Dia. Dia yang hidup dengan penuh kebohongan. Dia yang hidup dengan kepahitan. Dia yang hidup dengan kekecewaan. Dia yang hidup dengan kecemburuan. Dia yang hidup dengan kepura-puraan. Dia yang hebat. Hebat karena bisa menutupi rasa ithu. Rasa yang bisa membuat sese0rang terpaju dan tak bergeming. Cinta.





Dia dan hanya dia, orang yang mampu melukiskan rasa cinta dalam hatiku, walau dia tak pernah melihat rasa ini atau mungkin dia tak pernah melihatku.



Dia yang selalu aku perhatikan. Yang selalu membuat senyum di wajahku. Yang selalu membuat hari-hariku dengan keceriaan, walau hanya dari jauh aku memandanginya.





Dia hanya dia



***



@sekolah, pagi hari



aku duduk di bangku ini, seperti biasa. Sepi. Sunyi. Dingin. Ithu yang aku rasakan, sampai akhirnya sese0rang yang selalu kutunggu datang juga. Membuat semua rasa sepi, sunyi da dingin ithu menjadi suasana yang riang,ramai dan hangat. Dia menyebar senyum kepada setiap orang yang dia lalui, mungkin aku akan termasuk orang yang akan mendapat senyumnya apabila aku berada di bawah. Tapi sayang aku tak terlalu PD untuk berada di bawah sana dan aku hanya bisa menatapnya dari sini. Dari atas, balk0n perpustakaan di lantai dua. Aku memang bukan orang yang PD untuk ada di public, cenderung pendiam. Di sek0lah ini hanya beberapa murid yang mengenalku bahkan mungkin teman sekelasku pun haya beberapa yang mengenalku. Temanku hanya buku dan perpustakaan ini. Miris? Sedikit mungkin. Karena dengan sikapku ini dia tidak akan mengenalku. Ingin rasanya aku menunjukan diriku ini kepada dia, tapi tak mungkin aku lakukan. Seperti ada temb0k yang menghadang.



Aku kembali memperhatikan dia. Bisa kutebak dia pergi kemana. Kemana lagi kalau bukan ke lapangan basket. Dia mengambil b0la dari dalam tasnya. Aku suka tempat ini. Karena disini aku bisa melihat jelas wajahnya, matanya, semangatnya, peluhnya dan kesedihan di balik senyumnya. Ya, bisa kuliat jelas kesedihan di balik senyumnya, entahlah apa yang selalu membuatku seperti melihat kesedihan ithu padahal menurut orang lain dia selalu terlihat riang, gembira dan bersemangat.



Dia mendribble b0lanya. Memasukan b0la ithu ke dalam ring. Dia seperti menantang matahari. Kulihat peluh di wajah cantiknya, seperti berlian yang terkena sinaran.



"agni, udah d0nk maennya!", sese0rang gadis menghampirinya. Dia menghentikan permainannya dan mengusap peluhnya. "ada apa vi?",tanyanya. "ah, gag k0k, gue cuma mau ngajak lo ke kantin...", jawab gadis yang menghampirinya, sivia. "ketemu alvin?",tanyanya. Sivia hanya menganggu senang, bisa dilihat bahwa sivia tersenyum girang. Kutatap wajahnya, seperti menelan sebuah kepahitan saat sang sahabat mengangguk dan tersenyum senang. Tapi tetap saja dia mengikuti permintaan sahabatnya. Dia dan sivia memang bersahabat. Sudah dari SMP sampai sekarang sudah kelas XI SMA.



Mataku tak lepas dari punggungnya, mengikuti setiap langkahnya. Melihat dia dan sahabatnya tertawa gembira, walau mungkin ada sesuatu yang mengganjal hatinya. Mungkin kesedihan dan keganjalan ithu hanya sebuah persepsiku saja. Tapi untuk saat ini.



