I am not the kind of girl
Who should be rudely barging in
On a white veil occasion
But you are not the kind of boy
Who should be marrying the wrong girl

I sneak in and see your friends
And her snotty little family
All dressed in pastel

And she is yelling at a bridesmaid
Somewhere back inside a room
Wearing a gown shaped like a pastry

This is surely not
What you thought it would be
I lose myself in a daydream
Where I stand and say:

Don't say yes, run away now
I'll meet you when you're out
Of the church at the back door

Don't wait or say a single vow
You need to hear me out
And they said "speak now"

Fond gestures are exchanged
And the organ starts to play
A song that sounds like a death march

And I am hiding in the curtains
It seems I was uninvited
By your lovely bride-to-be

She floats down the aisle
Like a pageant queen
But I know you wish it was me
You wish it was me, don't you?

Don't say yes, run away now
I'll meet you when you're out
Of the church at the back door

Don't wait or say a single vow
You need to hear me out
And they said "speak now"

[ From: http://www.metrolyrics.com/speak-now-lyrics-taylor-swift.html ]


Don't say yes, run away now
I'll meet you when you're out
Of the church at the back door

Don't wait or say a single vow
Your time is running out
And they said, "speak now"

Ooh, la, oh
Ooh, ooh

I hear the preacher say
"Speak now or forever hold your peace"
There's a silence, there's my last chance
I stand up with shaking hands, all eyes on me

Horrified looks from
Everyone in the room
But I'm only looking at you

I am not the kind of girl
Who should be rudely barging in
On a white veil occasion
But you are not the kind of boy
Who should be marrying the wrong girl

So don't say yes, run away now
I'll meet you when you're out
Of the church at the back door

Don't wait or say a single vow
You need to hear me out
And they said, "speak now"

And you say
Let's run away now
I'll meet you when
I'm out of my tux at the back door

