Sekuel satu jam saja

Ya, hari ini aku harus pergi. Berat rasanya, bahkan amat sangat berat. Aku harus meninggalkan orang-orang yang sangat aku sayangi, dan aku harus bisa melupakan rasa sakit ini. Hhhh... kecewakah aku saat harus berkata ‘kita harus berpisah’?? pastilah, berat dan amat sangat kecewa.
 Memang sudah satu minggu yang lalu aku bertemu dengannya dan aku harap itu untuk yang terakhir kalinya. Hahhahaa... munafik sekali aku ini..., aku memang menyarankan otakku untuk selalu berpikir bahwa aku bisa melupakannya tapi nyatanya dalam hatiku berkata lain. Aku masih mengharapkannya dan kalau saja dia tidak dijodohkan oleh orangtuanya mungkin sekarang dia masih bersamaku. Hhh, positive thinking dan tanamkan dalam jiwa bahwa aku bisa melupakkannya. Ya, harus! Wajib!

Bukankah aku ini seorang pengecut?? Untuk melupakannya aku harus pergi jauh ke negeri orang, tapi kalau ini memang cara yang terbaik, mengapa tidak? Ok, aku akui bahwa aku memang pengecut, bahkan sangat pengecut, aku tidak berani lagi menatap ke belakang. Ah, kan kata orang kita harus melangkah ke depan bukan?? Tapi katanya pengalaman adalah guru terbaik. Dan aku harus percaya dan menerapkan itu sekarang ini.

It’s time to forget it!

Aku menyandarkan tubuhku ke jok kursi penumpang pesawat. Hhhh... mulai kupejamkan mataku dan siluet-siluet itu kembali ke dalam otakku. Siluet pertemuan pertama siluet saat dia mulai mendekatiku siluet saat dia menyatakan cinta siluet saat dia menyanjungku daan pada akhirnya siluet saat dia harus pergi. Aku mendesah. Berdoa dalam hati semoga dia baik-baik saja dan bisa melupakan aku cepat ataupun sebaliknya. Yah, aku sendiri tak yakin.

Aku membuka mataku dan melihat pemandangan di bawah sana, melihat pemandangan hijaunya alam ciptaan Tuhan dan indahnya lukisan alam yang tercipta. Aahh, andai saja saat ini aku sedang bersamanya tak mungkin aku bisa melihat alam yang sangat indah ini, mungkin aku telat menyadarinya, tapi toh tak apa, lebih baik telat daripada tidak sama sekali. Ok, aku mulai ngelantur.

Aku merenggangkan otot-ototku. Kuedarkan pandanganku ke seluruh penjuru yang masih bisa kulihat. Dan aku dapati seorang pria tertidur di sampingku. Pria ini memakai kacamata hitam dengan baju rajutan abu-abu, aku akui pria ini cukup ehhhmmm... keren.

Pria yang tertidur di sampingku menggeliat. Dia membuka kacamatanya. Dan menatapku yang tengah meandanginya. “hei you! What you see??”,tanyanya setengah membentak. “eehmmm... no”,jawabku dan menolehkan kepalaku ke arah jendela. Uh, sungguh menyebalkan lelaki ini. “strange girl!”,gumaman lelaki itu terdengar di telingaku. Hei, dia bilang aku aneh?? Dasar bule gila!! “dasar cowok sok!!”,umpatku agak keras. Dia menoleh ke aarahku dan memelototkan matanya. “kamu bilang apa tadi??”,tanyanya. “eng...enggak kok, nggak ngomong apa-apa”,jawabku dan menambah wajah watados. Lelaki itu menoleh kembali ke depan dan memakai earphone di telinganya. “maaf ya mas, nggak boleh pake barang elektronik di pesawat”,tegurku. Dia kembali menoleh ke arahku. “mas?? Sejak kapan gue nikah sama mbak lo??”,sinisnya. Eeerrr... benar-benar menyebalkan lelaki ini. “dibilangin juga!!!”,bentakku, membuat semua mata tertuju pada kami. Dia hanya menunjukan deretan giginya ke semua ynag menoleh ke arah kami dan mengucapkan maaf.“hei! Lo gila yaa?? Teriak-teriak segala!”,katanya mengecilkan suaranya. “iya, gue gila deket-deket sama orang kayak lo!”,balasku. “cewek aneh!”,gerutunya dan segera melepaskan earphonenya. “puas lo?”,tanyanya. Aku hanya diam. “rese!”,umpatnya setelah melihat diamku.