>>skip<< @kantin,pulang sekolah. Aku duduk di bangku kantin, hanya ada se0rang temanku yang duduk disampingku, alvin. Walau alvin duduk di sampingku, tetap saja aku seperti duduk se0rang diri. Alvin seperti fatam0rgana bagiku, karena alvin hanya duduk terlarut dengan k0mik yang sedang dibacanya, sama sekali tak menatapku dan berbicara denganku, bahkan mungkin tak mendengarku karena alvin memakai earph0ne. Dua orang gadis menghampiri alvin. Dia dan sivia. Sivia duduk berhadapan dengan alvin yang n0tabene adalah kekasih alvin. Dan dia duduk di hadapanku. Dia melemparkan senum kepadaku seb£lum duduk. Jantungku berderu kencang melihat senyumnya yang pertama kali ditujukan untukku. "beibh, udah makan belum!", tanya sivia kepada alvin yang sekarang lebih f0cus dengan keadaan, terutama dengan sivia tentunya. "udah k0k, kamu udah makan?",tanya alvin balik. Dan sivia hanya mengangguk. "kacang...kacang...kacang murah,seribu tiga...",dia berseru, bisa kurasakan dia merasa cemburu. Tapi entah apa yang membuatnya cemburu. Cemburu karena kedekatan alvin dan sivia atau cemburu karena sivia yang n0tabene sahabatnya lebih mementingkan alvin daripada dia. "maaf agni sayang...",sivia men0el dagunya, merayu dia supaya tidak marah. "iya deh, udah kebal gue kayaknya...",jawabnya dan menepis tangan sivia pelan. "makannya ag, cari pacar d0nk...,jd nggak kesepian, kan jadi bisa kayak gue sama sivia", kali ini alvin yang berbicara. Kulihat matanya berkilat marah yang dicampur kesedihan. "ya elah, bel0m butuh gue mah...",jawab dia, seperti dibuat seceria mungkin. Aku tersenyum miris. Entahlah, dukanya juga dukaku, senyumnya juga senyumku, tangisnya juga tangisku, ithu yang aku rasakan. "ih, rio senyum-senyum...", kata sivia meng0l0ku. Aku tersenyum kepada sivia, kali ini tulus. "aw...aw...aw...langka banget!",kali ini dia juga ikut meng0l0ku. Seperti sebuah kejadian langka jika aku tersenyum. "elah,nie cewek-cewek aneh! Liat rio senyum aja heb0h bener...",cetus alvin. "ih,alvin, kan jarang banget liat rio senyum, setaun sekali mungkin kita bisa liat rio senyum...",kata sivia,disertai bukti yang kuat. "yo, c0ba tiap hari lo senyum kayak gini, mungkin banyak cewek yang bakal ngejar lo!",saran dia. Aku tersenyum mendengar sarannya. "iyaa, agni tuh yang bakal ngejar lo, y0o...",alvin kembali berbicara. "yee, apaan sich lo pin!", balas dia yang terdengar seperti sebuah kekecewaan. Mungkin hanya aku yang dapat mendengar desah kekecewaan ithu. "iya tuh agni juga ikutan ngejar, eh, c0ba kalo gue belom punya alvin, gue mungkin ikut ngejar lo kali...",kata sivia yang menurutku sedikit bercanda. Kulihat alvin melotot ke sivia. Dia menatap alvia sedih tapi senyum jail tersungging di wajahnya. "sukurin lo! Dikerjaen cewek sendiri lo!", kata dia mengg0da alvia. "eh,diem lo! Via kan cuma bercanda... Iya kan vi?",alvin menatap sivia penuh harap. "gimanaaa yaa?? Nggak k0k, aku serius eh duarius malah...",jawab sivia dan sivia tersenyum jail ke arahku. "ah...pia jahat...pia jagat...",alvin merengek seperti anak umur 3 tahum yang minta dibelikan sebuah es krim. Dan alvin menggenggam tangan sivia. Aku liat dia menatap alvia dengan kecemburuan dn kesedihan. Dapat kulihat dari gerak tubuhnya bahwa dia gelisah dan ingin sekali meninggalkan tempat ini. "iya...iya...apin...pia gag bakal slingkuh k0k",kata via yang sepertinya malu karena alvin bersikap seperti anak kecil. "makannya, jangan bercanda kayak githu d0nk! Apin kan takud...",kata alvin. Dia berdiri. "lho ag... Mau kemana lo?",tanya sivia yang meliat dia langsung berdiri. "kamar mandi bentar...",jawabnya dan langsung pergi begithu saja. Aku lihat punggungnya terguncang dan dia berlari kecil. Aku pergi menyusulnya. "eh, yo, lo mau kemana?",tanya sivia lagi. "gue mau ke kelas",jawabku berb0h0ng. Aku tahu dimana aku bisa menemukannya, yang pasti dia tak akan pergi ke kamar mandi. Aku berjalan ke taman sebelah lapangan basket. Tempat yang paling sering dia kunjungi, hampir setiap hari aku melihatnya disana, lagi-lagi aku melihatnya dari atas balk0n. Kulihat dia ada disana. Benar saja. Dia sedang menangis, memeluk lututnya dan membenamkan wajahnya. Aku menyentuh bahunya, berharap dengan ini dia akan merasa kuat. Cepat-cepat dia menghapus air matanya. Dan mend0ngak kearahku. Aku tersenyum dan dia membalas senyumku. "mau apa lo kesini yo?",tanyanya sedikit serak, sudah kutebak pasti ithu pertanyaan pertama yang terl0ntar dari bibirnya. "gag papa, kebetulan tadi gue liat lo disini, katanya lo mau ke kamar mandi. K0k lo ada disini?",tanyaku balik dengan sedikit berb0h0ng. Ya, karena sebenarnya ini bukanlah sebuah kebetulan semata. "eh...ehm...gue... Gue cuma gag mau ganggu alvin sama via, ya, gue nggak mau ganggu mereka",jawabnya sedikit tergagap. Aku hanya bisa tersenyum miris. "kalo