Baby, I didn't say my vows
So glad you were around when they said
"Speak now"
Minggu ini awal libur kenaikan kelas, yang telah dinanti-nantikan oleh seorang anak bertubuh lumayan gemuk bernama Dido. Rencananya liburan ini akan dihabiskan Dido dengan mengunjungi neneknya yang berada di luar kota. Di rumah nenek Dido bisa bermain dengan saudara-saudaranya. Ya, Dido memang anak tunggal jadi setiap libur panjang dido menghabiskan waktu liburanya di rumah neneknya. Rumah nenek dido berada di kaki gunung merapi sehingga udara di sana masih sejuk dan asri.
Pukul 10.00 Dido sudah siap dengan peralatan tempurnya, seperti : selimut, jacket, baju tebal, kaos kaki, dll, yah, secara di rumah nenek malam hari pasti dingin. “Ayo, mah, pah, cepetan, Dido udah nggak sabar ketemu sama Riko dan Nanang”ajak Dido. “Iya, sayang, sebentar”, jawab mamahnya.
Pukul 11.30 Dido dan orangtuanya pun sampai d rumah nenek. Kedatangannya telah disambut oleh Riko da Nanang. Mereka bertiga pun berlari menuju halaman belakang rumah nenek. Mamah dan papah Dido hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku mereka.
Di halaman belakan rumah nenek teronggok sebuah kursi goyang. Dido pun bertanya “ Rik, Nang, itu kursi goyang milik siapa?”. “ owh, itu kursi goyang milik nenek, nenek baru membelinya sekitar 3 bulan lalu dari seorang kakek tua” jawab Nanang. “ Iya, katanya itu milik istrinya yang sudah meninggal 5 tahun lalu, aku sama Nanang nggak berani pegang kursi tu”, jelas Riko.” Lho, memang kenapa?” tanya Dido lagi.” Katanya Bibi Siti kursi itu berhantu”, terang Nanang lagi. “ Berhantu??? Ah, masa’? Aku nggak percaya”, kata Dido. “ Ih, beneran, katanya Bibi Siti liat sendiri kursi itu kalau malam bergoyang-goyang, si Bibi sih baru liat akhir-akhir ini” kata Rikko.” Ayo, nanti malam kita buktikan saja!” tantang Dido. Dido memang terkenal sebagai anak yang pemberani, secara dia sering menang di kejuaraan-kejuaraan karate. “ Wah, kamu nggak takut, Do?” tanya Riko sedikit ragu. “ Ya,enggalah, untuk apa kita takut sama hantu, yang harus kita takuti itu Tuhan” jelas Dido seperti ustadz-ustadz i tv. “ Ah, kamu kayak ustadz aja, Do, hahaha.....”,canda Nanang.”Hahahaaha” Riko dan Dido pun ikut tertawa.
Malam ini malam yang telah ditunggu-tunggu oleh Dido dan saudara-saudaranya. Ya, mereka akan membuktikan apakah benar kursi goyang itu berhantu atau tidak. Ya, tepatnya pukul 10 malam, Dido dan saudara-saudaranya itu mengendap-eandap menuju ke halaman belakang rumah nenek. Setelah kurang lebih satu jam mereka menunggu.” Lho, mana hantunya? Katanya berhantu?” tanya Dido pada saudara-saudaranya.” Kata Bibi sih, dia biasa bergoyang jam seginian, tapi kok nggak goyang-goyang ya?” Nanang pun ikut bertanya-tanya.” Apa mungkin hantunya malu kita liatin?” kata Riko. “ Hahaha, kau ini ada-ada sajja, masa hantu malu?”kata Dido dengan sebuah senyum menyungging di wajahnya. “ Ya, sudahlah, kita akhiri sajja penyelidikan hari ini, besok kita selidiki lagi, aku suddah ngantuk” kata Dido lagi.” Iya aku jg suddah ngantuk banget” Nanang menimpali. Akhirnya mereka kembali ke kamar masing-masing.
“Bagaimana rencana kita hari ini?” tanya Riko. “ Menurutku sih, kursi itu bergoyang karna ada angin”, tebak Dido. “ Tapi, menurut saksi mata, jiah, saksi mata...hahaiy, menurut si Bibi, saat itu tidak ada angin”,jelas Nanang. “ Hmm, sebaiknya nanti malam kita selidiki lagi!” ajak Dido.” OKB deh” jawab Riko dan Nanang bersamaan.
Malam harinya. “ Eh, sebaiknya kita tunggu lebih lama!” ajak Riko. “ Ya, lihat saja nanti”kata Dido. “ Eh, Rik, kayak kamu nggak ngantuk aja?? Biasanya kan kamu yang tidur duluan...” kata Nanang. “ Ya elah, kalau soal ginian sih, aku rela begadang, hehehe...” jawab Riko sambil terkekeh.” Sudah, sudah. Tenang ntar hantunya nggak dateng- dateng...”kata Dido.