Hh, dasar cowok gila! Menyebalkan! beda sekali dengan dia. Ah, kenapa aku selalu membanding-bandingkan lelaki lain dengan dia sih?? Apakah dia begitu sempurna dimataku?? Sepertinya sih begitu. Aaahh, kalau begini bagaimana bisa aku melupakannya??? Aarrrggghhh.... bisa gila aku.

Aku mendesah, mungkin sangat keras sehingga si cowok sok tadi menoleh ke arahku lagi. “lo gila yaa?”,tanyanya meremehkan. “lo tuh yang gila! Gue harap gue nggak bakalan ketemu sama lo lagi!”,kataku ketus. “heh, siapa juga yang mau ketemu sama lo?! Yang ada gue jadi gila ketemu sama lo! Lo itu musibah buat gua...!”,katanya tak kalah ketusnya. Aku melebarkan mataku. “heh! Ngomong tuh dijaga yaaa... musibah...musibah..., lo tuh yang musibah buat gue... gue heran deh kok ada ya orang yang kayak lo?? Yyaaa Tuhan apa salah hamba sehingga Engkau mempertemukan hamba dengan orang yang seperti ini???”,ujarku sambil berdoa. “yang ada gue yang seharusnya ngomong kayak gitu... lo tuh beruntung bisa ketemu saama gue yang cakep, perfect kayak gini... lo liat aja diri lo! Kurus, item, apa coba yang bisa lo banggain???”,ejeknya. Aku melotot lagi. “heh! Lo itu yaaaa......!! eeerrrrr....! nyebelin banget sih lo jadi cowok?! Rese!”,kataku kehabisan kata-kata dan kembali membuang muka. “ahahaaa... nggak bisa bales kan lo?! Gue menang... gue menang...”,katanya seperti anak kecil yang diberi permen oleh ibunya. “ih, childish banget sih!”,sindirku. “apa lo bilang? Sini gue buktiin kalo gue nggak childish”,katanya. Dia mulai mendekat ke arahku. Hei, apa yang akan dia lakukan. “heh, mau ngapain lo?? Jauh-jauh!!”,perintahku dan menjauhkan badanku sejauh yang aku bisa. “diem! Gue bakal buktiin ke elo!”,desisnya dan menangkap tanganku. Tuhan tolong hambaMu ini Tuhan... aku meronta meminta dia melepaskan tanganku. Sayangnya dia sangat kuat menggenggamnya. Aku mulai panik dan bedoa dalam hati. Mukanya kini persis di depan mukaku, bahkan aku bisa merasakan deru napasnya dan bisa melihat mukanya yang bisa dibilang cakep banget. Aku mulai memejamkan mataku, ketakutan. “heh, denger yaa, gua nggak mungkin ngapa-ngapain lo! Lo bukan tipe gue... dan lo inget! Jangan pernah ngomong kalo gue ini childish”,bisiknya tepat ditelingaku, dan aku sekarang bisa merasakan kalau dia sudah menjauhkan dirinya dan melepaskan genggamannya. Sungguuh, aku sangat malu dan dia sangat kurang ajar! “sial lo!”,runtukku. Dia hanya melirik dan tersenyum meremehkan. “siapa yang childish? Lo apa gue?”,sindirnya. “damn!”,sungutku. Dia hanya tertawa melihatku yang kesal.