lo butuh pendengar buat dengerin cerita lo, gue siap kok nyediain telinga buat lo! Kalo lo butuh saran buat cerita lo, gue siap nyediain kata buat lo! dan kalo lo butuh bahu buat mencurahkan air mata lo, gue juga siap nyediain bahu gue buat lo! Kapanpun dan dimanapun lo mau!",kataku tak terkendali dan aku menatap manik matanya yang indah. Dia tersenyum. "makasie ya yo, ternyata lo baik banget... Gue bakal inget perkataan lo dan bakal gue tagih janji lo ithu!",jatanya, membuatku tesenyum dan merasa lebih berarti lagi untuknya. >>skip<< aku dan dia mulai merenggang sejak kejadian di balk0n ithu. Mungkin dia butuh waktu untuk berfikir. Aku biarkan ithu, tak ada usaha untuk mendekati dia. Kulihat dia berjalan bersama alvin. Hanya berdua. Sakit hati ini melihatnya. Memang dia terlalu sulit untuk menghapus perasaannya kepada alvin. Aku tahu ithu. Bisa kurasakan dia melirik ke atas, tempat dimana aku berada. Aku berbalik badan, pura-pura tak meliatnya. Aku tak mau menjadi hantu yang selalu mengikutinya, yang membuatnya takut dan merasa bersalah. >skip< hari ini aku tak membawa m0t0rku. Aku berjalan ke halte yang ada diseberang sek0lah. Kuliat dia akan menyebrang juga. Jarak yang terlalu jauh dan banyak murid yang menghalangi jalanku membuatku tak bisa menggapainya. Kuliat dia melamun. Entah apa yang dipikirkannya,aku tak tahu. Dari arah kanan terliat sebuah m0bil melaju kencang, oh Tuhan, bisa-bisa dia tertabrak m0bil ithu. Aku berlari dan mendekap tubuh mungilnya dan menyeret tubuhnya ke pinggir jalan. Bisa kurasakan detak jantungnya berdegub sangat kencang karena aku masih mendekapnya. Murid lain memandang kita. Mungkin mereka merasa deg-degan meliat kejadian tadi. Aku masih mendekapnya, kurasa detak jantungnya sudah kembali n0rmal. Aku melepaskan dekapanku dan menuntunnya ke taman sebelah lapangan basket. Dia terduduk. Diam. Hening. Semilir angin menyapu rambut panjangnya yang terurai. "makasi yo...",katanya "masama, kenapa tadi lo ngelamun ag?",tanyaku. "gue... Gapapa k0k yo...",jawabnya. "lo masie ingetkan janji gue?", tanyaku dan dia mengangguk. "kalo lo mau didengar, kalo lo mau saran, dan kalo lo butuh bahu buat nangis, gue akan selalu ada buat lo!",kataku. Matanya berkaca-kaca dan mulai mengeluarkan butir-butir air mata. Aku mendekapnya. Dia menangis di pelukanku, membasahi baju seragamku. Kurasakan dia sedikit lega. "makasie yo, lo udah nepatin janji lo!",katanya. "jadi.... Lo mau cerita?",tanyaku. Dia mengangguk. "gue b0d0h yo, ngeharepin cinta yang gag mungkin gue dapetin. Sivia bakal tunangan sama alvin. Dan gue gag suka ithu. Sahabat macem apa gue ini? Gag suka ngeliat sahabatnya bahagia? Gue ngerasa ngehianatin sivia. Hidup gue penuh keb0h0ngan",katanya. Miris aku mendengarnya. Ternyata dia masih mengharapkan alvin. "ag,pernah gag sich lo ngeliat gue? Gue ada buat lo! Bukan alvin! Inget ! Alvin milik sivia! Sahabat lo! Lo harusnya bahagia liat sahabat lo bahagia! Please ag, lupain alvin! Dan liat gue sekali aja...",kataku sedikit mem0h0n. "gue gag bisa...",katanya lirih. "bukan gag bisa, tapi belum bisa..., lupain alvin ag... Please, demi via dan..... Demi gue!",pintaku. "bakal gue c0ba walau ithu sulit, gue gag mau ngecewain sivia, dan gue juga gag mau ngecewain lo yo...",katanya dan tersenyum. Aku balas senyumnya. "makasie ya yo...",tambahnya. Aku mengangguk. "gue anterin lo pulang ya...",tawarku. Dia mengangguk. Kita berjalan ke halte. Dia memeluk erat lenganku saat kita menyebrang. Senang. Ithu yang aku rasakan saat ini. Akhirnya sedikit demi sedikit pintu hatinya mulai terbuka untukku. >skip< @rumah via hari ini adalah hari pertunangan sivia dan alvin. Aku dan dia datang bersama. Sebenarnya dia men0lak untuk datang bersamaku karena dia pikir dia bisa kuat meliat pertunangan mereka. Tapi aku bersikeras untuk tetap datang bersamanya karena kuliat matanya terliat bengkak dan akhirnya dia mau juga datang bersamaku. "selamet ya siv...",katanya memberi selamat kepada sahabatnya. "makasi agni.. Gue d0ain lo bisa cepet dapet c0w0k, eh, kalo udah dapet langsung tunangan aja...",kata sivia sambil terkekeh. "elah,cepet bgd...gag lah",katanya. "siv,kayaknya udah ada cal0nya deh..",tambah alvin. Aku rasa hatinya terasa getir mendengar ucapan alvin. "iya,kayaknya deh..",tambah sivia juga. Dia tersenyum. "lo apa-apaan sich...eh, udah ya, gue pulang dulu..",pamitnya. "lho k0k cepet banget?",tanya sivia heran. "gue agak sedikit pusing vi..,tadinya gue juga gag bakal dateng, tapi berhubung ini acara sahabat gue, jadi gue paksain buat dateng.ya gue pulang dulu..",katanya. "makasie agni sayang... Lo udah mau nyempetin dateng sakit-sakit buat gue... Get well s00n ya..",kata sivia. Dia menggamit lenganku. "duluan ya..",kataku pamit. "iya, ati-ati ya yo...",pesan alvin. >>skip<<





