...”,kata cakka. Shilla menyeritkan dahi, sebenarnya kemana arah pembicaraan ini?! “nah, kta pernah minta PIN-nya ke orangnya langsung tapi dia ngajuin syarat”,lanjut cakka lagi dan melirik ke arah teman-temannya. Teman-temannya hanya menahan napas menanti perkataan cakka. “syaratnya lo harus mau balik sama dia”,kata cakka. Riko dkk menghembuskan napas. sedangkan Shilla mendelik.

“apa?? Nggak.. gua nggak mau!”,tolak shilla langsung. “shill, please, bantuin kita, Cuma lo yang bisa shill...”,kata riko sambil memegang tangan shilla. “nggak Ko! Lo nggak bisa paksa gue! gue nggak mau bantu ide gila kalian! Jatuh harga diri gue di depan dia!”,tolak shilla dan melepaskan peganganya dari riko. “shill, gue mohon sama lo deh... lo mau apa kita beliin”,rajuk riko. “nggak! Lo kira gue cewek matre apa?! Sekali nggak tetep nggak riko!”,kata shilla, emosinya kini memuncak. “shill, kita mohon sama lo!”,kata cakka dengan tampang memelas. “kalian itu kayak ngejual gue tau nggak! Kalian pikir gue apaan?! Barang kalian yang seenaknya kalian jual?!”,kata shilla marah. Kini riko dkk menunduk. “maaf shill, tapi kita beneran butuh banget”,kata riko mewakili temannya. “heh! Ini Cuma game! Nggak lebih! Kalian itu... aarrrgghh.. sh*t!”,kata shilla. “kalian ini kecanduan banget sih sama game kayak ginian?! Kalian itu juga mau-maunya mohon mohon ke sion Cuma buat PIN kayak gitu doank?! Kalian ini bodoh atau gimana?”,lanjut shilla sambil marah-marah nggak jelas. “iya, kita itu bodoh shill, tapi kita kepingin banget shill, kita mohon sama lo! Cuma lo yang bisa...”,kata riko dengan wajah memelas. “ini Cuma buat sementara kok, kalo udah dapet lo boleh putus sama dia”,tambahnya. “hh, dia nggak mungkin ngelepasin gue... lagian dia juga udah punya cewek”,kata shilla dengan sedikit tenang. “ gini aja deh, lo terima dulu, entar kalo kita udah dapet, kita bantuin lo putus dari sion”,tawar cakka. Shilla menimang-nimang sejenak. Dan kemudian, “ok deh, tapi kalian tanggung jawab lho ya!”,ancam shilla. Riko dkk tersenyum puas dan mengangguk mantap.

“sion, shilla udah mau balik sama lo nih..”,kata riko di telepon. Shilla hanya mendelik kesal, sebegitu cepatnya kah riko menelepon sion?! Tak habis pikir dia dengan jalan pikiran riko, bahkan dia berpikir kalau riko dkk itu gila!

“ok, lo kesini aja, dia ada disini kok..”

“oh, ok, kita tunggu”

Riko menutup teleponnya. Dan tersenyum ke arah shilla dan teman-temannya. “makasih ya shill, lo emang sahabat terbaik gue...”,kata riko sambil merangkul shilla. Shilla yang dirangkul hanya tersenyum masam. “tapi inget janji kalian”,desis shilla tajam. Riko tersenyum. “pasti honey”,balas riko dan semakin melebarkan senyumnya.

Sion datang dengan senyum mengembang. Dan segera menghampiri riko dkk. Riko segera melepas rangkulannya dari shilla. Dan berdiri menghampiri sion yang mulai mendekat. “hy guys”,sapa sion. “hy Yon...”,sapa riko dkk balik. “hy masbro!”,sapa riko dan kemudian mereka berhigh five ria. “hy shill...”,sapa sion ramah setelah berhigh five. Shilla hanya tersenyum masam, bahkan sangat masam. “hy kak...”,balas shilla malas. “duduk Yon...”,kata cakka mempersilakan sion duduk di samping shilla. Shilla menggeser duduknya agak menjauh dari sion. Sion segera duduk. “jadi kamu beneran mau balikan sama aku lagi shill?”,tanya sion to the point. Shilla menatap riko dkk satu per satu, riko dkk hanya sedang menampakkan wajah berharap. Shilla menghela napas dan mengangguk. “iya, aku mau kok...”,jawabnya pelan. Senyum sion, riko dkk mengembang. “makasih ya shil, kamu udah ngasih aku kesempatan kedua, aku nggak bakal ngecewaon kamu lagi kok..”,kata sion. Shilla hanya tersenyum masam lagi.