Akhirnya sampai juga di melbourn. Aku clingak-clinguk mencari orang yang menjemputku. “miss agni??”,tanya seorang pria yang kalau dilihat-lihat seumuran denganku. “yes, do you pick me up?”,tanyaku. “ya, saya ditugaskan untuk menjemput anda...”,jawabnya dalam bahasa indonesia. “ooh, bisa bahasa indonesia jugaa....”,celetukku. “hahahaa, benar, saya asli dari indonesia...”,katanya. “ah, jangan terlalu formal”,pintaku. “jadi bagaimana? Bukankah anda harus saya layani?”,tanyanya masih formal. “jangan pake anda cukup agni atau kamu saja, kesannya jadi gimanaaaa gituu...”,jawabku geli. “ooh, baiklah...”,katanya. “jadi sekarang mau gimanaa? Aku bisa antar kamu kemana?”,tanyanya mulai dengan bahasa yang tidak formal. “eehmm, aku capek, bisa anter ke penginapan?”,tanyaku. “baiklah, tentu saja...”,jawabnya. Dan mempersilakanku jalan duluan, dan dia baru saja menyamakan langkahku. “eehmm, nama kamu siapa?”,tanyaku. “alvin”,jawabnya singkat. Uh, orang ini terlalu kaku. “ooh, kalo gitu salam kenal, aku agni...”,kataku dan mengulurkan tanganku. Dia membalas dan tersenyum. “bagaimana perjalanan tadi?”,tanyanya, bisa kupastikan dia hanya bsa-basi saja. “menyebalkan”,jawabku jujur dan refleks, ya bagaimana tidak? Aku tiba-tiba melihat cowok sok tadi. Alvin menyeritkan dahi. “memang apa yang terjadi?”,tanyanya. “eeh,, nggak kok, salah ngomong”,jawabku gelagapan. “tadi di jalan baik-baik aja...”,tambahku. Alvin hanya ber-oh.

“jadi ini penginapanku?”,tanyaku sesampainya di depan sebuah apartemen yang berlantai 5. “ya, apakah kamu suka?”,tanya alvin. “ya, mungkin”,jawabku. Ya iyalah, bagaimana aku mau menjawab tidak suka? Gila saja! “ayo masuk”,ajak alvin sambil mengangkat koperku. “ya”,jawabku. Aku dan alvin bersamasama berjalan ke dalam apartemenku.

“maaf ini hanya sebuah apartemen kecil”,kata alvin. Hh, sungguh kaku orang ini, bisa bosan aku dengannya, tidak seperti dia yang gokil, baik, ramah, pengertian, aaahhh, kenapa dia selalu saja berkeliaran di otakku???? Apakah aku tidak bisa lepas dari bayangannya?? Ya Tuhan, semoga saja aku bisa melepas bayangannya dariku.

“ag...”,alvin melambaikan tangannya di depan wajahku. Aku gelagapan, ternyata dari tadi dia mengajakku untuk memberesi apartemen baruku tapi akunya malah melamun. “eh, iya...”,ucapku. “jangan melamun, disini jarang sekali orang melamun...”,pesannya. Aku hanya mengangguk. “ohya Vin, besok aku gimana pergi ke kantornya?”,tanyaku memecahkan keheningan. “besok aku akan menjemputmu, jadi kamu tenang aja...”,jawab alvin. Aku hanya mengangguk-anggukan kepalaku tanda mengerti. “bagaimana pekerjaanmu di indo?”,tanya alvin. “baik-baik saja, dan cukup melelahkan, ya bagaimana tidak? Aku selalu saja disuruh rapat ini itu.. kadang jenuh juga sih...”,jawabku sambil curhat. Hahaha, sambil menyelam minum air deh. “ya, untuk orang sepintar kamu memang selalu dibutuhkan...”,ucap alvin. “ah, bisa saja...”,ujarku malu. “aku pernah baca quote yang mengatakan sebaik-baiknya manusia adalah dia yang bermanfaat bagi orang lain”,tambah alvin. “berarti aku orang baik donk??”,tanyaku cukup bodoh. Alvin hanya tersenyum, mungkin dia menganggapku aneh dan bodoh. “kamu unik...”,ucap alvin. Hah? Unik? Mungkin kata pengganti aneh? “unik apanya? Bilang aja aneh...”,cibirku. “betulan, kamu itu unik bukan aneh...”,ujar alvin dengan bahasa formal yang aneh. Mana ada bahasa indonesia betulan? Yang ada juga beneran? Hahaha, ada-ada saja orang ini, tapi kok ada rasa aneh yaaa?? Au merasa dia tak sekaku tadi? Bahkan cukup menyenangkan, tak kalahlah dengan dia. Ah, dia lagi... tapi sebuah awal yang bagus karena aku membandingkan alvin lebih bagus dibandingkan dengan dia.