@taman



aku menghentikan m0bilku di sebuah taman. "yo, k0k berhenti?", tanyanya. "gue gag mau leat lo sedih",jawabku. Dan aku turun dari m0bilku, membukakan pintu untuknya dan menggandeng tangannya ke sebuah bangku taman di pinggir danau buatam. Aku pergi ke m0bil mengambil gitarku. Aku duduk disampingnya dan mulai memetik gitarku.



Melihat tawamu

mendengar senandungmu

terlihat jelas dimataku

warna-warna indahmu



menatap langkahmu

meratapi kisah hidupmu

terlukis jelas bahwa hatimu

anugrah terindah yang pernah kumiliki



sifatmu nan slalu

redakan ambisiku

tepikan khilafku

dari bunga yang layu



saat kau disisiku

kembali dunia ceria

tegaskan bahwa kamu

anugrah terindah yang pernah kumiliki



belai lembut jarimu...

Sejuk tatap wajahmu...

Hangat peluk janjimu...



Dia memeluku. "makasie yo... Makasie untuk semuanya... Makasie untuk perhatianmu, makasie untuk semua saranmu, makasie untuk penjagaanmu dan makasie untuk cintamu",bisiknya. Dia melepas pelukannya. Kulihat dia tersenyum. Membuatku ikut tersenyum.

Malam penuh bintang dan bulan tampak cerah. Walau mungkin wajah dan hatinya belum secerah bulan pada malam ini,tapi hanya satu, aku tetap mencintainya.



~END~

0 komentar:

Posting Komentar