“ Hei, lihat kursinya bergoyang tuh!” tunjuk Riko ketika mereka sedang mulai terbuai oleh rasa kantuk.”Wah, kita kembali sajja yuk! “ ajak Nanang mulai ketakutan. “ Heh, masa sudah sampai sini mau mundur sih? Jangan donk! Ayo, mending kita amati dulu”kata Dido.” Iiih, serem.... nggak ada angin nggak ada ujan nggak ada badai kok goyang ndiri?” kata Riko. “ Iya, nggak ada apa-apa kok goyang ndiri?” Dido juga bertanya-tanya. “ Tapi goyangnya hanya sebentar”,kata Nanang memberi pernyataan. “ Hmmm, betul... kalau angin, pasti agak lama goyangnya dan kita juga nggak ngrasa kalau ada angin malam yang lewat”, Dido juga memberi pendapat. “ Ya, suddahlah, kita pikirkan it besok sajja, kan kita juga sudah dapat faktanya tinggal nyari penyebabnya. Dan sekarang waktunya tidur!” ajak Riko. Hmm, malam ini adalah malam yang penuh pertanyaan bagi mereka.
Keesokan paginya...” Hoahm, aku masih ngantuk”, keluh Nanang.” Memang Cuma kamu sajja, aku juga kali”, jawab Riko tak mau kalah. “ Hmm, kalian itu mengeluh sajja, ayo semangat donk” saran Dido. “ Yeah, semangat!!!” jawab Riko dan Nanang. “ Sesuai kejadian tadi malam, berarti Bi Siti tidak bohong, kursi itu memang bergoyang sendiri”kata Dido memulai pembicaraan mereka hari ini. “Ya, benar tapi sekarang, pertanyaannya adalah apa yang membuat kursi itu bisa bergoyang? Jika bukan angin, apalagi?”,terang Riko.” Hmm, apa mungkin kursi itu memang berhantu?”, tambah Nanang. “ Kemungkinan kursi itu berhantu sangatlah kecil”, Dido memberi pernyataan. “ Apa malam ini kita perlu buktikan lagi?” tanya Riko. “ Ya, jika kita ingin tahu yang sebenarnya” jawab Dido mantap. “Iih, ogah ah, aku taku, capek dan aku jadi dimarahi ibu karena bangun kesiangan mulu”, tolak Nanang. “ya suddah, malam ini kau tak usah ikut, tapi jika kita tahu yang sebenarnya kamu nggak akan kita beri tahu” ancam Dido. “Llho masa begitu? Ya, udahlah aku ikut kalian sajja”jawab Nanang pasrah. Dido dan Riko hanya tersenyum.
Malam ke-3 penyelidikan. “Hmm, kita harus lebi cermat lagi melihatnya!”saran Dido.”Ya”jawab Nanang.”Kalau perlu kita dekati jangan Cuma mengamati dari kejauhan” saran Riko. “Ya, Riko betul, kita harus dekati jika ingin tahu kebenarannya”, Dido ikut menimpali. Tepat pukul 11 malam. “Heh,bangun, lihat itu!” kata Dido membangunkan saudara-saudaranya yang sedang terbuai oleh alam mimpi. “Mana?Mana?”,tanya Riko. “Itu!”,tunjuk Dido. “Ayo, kita dekati!”ajak Dido. “ Kamu jalan duluan,Do!”perintah Nanang. “Okelah, siapa takut?”, kata Dido sok pemberani. Mereka bertiga mulai mendekati kursi itu dan tepat berada di depan kursi. “Ih, geli, kakiku geli”,seru Riko tiba-tiba. “Ya ampun di bawah kakimu ada anak kucing warna item”, kata Nanang. “Ya, ampun teernyata ini hantunya”, kata Dido sambil menyungging senyum. “Miaw”,kucing itu mengeong. “Hahaha, akhirnya terpecahkan juga msteri ini”, kata Riko.” Iya, karena warna bulunya hitam jadi dia nggak keliatan kalau malam hari”,tambah Nanang. “Iya, betul..betul..betul...”,kata Riko menirukan kartun upin&ipin. “Ya, lebih baik sekarang kita rawat kucing ini”,kata Dido. “ Hmm, betul, coba kalau nggak ada Dido pasti ini akan tetap jadi misteri, Dido memng pemberani”,puji Riko. “Ah, biyasa aja kali... hehee”, kata Dido dengan muka bersemu merah. “Hahaha, malu tuh”kata Nanang. “Ah, kalian ini, aku punya rencana nieh”, kata Dido. “Rencana apa?”tanya Nanang dan Riko antusias. “Sebaiknya kita jangan beritahukan misteri ini kepada orang lain, tetaplah menjadi misteri”, kata Dido. “Iya, aku setuju, misteri si kursi goyang”,tambah Riko. “Hahaha,betul, dan sekarang waktunya tiduuuuuurrrrrrrrrr!!!!”kata Nanang. “Ya,saatnya qita tidurr”, kata dido. Mereka pun kembali ke kamar masing-masing. Dan mereka tidur meyungging senyum.
THE END
Thanks utdah nyempetin wkt kalian untuk mbaca cerpen ini.