“kalau kamu butuh apa-apa kamu bisa meneleponku, aku sudah meletakkan nomorku di atas meja telepon, ohya, satu lagi aku tinggal 2 kamar dari sini...”,pesannya sebelum pulang. “ok, thanks...”,ucapku. “night...”,pamitnya. “night too...”,balasku. Aku mengantarkannya sampai ke depan pintu kamarku. Aku melihatnya sampai dia memasuki kamarnya.

Kubuka ponselku. Ah, ada pesan masuk. Ternyata dari sahabatku.

Agni, gimana disana??? Kangen gue nggak ada lo... kantor jadi sepi... aaaaa... miss u :*

Ah, dasar shilla! Ada-ada saja dia.

Hahaha, gue emang ngangenin...:p. Baru nyampe nih, capek banget... besok gue ceritain hari pertama gue disini...ok? bubbay.. miss u too :* hahahaa

Setelah kubalas sms dari shilla aku segera pergi ke kamar mandi, badanku capek dan lengket, padahal tadi aku tidak melakukan pekerjaan berat.

Aah, segarnya, yah, walaupun tadi aku mandi air hangat. Hehehe... kubuka lemari es yang ada di apartemen ini, ah, hanya ada sekaleng sarden dan mie instan dan beberapa botol cola . Aku mengambil satu bungkus mie instan. Dan...

Ting tong.

Ah, mengganggu saja, malam-malam begini bertamu, ah, mungkin saja tetangga baru. Segera kubuka pintu untuknya. “alvin?”,pekikku. Mau apa dia malam-malam begini? “makan malam??”,tanyanya sambil mengulurkan dua kotak KFC di depannya. Aku tersenyum. Ah, pria ini.... “tau saja kamu Vin...”,ujarku. Alvin ikut tersenyum. “ yuuk masuk..”,ajakku. Alvin tanpa sungkan masuk ke dalam apartemenku. “duduk dulu Vin...”,kataku mempersilakannya. “thankso”,balasnya dan duduk di ruang makanku. Aku berjalan ke lemari es dan mengambil 2 botol cola.

“thanks yaa..., baru aja aku mau bikin makanan...”,kataku di tengah-tengah makan malam. “urwell..., aku tahu kamu pasti bingung mau makan apa...”,ucap alvin. “tau aja... hehehee...”,balasku sambil nyengir gaje. “gimana keadaan disini?? Jujur, aku baru pernah kerja disini...”,tanyaku mencairkan suasana. “hmm, menyenangkan, Cuma kita dituntut supaya lebih disiplin sama lebih berusaha aja..., ya maklumlah, budaya orang barat kan beda sama budaya orang timur, ohya, disini juga harus tepat waktu! Jadi telat satu detik aja! Beuh, dapet kultum dulu deh...”,jawab alvin. Aku hanya tersenyum mendengarnya, lucu juga alvin ini. “hahahaaa, bisa aja kamu Vin, ohya, btw kamu udah berapa tahun disini?”,tanyaku lagi. “aku baru 3 tahunan, tadinya di indo, tapi baru setahun dipindah...”,jawabnya. “hebat donk! Berarti kamu orang-orang pilihan tuh...”,pujiku. “ah, nggak segitunya kok...”,katanya. “ohya, weekend kita nggak kerjaa kan??”,tanyaku dengan tatapan memelas. Alvin terkekeh dan mengangguk. “ya enggaklah, tapi tegantung sih, ada yang ambil lembur apa nggak...”,jawabnya. “weekend temenin pergi yaaa..”,pintaku. “ngapain? Kemana?”,tanya alvin. “ya kemana aja... terserah kamu, yang penting keliling melbourn, jadi aku kan nggak buta jalan disini...”,jawabku. “ok, apapun yang anda butuhkan saya siap miss...”,kata alvin dengan bahasa yang kembali formal. “ah, apaan sih kamu... balik lagi deh...”, dengusku. Alvin hanya nyengir.