“yuk kita jalan shil..”,ajak sion dan menggandeng tangan shilla. “tapi aku bawa mobil kak...”,sanggah shilla. “nanti mobil lo biar gue yang nganter shill...”,kata riko. Shilla mendengus kesal, gagal deh lepas dari sion, batinnya.

“shil, kamu balikan lagi sama aku bukan karna terpaksa kan?”,tanya sion saat mereka berdua sedang berjalan di taman. “nggak kok...”,jawab shilla terpaksa. “beneran? Bukan karna mereka yang maksa kamu kan?”,tanya sion lagi. Shilla menggeleng. Sion tersenyum, memilih tidak memikirkan hal ini lagi, yang penting sekarang shilla miliknya lagi dan nggak ada yang bisa ngelepas dia dari shilla.

>>skip<<>>percepat<<>>bingung<<

Sudah satu minggu ini shilla kembali menjalin hubungan kekasih dengan sion, yah, walaupun dengan terpaksa. Shilla masih bertanya-tanya kenapa dia mau melakukan ini demi teman-temannya?? Terlalu baikkah dia?? Entahlah, mungkin karena melihta wajah memelas dari teman-temannya itu.

“oh iya..”,shilla menepuk keningnya. Dia jadi teringat sesuatu. Ya shilla belum menanyakan apakah sion sudah memberi PIN itu kepada riko dkk. Segera shilla mengetik sms kepada riko.

Ko, udah dapet PINnya?

Beberapa menit setelah itu riko membalas sms shilla.

Udah, sangkyu say... J

Sangkyu..sangkyu.. pale lo! Gimana nih gue jadinya?!

Hehehee, sorry...sorry... ya udah lo putusin aja! Gitu aja kok repot??

“dasar orang nggak tanggung jawab!”,gerutu shilla dan mencari nomor riko d phonebooknya. Segera shilla menekan tombol hijau di BB-nya.

“halo?”

“hay shil, gimana?”

“gimana? Gimana? Harusnya gue yang tanya gimana?”

“hahahaa, jangan sewot mbak, lagi dapet yaakk?? kwkwkw”

“dapet! Dapet! Suntuk nih gue! gimana nih gue mutusin si sion itu?”

“lo sms aja minta putus”

“kalo dianya nggak mau gimana?”

“ya dicoba dulu donk! Kalo tetep nggak mau, entar gue turun tangan deh...”

“seriusan lo ya?? Ok deh, gue coba.. bye Ko...”, shilla langsung memutus sambungannya. Dia langsung mengirim sms untuk sion.

Kak, gue minta putus sama lo!

Beberapa menit kemudian sion menelepon shilla. Dan shilla mengangkat dengan ogah-ogahan.

“hallo?”,sapa shilla jutek.

“hallo shill, maksud kamu apa sms kayak gitu?”,tanya sion nggak nyante.

“emang nggak jelas ya? Gue jelasin ya, gue minta putus! P-U-T-U-S!”,jawab shilla.

“ke...ke...kenapa?”

“gue udah nggak sreg sama lo kak..., gue udah nggak sayang, cinta, suka sama lo! Jadi percuma kalo kita pacaran! Gue sekarang Cuma nganggep lo kakak gue! nggak lebih, jadi gue mohon sekarang lo jangan pernah urusin gue lagi.. kita putus!”

“nggak shil, lo mau ngomong apapun gue nggak pernah nerima kalo kita putus. Jadi gue nggak ngerasa kita putus dan gue nggak pernah ngakuin kita putus, bagi gue kita masih pacaran”

“pacaran? Nggak salah? Selama seminggu ini gue nggak pernah ngangge kita pacaran, asal lo tahu! Gue Cuma terpaksa! Inget! T-E-R-P-A-K-S-A! Lagian emang gue nggak tahu kalo lo punya cewek lain selain gue!”

“gue udah putus sama dia shil, lo itu cewek yang paling berarti buat gue sekarang, nggak ada yang lain! Serius! Gue tahu lo itu lebih baik dari dea”,

“ooh, jadi namanya dea toh? Bulshit banget sih lo kak! Basi! Gue nggak ngerespon lagi sama lo! Jadi kita putus!”

“nggak shil, gue nggak bakal ngelepasin lo! Lo punya gue!”

Ttuuutt...tttuuuuttt....ttuuutt....

Sambungan diputus shilla dan shilla mendengus keras. Gini kan akhirnya? Udah gue tebak, batin shilla.

“ko, si sion ngga mau putus. Gimana nih?”,tanya shilla yang langsung menelephone riko. Riko yang sedang makan bakso tersedak.

“uhuk...uhhuukk... glek...glek... hhh legaa.... heh! Mau bunuh gue lo?!”,kata riko kesal.

Shilla mencengir walaupun dia tahu riko tak bisa melihatnya. “hehehee, sorry Ko, ga nyante gue!”

“iyee..iye..., gimana tadi? Si sion nggak mau putus?”,tanya riko memastikan.

Shila megangguk-angguk, “iya, dia nggak mau putus, gimana nih??”,tanya shilla resah.

“ok gue sama yang lain cari cara dulu, lo tenang aja, lo pasti bisa putus kok dari dia...”

“gue pegang janji lo! Kalo bisa cepetan yaa... gue udah gerah banget nih sama dia”,

“okelahkalobegitu... bye cantik”

“idih sempet-sempetnya tuh orang ngegombal”,gidig shilla saat sambungan sudah terputus. “tapi syukur deh riko nepatin janjinya”,katanya lagi.

>>skip<<

“shill, shill, tungguin gue.. gue mau ngomong sama lo”,kata sion mengejar shilla. Shilla hanya diam dan mempercepat langkahnya. “shill, tunggun gue!”,kata sion yang berhasil menggapai tangan shilla. “apa sih kak? Lepasin tangan gue!”,ronta shilla. “nggak, gue nggak bakal lepasin lo!”,kata sion. “kak, sakkiiitt...”,rintih shilla, tangannya kini sakit karena sion mencekramnya.

“wwooyy, psikopat! Lepasin tangan cewek gue!”,seseorang berteriak dari depan pintu kelas shilla. “cakka?”,seru shilla kaget. “apa lo?! Ini ngga ada urusannya sama lo!”,kata sion sinis. “urusan shilla sekarang urusan gue! kenapa? nggak terima lo?”,tantang cakka yang mendekat ke arah shilla dan sion. Sion hanya menatap cakka remeh. Mana mungkin anak ingusan kayak gini berani sama dia,batin sion. “siapa lo hah?”,tanya sion remeh. “kenalin, gue cakka, PACAR shilla sekarang!”,jawab cakka dan mengulurkan tangannya di depan sion. Sion hanya melirik tangan cakka. Emosinya kini mulai naik. “sejak kapan lo pacaran sama shilla? Shilla ini pacar gue! mimpi lo!”,sinis sion. Cakka tersenyum meremehkan. “lo yang ngimpi, jelas-jelas lo udah putus sama dia, dia udah mutusin lo kan?”,sindir cakka. “loo...”,kata-kata sion tertahan dan tangannya yang mengepal maju ke wajah cakka. Cakka dengsn sigap menangkap tangan sion dan melintirnya. “jangan lo kira gue nggak bisa ngelawan lo! Dan inget! Jangan coba-coba deketin cewek gue lagi! Kalo nggak lo berurusan sama gue! inget lo?!”,ancam cakka dan meepaskan tangan sion, sion masih meringis kesakitan. “inget bro! Jangan kasar sama cewek! Apalagi sama cewek gue!”,desis cakka dan menggandeng tangan shilla meninggalkan TKP yang mulai dipenuhi anak-anak yang ingin menonton. Riko tersenyum lega, and mission is succes.