“sekali lagi thanks yaa... kayaknya aku jadi betah deh kalo ada kamu... hehehee..”,kataku saat mengantarkannya ke depan pintu. “ah, bisa aja deh... yodah, bye... night again...”,pamitnya. “byee.. night...”,balasku.

Ting tong.

Pasti alvin, ya, jam memang menunjkan pukul 07.30, memang masih setengah jam lagi, tapi aku rasa lebih baik terlalu pagi daripada telat.

“hai”,sapanya saat aku membuka pintu. “hai juga, masuk dulu atau langsung?”,tanyaku. “langsung aja, udah siap kan?”,jawab dan tanyanya. Aku mengangguk. “aku ambil tas dulu yaa...”,pamitku dan segera mengambil tas.

“yuk”,ajakku saat keluar. “ayo”,balas alvin. Aku dan alvin menaiki toyota nori miliknya. Wah, baru kali ini aku menaiki mobil ini, dan rasanya luar biasa, aku heran, bisa-bisanya manusia dengan segala keterbatasannya membuat sebuah mobil dari serat rumput laut. Fantastik bukan? Sepertinya semakin hebat saja manusia di dunia ini. Tapi tentunya kita tidak boleh melupakan yang Maha Kuasa, bagaimanapun juga Dialah segalanya.
“aku baru pernah naik mobil ini, di indo belum ada...”,cetusku. Alvin hanya tersenyum. “aku juga baru kemaren-kemaren nyobain, overall, ini keren banget, coba aja aku ikut bikin? Pasti bangga banget deh,,,”,katanya sambil menatap jalanan. “ya, pasti bangga banget, ya, gimana nggak bangga? Ini kan suatu penemuan yang luar biasa...”,tambahku. “ya, dan kita harus kasih penghargaan buat ini semua..”,ucap alvin. Aku menyetujui ucapannya. Dan kurasa aku nyambung dan cukup nyaman bersamanya. Dan alvin bisa membuatku lupa dengan dia.

Aku dan alvin sampai di sebuah gedung dengan 39 lantai. “serius disini?”,tanyaku. “ya, kenapa? Kecil yaa??”,tanya alvin. Aku menggeleng cepat. “nggak kok, beda banget sama yang ada di indo, dulu kantorku nggak setinggi ini”,jawabku. “kalo disini sih ini kecil, tapi jangan dilihat kecilnya yang penting kualitasnya...”,ucap alvin. Aku mengangguk-angguk.

>>skip<<

Weekend, nggak kerasa udah hampir satu minggu aku disini dan selalu ada alvin disampingku dan bagusnya lagi aku tidak pernah lagi mengingat dia, dan aku rasa dia sudah mulai melupakanku karna aku pun begitu... ternyata keputusanku benar untuk pergi dari indonesia.

“hai, udah siap?”,tanya alvin menghampiri apartemenku. “siap”,jawabku mantap. “ya udah, ayuukk..”,ajak alvin sambil meraih tanganku. Eh, kok? Aku rasa ada yang aneh. Tapi yang jelas aku senang, aku hanya diam, tidak melawan ataupun bertanya, ak hanya merasakan degup jantung yang seperti tengah berkejar-kejaran dengan waktu.

Alvin mengajakku berkeliling kota. ah, hari masih terlalu sore, tapi angin-angin ini nakal sekali, selalu saja membuat rambutku berterbangan, dan bodohnya aku adalah, aku tidak membawa topi, habis bagaimana aku bisa tahu kalau alvin akan mengajakku ke taman seperti ini? Dia tak mengatakan apapun kepadaku sebelum kami pergi. Yang aku tahu ini adalah sebuah taman kota yang terletak di tengah-tengah kota ini, kata alvin ini adalah salah satu upaya go green untuk mengurangi pemanasan global.

0 komentar:

Posting Komentar