Shilla yang masih tidak percaya dengan kejadian barusan hanya bengong dibawa cakka ke parkiran, tapi setelah itu dia sadar. “aaaaa...cakka... makasih banget.... gue bebaaass sekaranggg...”,teriak shilla kegirangan dan tanpa sadar shilla memeluk cakka. Cakka yang dipeluk Cuma cengar-cengir aja. “oopsss..”,shilla segera melepaskan pelukannya. Dan sekarang semburat merah  mulai menjalar di wajahnya. “so..sorry.. kka... gue nggak sengaja..”,kata shilla sambil tertunduk malu. Cakka tersenyum. “nggak papa kok, shill, gue malah seneng...”,kata cakka. “yeee... maunya! Dasar cowok!”,kata shilla sambil meninju pelan lengan cakka.

“ehmm, shill, tadi yang gue omongin itu beneran lho...”,kata cakka saat mereka berdua sedang berada dalam mobil cakka. “yang apa?”,tanya shilla. “eeuumm, yang lo itu cewek gue”,jawab cakka ragu. “maksudnya apa kka?”,tanya shilla tak mengerti. “jadi gini, lo mau nggak jadi cewek gue?”,tanya cakka yang tiba-tiba menghentikan mobilnya di tepi jalan. “lo nembak gue?”,tanya shilla bloon. Cakka merutuki dirinya. “iiihh, shilla...shilla... gemes gue... gue jewer #reader:bukannya harusnya itu cubit ya?*writer:pengennya gue jewer, cubit kan udah biasa :P# juga lo...”,kata cakka gemas. Shilla hanya nyengir. “heheehe.. maaf... lagian lo nggak romantis amat sih, nggak kayak kak sion”,kata shilla. “ya elah shill, ini kan gue bukan kak sion! Jadi ini cara gue! gimana lo mau nggak jadi cewek gue?”,tanya cakka malah terkesan seperti nantang. “lo ngajakin pacaran apa ngaakin berantem sih? Nyolot amat?”,kesal shilla. Cakka mendesah. Ribet banget sih nih anak,batin cakka. “ok, shilla, gue udah lama suka dan sayang sama lo, dari kelas X awal, istilahnya love at the fist sight lah, dan gue ngerasa cocok dan nyaman sama lo, jadi gue tanya sama lo, lo mau nggak jadi cewek gue?”,tanya cakka lagi lebih lembut tapi dipaksakan. “yah, cakk, nggak gitu juga kali nembaknya, kalo nembak mah harus tulus itu kagak ada tulus-tulusnya..”,komentar shilla. Cakka mengacak rambutnya frustasi. “tau ah, males gue!”,kata cakka dan menyalakan mesin mobilnya. Lha, ngambek dia,batin shilla. “kka, lo marah sama gue?”,tanya shilla hati-hati. “tau ah, nanya noh sama spion!”,jawab cakka ketus. “kka, jangan marah donk..., katanya lo sayang sama gue?”,tanya shilla sedikit manja. “tau deh!”,jawab cakka ketus. Shilla jadi bingung sendiri, lagian salahnya juga pake sok jual mahal kelamaan. Tiba-tiba sebuah lampu terang muncul di kepala shilla.

Cuupp

Sebuah ciuman mendarat di pipi kiri cakka. Cakka kaget dan memegang pipi kirinya. “shilla?”,pekiknya kaget. “maaf ya sayang, jangan marah donk, entar cakepnya ilang lho..”,goda shilla. Cakka gemas dan mencium pipi kanan shilla. Shilla tersenyum. “aku nggak bakal marah kok sama kamu... tapi beneran deh kamu itu tadi ngeselin banget...”,kata cakka dan mengacak poni shilla. “hehehe, kan supaya berkesan say...”,balas shilla. “berkesan? Yang ada berkesal-kesal”,ucap cakka. “hehehe, maaf deh, nggak maksud..”,balas shilla. “nggak paapa kok, jadi sekarang kita pacaran?”,tanya cakka. Shila memutar bola matanya. “menurut loo??”,tanya shilla kesal. Cakka terkikik. “iya...iya... i love you shil..”,kata cakka dan menggenggam tangan kanan shilla. “love you too, kka”,balas shilla. Dan mereka tersenyum bersama.




The end